Kamis, 28 Mei 2009

kangen Kampus

Saat ini, aku lagi bernostalgia di kampus UIN tercinta. Entah kenapa aku rindu pada kampus yang pada kenyataanya tak pernah memberikanku apa-apa hanya legalitas sebagai mahasiswi dan sarjana. Tapi bagaimanapun, aku harus mengakui, ini tetap kampusku.

Entah hari ini begitu indah dan bahagia untukku, aku pun tak tahu apa penyebabnya, tentu bukan karena sakit gigiku hilang, bukan karena sakit mataku pindah tempat, bukan juga karena aku menunjukkan gaya yang berbeda hari ini. Tapi sejak pagi tadi aku begitu tersenyum menyambut pagi. Padahal saat itu, aku terbebani dengan tugas presentasi tentang fungsi agama. Alarm berbunyi menunjukkan jam 7 pagi pun aku hiraukan. Tumben kan, biasanya masih nambah waktu tidur hanya untuk menghayal sesuatu yang tak jelas. Membuka laptop, menyalakan music dan membersihkan wajah, hanya untuk memenuhi keinginan perut.

Sampai saat ini aku mencoba mencari dari mana datangnya rasa ini, apakah ini karena tadi malem aku berenang bersama kak ela dan kak rintis di baliview, ahhh tak ada relevansinya. Karena ketika itu juga, ociem menelpon ku dengan alasan ingin meminjam buku, tapi aku masih tidak mood untuk bertemu, makanya aku tolak dia.

Apakah karena hari ini aku presentasi dengan total,? Ahh gak juga. Apakah Karena gayaku hari ini beda ? aaahh gak juga…trus darimana dong, tiba-tiba saja aku ingin bertemu dan ngobrol dengan kawan-kawan. Sudah lama, mungkin 3 minggu aku tak ingin bertemu dan ngobrol dengan mereka.

Akhirnya kami pun bertemu, dan kusamapikan apa yang terjadi padaku selama ini. Dan aku juga sampaikan, ketidakmengertianku akan sebab, mengapa aku tak ingin bertemu mereka dan mengapa akhirnya aku ingin bertemu dengan mereka. Walaupun tak ada respon, aku yakin mereka juga berfikir, apalagi ociem. Maaf aku tak bisa lepas bercerita mengenai hubunganku dengan ociem secara detail, yang terpenting aku tahu, ia psti lagi mikir, hmmm…..

Bercerita kembali bersama amar, teh lena dan ociem membuatku nyaman dan semakin sayang dengan mereka. Ternyata aku tak sendiri. Dan aku sadar, aku emang egois selalu memikirkan diri sendiri dan tak mau berbagi. Memang yang kupikir, justru berbagi akan menimbulkan masalah, tapi ya sudahlah… aku juga tak lupa menelpon Miming, ani dan dida. Tak kalah kagetnya saat ku telpon Wendys, ku pikir ia tak akan mengangkat telponku tapi…. Yaa pradugaku salah. Ia masih mau bersahabat dengaku, tapi aku yakin, intensitas persahabatan kami tak seperti dulu, aku yakin dia kaget dan kecewa denganku hingga menurutku, ia pasti bakal jaga jarak denganku

Aaaah tak lama kemudian si abel datang, lama juga tak bertemu dengannya, kami pun banyak ngobrol. Yaa aku tahu si abel memang tak mungkin berhenti bicara. Kasihan dia, butuh pendengar setia. Dia lagi sakit. Mau sih nolong tapi ku pikir aku pasti tak sabaran…hmm….

Ahhh, masih banyak kerjaan di rumah. Aku harus lekas beresin…..oh ya aneh banget, kenapa hayoo aku bela-belain ke pasca hanya ngecek FB ku, yaa Tuhan ternyata kampusku pada ngikutin fatwa haram main FB…oh my God….ya emang harus gitu kale, biar konsentrasi kuliah….

Pasca, 28 Mei 2009.Magrib

Rabu, 27 Mei 2009

jogja.....

Aku tak menyangka liburanku selama di jogja sungguh sangat menyenangkan,. Berawal dari tidak dapatnya kursi di kereta. Untungnya saja, bukan hanya aku saja, yang mengalami kesusahan itu. Jangankan tidur, duduk di bawah saja, tak bisa, terpaksa aku berdiri walau akhirnya bisa duduk di meja restorasi. Banyak cerita yang bergulir didalam kesesakan kereta gerbong restorasi. Dari perkenalanku dengan si fitri, gadis Lampung yang mengadu nasib sebagai karyawan toko di kota Jakarta. Ia berniat ke daerah Gombong, untuk bertemu dan silaturahim dengan kekasih gelapnya. Kenapa ku sebut gelap, karena mereka belum pernah bertemu muka, hanya melalui telpon, hp dan kirim2 foto. Kenapa saya bisa bertemu dengannya ? karena ia pertama kali naek kereta ekonomi dan butuh petunjuk …..

Untung saja saya bertemu dengan Andy, mantan mahasiswa UII jogja beberapa bulan yang lalu, yang mencoba mengadu nasib di Jakarta. Mungkin karena sama2 punya nasib tak dapat kursi, kami pun berkenalan dan saling tukar no hp. Ternyata indah ya menjalin persahabatan dengan orang baru. Aku tak habis pikir, terus terang aku tak suka berkenalan yang nantinya hanya sebentar. Toh setelah kereta ini berhenti dan kami pun berpisah, maka tak ada lagi cerita. Tapi aku salah, ketika aku di jogja dan tak punya arah, untung ada si Andy. Tapi walaupun tak bertemu lagi dengan fitri, tapi cerita fitri mengingatkanku pada pertemuan dengan Wendys.

Wendys, lelaki yang kukenal melalui Hp, katanya ia dapat nomerku dari salah satu temenku, yang akhirnya terungkap bahwa dek Mujiblah yang memberikan nomerku. Yang kutahu, Wendys lelaki lebih muda 3 tahun dibawahku. Maka tak salah jika kuanggap ia sebagai teman plus adik. Aku gak peduli seperti apa dia, tapi persahabatan yang kami jalin, sungguh indah. Walaupun dek Mujib mengabarkan bahwa Wendys anak orang kaya, cakep dan keren. Aku tetap tak peduli. Lucunya lagi pas kami ketemu, sungguh sangat lucu dan menggelikan. Sepertinya dia salah sangka terhadapku, sampai akhirnya ia malu dan pergi begitu saja…..hehehahaha dasar anak kecil….

Sesampainya ku di jogja, aku mencoba menelpon Asep, untuk menumpang mandi. Setelah mandi aku langsung menuju Keraton, dimana rombongan adiku telah memarkirkan bisnya. Dari keraton, kami menuju monument jogja kembali lalu ke Borobudur dan Malioboro. Yang menjadi terkesan, adalah kebersamaanku dengan adik dan juga rombongan. Dengan sedikit ngebanyol, dan berisik hingga membuat rombong bis 2 jadi jengkel, tapi mereka merasa kehilangan ketika aku harus berpisah….hik hik.

Paginya kami ke Paris alias parangtitis, karena ombaknya sangat besar, maka kami tak bisa mandi, tapi cukup seneng dengan foto lancat ala gw…hehehe… dan akhirnya kami pun berpisah.

Mataku benar-benar ngantuk, tapi kupaksakan kakiku menuju UGM untuk mencari info, tapi aku merasa tidak nyaman dan tidak menarik jika harus nantinya aku kuliah disini. Maka aku kembali focus, pada alternative ke-2. Tetap kuliah s2 di UI, dengan kuliah Malem dan di Salemba, karena paginya aku ingin bekerja. Aku tak peduli masuk jurusan apa, yang tepenting kelasnya di Salemba, karena aku yakin disana membuka akses yang luas untuk apapun….

Lalu ku telpon Asep dan aku istirahat di kosannya. Satu hari kuhabiskan waktu hanya untuk istirahat alias tidur. Tapi yang tak habis pikir, ketika keesokan harinya, Asep dengan tanpa ragu mengatakan sesuatu yang mebuatku tak mengerti. Apa sebenarnya maksudnya, aku benar2 tak mengerti. Ia menganggap sikapku jadi kaku dan tak biasa hanya karena Resti. Berapa kali ia menjelaskan bahwa resti bukan lah pacarnya. Aku kaget dan benar2 tak mengerti. Memangnya kalo benar Resti pacaranya, apa peduliku. Oh my God….aku jadi ngerasa bersalah dan gak enak sama asep. Makanaya ku putuskan tinggal di tempat adik kelas.

Untung saja, ketemu si fajri, lalu si Fitri yang kebetulan dulu muridku ketika di pondok. Aku benar-benar bisa istirahat. Dan akhirnya ketemu juga dengan si wendys. Walaupun…. Ya gitu deh. Lalu minum kopi di mato barenga si Imam, yang juga alumni dan juga si Muhsin yang banyak omong, ia baru diem ketika aku harus jujur, bahwa aku lebih suka kalo dia diam saja. Tapi ketika dia hanya diam, aku jadi ngerasa salah….

Jam 11 malam, manan dan ozan datang menjemputku di Benteng. Kami merayakan tasyakuran wisudanya Manan di Paris. Indah sekali…. Aku memang suka laut… aku suka pantai…. Aku suka ombak… hinggap matahari pun hampir mengintip. Kami pun pulang dan tidur….

Jam 11 siang, kami bangun dan siap-siap balik ke Jakarta. Karena Ozan bawa mobil Kantor, mau gak mau aku harus ikut ke Indramayu. Bersama 2 temen kantornya, kamipun melaju ke indramayu. Dari perjalanan magelang, Purworejo, Gembong, Bumi ayu, Tegal, Brebes dan sampai pada Indramayu. Aku mencoba untuk tidak sediktpun memejamkan mata, hanya untuk melihat alam. Baru kali ini aku naek mobil keliling jawa Tengah. Uuuhh indahnya. Terima kasih Tuhan…terima kasih Sobat….

Jam 1 pagi kami sampai di Indramayu, kemudian kami langsung tidur dan jam 7 pagi aku sudah bersiap-siap balik ke Jakarta. Dengan bis Luragung aku menuju Priuk dan kembali ke Ciputat….

Jogja memang membuatku berfikir, menikmati kesendirian keliling malioboro dan termenung di Taman Pintar sambil menikmati tawa anak-anak kecil berebutan air mancur. Itulah momen dimana aku menemukan sebuah keputusan dan kesimpulan hidup. Apa yang harus kulakukan ke depan harus begini……..harus begitu……

Sekarang, aku harus berbuat…………………..!!!!!!!!!!!!!!

Kelas IC atas,26 Mei 2009, 14.00

Selasa, 26 Mei 2009

kembali Jogja

Aku tak menyangka liburanku selama di jogja sungguh sangat menyenangkan,. Berawal dari tidak dapatnya kursi di kereta. Untungnya saja, bukan hanya aku saja, yang mengalami kesusahan itu. Jangankan tidur, duduk di bawah saja, tak bisa, terpaksa aku berdiri walau akhirnya bisa duduk di meja restorasi. Banyak cerita yang bergulir didalam kesesakan kereta gerbong restorasi. Dari perkenalanku dengan si fitri, gadis Lampung yang mengadu nasib sebagai karyawan toko di kota Jakarta. Ia berniat ke daerah Gombong, untuk bertemu dan silaturahim dengan kekasih gelapnya. Kenapa ku sebut gelap, karena mereka belum pernah bertemu muka, hanya melalui telpon, hp dan kirim2 foto. Kenapa saya bisa bertemu dengannya ? karena ia pertama kali naek kereta ekonomi dan butuh petunjuk …..

Untung saja saya bertemu dengan Andy, mantan mahasiswa UII jogja beberapa bulan yang lalu, yang mencoba mengadu nasib di Jakarta. Mungkin karena sama2 punya nasib tak dapat kursi, kami pun berkenalan dan saling tukar no hp. Ternyata indah ya menjalin persahabatan dengan orang baru. Aku tak habis pikir, terus terang aku tak suka berkenalan yang nantinya hanya sebentar. Toh setelah kereta ini berhenti dan kami pun berpisah, maka tak ada lagi cerita. Tapi aku salah, ketika aku di jogja dan tak punya arah, untung ada si Andy. Tapi walaupun tak bertemu lagi dengan fitri, tapi cerita fitri mengingatkanku pada pertemuan dengan Wendys.

Wendys, lelaki yang kukenal melalui Hp, katanya ia dapat nomerku dari salah satu temenku, yang akhirnya terungkap bahwa dek Mujiblah yang memberikan nomerku. Yang kutahu, Wendys lelaki lebih muda 3 tahun dibawahku. Maka tak salah jika kuanggap ia sebagai teman plus adik. Aku gak peduli seperti apa dia, tapi persahabatan yang kami jalin, sungguh indah. Walaupun dek Mujib mengabarkan bahwa Wendys anak orang kaya, cakep dan keren. Aku tetap tak peduli. Lucunya lagi pas kami ketemu, sungguh sangat lucu dan menggelikan. Sepertinya dia salah sangka terhadapku, sampai akhirnya ia malu dan pergi begitu saja…..hehehahaha dasar anak kecil….

Sesampainya ku di jogja, aku mencoba menelpon Asep, untuk menumpang mandi. Setelah mandi aku langsung menuju Keraton, dimana rombongan adiku telah memarkirkan bisnya. Dari keraton, kami menuju monument jogja kembali lalu ke Borobudur dan Malioboro. Yang menjadi terkesan, adalah kebersamaanku dengan adik dan juga rombongan. Dengan sedikit ngebanyol, dan berisik hingga membuat rombong bis 2 jadi jengkel, tapi mereka merasa kehilangan ketika aku harus berpisah….hik hik.

Paginya kami ke Paris alias parangtitis, karena ombaknya sangat besar, maka kami tak bisa mandi, tapi cukup seneng dengan foto lancat ala gw…hehehe… dan akhirnya kami pun berpisah.

Mataku benar-benar ngantuk, tapi kupaksakan kakiku menuju UGM untuk mencari info, tapi aku merasa tidak nyaman dan tidak menarik jika harus nantinya aku kuliah disini. Maka aku kembali focus, pada alternative ke-2. Tetap kuliah s2 di UI, dengan kuliah Malem dan di Salemba, karena paginya aku ingin bekerja. Aku tak peduli masuk jurusan apa, yang tepenting kelasnya di Salemba, karena aku yakin disana membuka akses yang luas untuk apapun….

Lalu ku telpon Asep dan aku istirahat di kosannya. Satu hari kuhabiskan waktu hanya untuk istirahat alias tidur. Tapi yang tak habis pikir, ketika keesokan harinya, Asep dengan tanpa ragu mengatakan sesuatu yang mebuatku tak mengerti. Apa sebenarnya maksudnya, aku benar2 tak mengerti. Ia menganggap sikapku jadi kaku dan tak biasa hanya karena Resti. Berapa kali ia menjelaskan bahwa resti bukan lah pacarnya. Aku kaget dan benar2 tak mengerti. Memangnya kalo benar Resti pacaranya, apa peduliku. Oh my God….aku jadi ngerasa bersalah dan gak enak sama asep. Makanaya ku putuskan tinggal di tempat adik kelas.

Untung saja, ketemu si fajri, lalu si Fitri yang kebetulan dulu muridku ketika di pondok. Aku benar-benar bisa istirahat. Dan akhirnya ketemu juga dengan si wendys. Walaupun…. Ya gitu deh. Lalu minum kopi di mato barenga si Imam, yang juga alumni dan juga si Muhsin yang banyak omong, ia baru diem ketika aku harus jujur, bahwa aku lebih suka kalo dia diam saja. Tapi ketika dia hanya diam, aku jadi ngerasa salah….

Jam 11 malam, manan dan ozan datang menjemputku di Benteng. Kami merayakan tasyakuran wisudanya Manan di Paris. Indah sekali…. Aku memang suka laut… aku suka pantai…. Aku suka ombak… hinggap matahari pun hampir mengintip. Kami pun pulang dan tidur….

Jam 11 siang, kami bangun dan siap-siap balik ke Jakarta. Karena Ozan bawa mobil Kantor, mau gak mau aku harus ikut ke Indramayu. Bersama 2 temen kantornya, kamipun melaju ke indramayu. Dari perjalanan magelang, Purworejo, Gembong, Bumi ayu, Tegal, Brebes dan sampai pada Indramayu. Aku mencoba untuk tidak sediktpun memejamkan mata, hanya untuk melihat alam. Baru kali ini aku naek mobil keliling jawa Tengah. Uuuhh indahnya. Terima kasih Tuhan…terima kasih Sobat….

Jam 1 pagi kami sampai di Indramayu, kemudian kami langsung tidur dan jam 7 pagi aku sudah bersiap-siap balik ke Jakarta. Dengan bis Luragung aku menuju Priuk dan kembali ke Ciputat….

Jogja memang membuatku berfikir, menikmati kesendirian keliling malioboro dan termenung di Taman Pintar sambil menikmati tawa anak-anak kecil berebutan air mancur. Itulah momen dimana aku menemukan sebuah keputusan dan kesimpulan hidup. Apa yang harus kulakukan ke depan harus begini……..harus begitu……

Sekarang, aku harus berbuat…………………..!!!!!!!!!!!!!!

Kelas IC atas,26 Mei 2009, 14.00

Selasa, 19 Mei 2009

Bahasa Indo....€?

Reduksi Bahasa Indo

Sutu hari salah satu kenalanku dari Negara Swedia, yang kebetulan disana ia kuliah jurusan bahasa Indonesia, berkomentar tentang bahasa Indonesia ketika berlibur di Indonesia, “kok, aku baru tahu ya, ada bahasa ‘digini’in, digitu’in, anunya, ininya, itunya, sebenarnya konteksnya apa ?”

Saya dan salah satu kawanku, yang kebetulan lagi ngumpul, saling berpandangan dan tersenyum malu. Sambil berkilah, kami pun hanya menjawab “ah, itu hanya improvisasi….” Di iringi ketawa riang…..

Memang sering ku dengar kata-kata “anu, ini, itu…” apalagi ketika dalam kondisi ngobrol atau diskusi. Setelah kuamati ternyata ada beberapa alasan mengapa menggunakan kata-kata “improve” tersebut.

1. Menganggap lawan bicaranya sudah paham akan apa yang dimaksud.

2. Untuk menghemat kata dan mempercepat pembicaraan, atau

3. Memang tidak tahu istilah atau kata yang dipakai, tapi sebenarnya yang dimaksud itu

Ada juga anggapan bahwa penggunaan kata tersebut hanya sebuah bentuk dari kebodohan semata, seperti alasan ketiga yang dijelaskan diatas, bahwa sebenarnya ingin mengeluarkan istilah “a” tapi ketika di verbal justru yang keluar kata “itu”. Dengan anggapan bahwa lawan bicara sudah paham maksud dari kata “itu” tersebut. Namun Sebenarnya, itu hanya bentuk dari ketidaktahuan saja dalam berkomunikasi. Alias kelemahannya dalam berbahasa yang benar dan tepat.

ukuran manusia

Ukuran manusia

Rumi pernah berkata,”sudah 1001 makna cinta aku jelaskan pada manusia, tapi ketika cinta itu datang kepadaku, aku malu dengan semua itu “.

Bukan cinta yang ingin ku sorot , tapi sesuatu yang nilainya sama dengan cinta. Cinta ada rasa yang tak bermateri, dia ada tapi tak berwujud. Mungkin jugamerupakan salah satu dari bagian emosi, sama halnya dengan marah, sedih, benci, kesel, bingung,dll.

Kadangkala ketika kita mendengar atau melihat salah satu orang terdekat mengalami pergolakan emosi, entah itu marah, benci, atau cinta, biasanya mengukur dengan ukuran kita sendiri dikala mengalami pergolakan emosi. Misalnya, ada seorang temen yang bercerita, bahwa dirinya sedang marah pada seseeorang. Lalu biasanya kita memberi nasehat atau saran untuk meredam emosi atau amarahnya, karna bagaimana pun marah itu tak ada gunanya, hanya merugikan dirinya sendiri.

Tetapi ketika marah itu datang pada diri kita sendiri, apakah kita bisa meredamnya seketika dengan logika yang kita punya?.itulah kalo kita mengukur manusia dengan ukuran kita sendiri. Setiap manusia memiliki ukuran masing-masing dalam mengontrol emosi. Perbedaan itu muncul karena, perbedaan latar belakang, baik dari pendidikan, lingkungan, struktur masyarakat, dll.

Setiap manusia pernah jatuh cinta, tapi tingkatannya berbeda. Ada yang merespon dengan serius, ada yang merespon hanya biasa-biasa saja, bahkan ada yang merespon ketakutan. Begitu juga dengan emosi yang lainnya.

Full house, 15 mei 2009, jumatan

sudah cukup

Entahlah apa yang ingin kutulis, tapi sebenarnya hari ini aku ngerasa bahagia. Bukan , sebenarnya sejak tadi malam, aku ngerasa bahagia. Aku merasa masih ada cinta untukku. Tapi lagi-lagi aku takut untuk mencinta. Aku takut untuk memulai. Aku terlalu mengandalkan kalimat “biarkan kemungkinan itu terbuka dengan sendirinya”. Seandainya ada orang yang benar2 cinta dan aku pun juga cinta, aku pun masih takut untuk mencinta. Aku takut menyakiti. Aku merasa tak pantas saja.

Banyak hal yang kupelajari dari pelajaran kemaren, semua yang secara tak langsung diberikan oleh Tuhan, sebagai bentuk dari kasih sayang-Nya padaku. Lama-lama aku berpikir, bahwa apa yang Tuhan berikan padaku, hanya untuk membuatku berfikir dan memilah, mana yang baik dan yang tak baik untuk hidupku. Emang dasar akunya, ingin dicoba semuanya, tapi aku tak menyesal atas semua yang terjadi padaku. Aku tetap bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan, semua itu adalah anugerah dalam hidupku.

Akhirnya pun aku merasa jenuh dan harus ada yang dikoreksi. Apa yang kulakukan semuanya justru membuat orang lain terluka. Cukup lima lelaki saja.selanjutnya aku tak bisa berkata apa-apa, aku takut jika aku berkata, justru kemakan lagi. Yang kuubah hanya motifnya saja. Kalo dulu hanya bermotif, nafsu, pengalaman, dan pembelajaran. Nah sekarang harus ada cinta…

Aku pun tak bisa menakar, apakah cinta yang abadi atau hanya sementara, tapi yang kuinginkan hanya ada cinta, ada rasa, bukan karena nafsu belaka.

Sekali lagi, aku tak pernah menyesal, aku hanya ingin masa lalu menjadi motivasi bagi hidupku. Saat ini aku justru merasa kasihan dan bersalah pada lelakiku. Apa yang bisa ku lakukan pada mereka, aku tak bisa memberikan apa-apa. Bagaimana jika kukatakan bahwa sebenarnya kemaren hanya main-main dan tak ada rasa apapun untuknya. Maafkan aku… tapi biarkan ku sampaikan kata terima kasih.

Kamis, 14 Mei 2009

Sendiri

Sendiri

Entah saat ini aku ingin sekali menyendiri.

Kata siapa sendiri itu tak indah

Kata siapa sendiri itu tak nikmat

Kata siapa sendiri itu tak bahagia

Kata siapa sendiri itu sunyi

Kata siapa sendiri itu sepi

Berapa kali aku berbohong hanya untuk sendiri

Bilang kalo ku sakit ketika ada seorang teman yang mau numpang menginap

Bilang kalo masih mau mampir ke suatu tempat pada temen yang mau numpang naek motor

Bilang kalo tak punya pulsa, karena tak bisa balas sms

Bilang kalo lagi di jalan, ketika tak mau nerima telpon

Bilang kalo ada acara pada temen yang mau bertamu

Kenapa aku ingin sendiri ?

Malas bertemu orang

Malas keluar rumah

Malas makan

Malas bicara

Malas ngobrol

Malas kuliah

Ada apa dengan emosiku ?

Ada apa dengan jiwaku ?

Ada apa dengan hatiku ?

Ada apa dengan akalku ?

Ada apa dengan ilmuku ?

Ada apa dengan spritualitasku ?

Ada apa dengan diriku?

Bukankah aku sudah hatam dengan semua ini

Bukankah aku sudah faham dengan semua ini

Bukankah…..

Ahhh, ngapain harus dipikirkan…

Kalo ingin sendiri… ya sendiri aja

Nikmatilah

Toh pasti ada ujungnya

Toh pasti ada titiknya

Toh pasti ada jenuhnya

Toh pasti ada akhirnya

Toh pasti ada akarnya

Toh……

Kampus, 14 Mei 2009

Rabu, 13 Mei 2009

Liburan…,

Liburan adalah sesuatu yang selalu ditunggu, apalagi oleh orang-orang yang selalu mengisi waktunya dengan kegiatan dan rutinitas yang padat dan sangat membosankan. Jelas terpancar bahagia di raut siapapun ketika mendengar kata liburan. Karena liburan selain sebagai media mengistirahatkan jiwa dan raga, juga bisa mendapatkan paradigma yang berbeda dan inspiratif

Ada beberapa film yang bertema liburan, seperti The Holiday yang di bintangi artis-artis pemenang penghargaan seperti Cameron Diaz, Kate Winslet, Jude Law dan Jack black. Secara singkat film ini menceritakan dua gadis berbeda Benua, mengisi liburan dengan saling menukar tempat tinggal. Diaz yang hidup di Amerika, sedang patah hati karena dikhianati oleh sang kekasih memilih menempati rumah Winslet di Inggris sebagai tempat liburan, begitu juga sebaliknya Winslet yang saat itu sedang di pecat dan dicampakkan oleh kekasihnya, menyanggupi tawaran Diaz melalui internet. Ketika mereka sampai pada tempat tujuannya masing-masing, mereka pun menikmati liburannya sehingga dalam perjalannanya, pikiran mereka terbuka dan menganggap bahwa hidup itu tidak selebar daun kelor dan masih banyak kemungkinan dan kejutan yang terjadi dalam hidup ini. Diaz mendapatkan cinta dari seorang duda dengan dua anak perempuan yang tak lain adalah Jude Law, yang merupakan kakak kandung Kate Winslet. Sedangkan Winslet menemukan cinta dan kehidupan yang berwarna bersama sahabat akrabnya Diaz.

Berbeda dengan film asia, Romantic Island, yang di bintangi oleh Lee Seon-gyoon, Lee soo-kyeon, Lee min-ki dan Yoo Jin . dari karakter dan latar belakang masalah yang berbeda mereka berempat bertemu di saat liburan di sebuah pulau Borocay di Thailand. Empat orang yang pada awalnya tidak mengenal satu sama lain, akhirnya bisa bertemu dan menemukan dunia lain. Lee Seon-gyoon seorang eksekutif muda yang menjalani hidup dengan serius dan tak berwarna, bertemu dengan Lee Soon-Kyeon yang selalu ceria dan tidak pernah mendapatkan dirinya sedih. Berbeda dengan Yoo Jin, seorang artis dengan jadwal yang padat dan melelahkan jiwanya, bertemu dengan Lee Min-ki, pemuda kalangan bawah yang sedang liburan Backpacker. Cerita yang mengiringi mereka sangat berwarna dan mengasyikkan. Mereka pun menyadari bahwa hidup itu indah…

Film yang mendapatkan 4 penghargaan di ajang Golden Globe, Vicky Christina Barcelona, menceritakan makna liburan. Dua sahabat, Scarlett Johansson (Vicky) dan Patricia Clarkson (Christina) yang berasal dari Amerika memilih berlibur di Barcelona, di rumah bibinya Christina. Tawaran itu mereka terima karena berbagai pertimbangan. Vicky seorang pembuat film berdurasi singkat sedang galau dan buntu untuk menentukan jalan ceritaanya, apalagi saat itu ia ingin memanjakan dirinya untuk berhubungan dengan lelaki, karena selama ini ia hanya sibuk dan focus terhadap pekerjaannya. Sedangkan Christina, baru menyelesaikan magisternya dan sedang menunggu tanggal pernikahannya dengan kekasihnya, tetapi ia merasa ragu dan bimbang menghadapi masa depan. Ketika mereka berlibur di Barcelona, pikiran mereka pun terbuka dan menganggap hidup ini begitu berwarna, azpalagi setelah bertemu dengan Javier Bardem, seoraang pelukis yang memiliki charisma, walaupun manta suami dari Penolope Cruz.

Satu lagi film yang baru ku tonton bertema liburan. Film ini kudapatkan dari seorang teman, berjudul Vocation, menceritakan tentang grup music TVXQ di Korea yang sedang didera depresi menjelang dua minggu acara konser besarnya. Akhirnya sang produser mengizinkan mereka untuk berlibur dan beristirahat selama 1 minggu. Band TVXQ yang terdiri dari 5 cowok ganteng itu memilih liburan ke tempat terpencil. Dari berbagai cerita saat mereka liburan, akhirnya mereka menemukan kembali semangat dan motivasi untuk terus bernyanyi dan menghibur masyarakat.

Hal ini juga yang memberikan inspirasi padaku untuk berlibur. Satu bulan yang lalu, saya berlibur ke daerah Kalimanatan Barat. Walaupun orangtua tidak mengizinkan tapi saya tetap nekat dan akhirnya saya sampai di sana. Kebetulan di Kalbar sedang ada acara Cap Go Meh di Singkawang, kota Amoi yang mayoritas didomisili oleh orang-orang Cina. Kemudian bertemu dengan salah satu kawan yang 6 tahun menghilang, ia hidup di tengah hutan yang jauh dari kota. Jika ingin ke kota harus melewati sungai Kapuas yang panjang dengan motor air selama kurang lebih 3 jam. Temanku ini, Nafsiyah (26 thn) selain kuliah juga mengajar di sekolah dasar yang masih primitif. Bayangkan saja, dari tempat tinggal dia, ke tempat mengajar harus naik sampan kecil yang harus di dayung ke seberang dengan memakan waktu 30 menit. Setelah melihat kondisi kelasnya, saya sangat prihatin, karena sekolah dasar yang terdiri dari 6 kelas, hanya terakomodir dengan 3 lokal (ruangan). Jadi kelas 1 dan kelas 2 berada dalam satu ruangan.

Melihat kondisi seperti itu saja, saya sangat tidak percaya, belum lagi melihat kondisi anak-anak yang bersekolah, selain mereka bebas memakai seragam sekolah juga bebas tak memakai sepatu. Sekolah mereka di mulai pada siang hari sekitar jam 1. Ketikla kutanya alasannya, nafsiyah menjawab “ kalau pagi mereka bantu orangtuanya ke ladang atau ke Kebun…”.

Di Pontianak, saya belajar banyak tentang kehidupan. Pagi-pagi sebelum subuh saya ikut mencari getah karet. Selain itu masyarakatnya sangat ramah. Dan yang membuat saya heran, adalah kebiasaan mereka yang tak ingin menyia-nyiakan waktu sedikit pun. Kadang mereka ke Ladang hanya memotong rumput, padahal saya tahu, mereka tidak punya hewan peliharaan, kambing atau sapi. Ketika kutanya alasannya, mereka menjawab “ biar terlihat indah saja …” alasan yang bagi saya sangat mengejutkan, karena kadangkala orang mau melakukan sebuah pekerjaan jika ada kepentingan tertentu.

Selain itu yang membuat saya banyak belajar adalah, tradisi mencari ilmu. Semua orangtua disana menyekolahkan anak-anaknya ke berbagai daerah dan setinggi mungkin. Semangat belajar dan menuntut ilmu begitu terasa. Walaupun daerah terpencil, tapi mereka kadangkala berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Keren juga kan….

Terus terang ketika itu saya merasa galau dan mengalami dis-orientasi. Maklum ketika itu baru saja lulus sarjana. Selain itu saya juga tidak bisa mengatur pola hidup. Tapi ketika berlibur ke Kalimantan, kemudian keliling Jawa Timur dank e Yogya, saya menemukan warna hidup yang berbeda. Benar kata pepatah, semakin banyak yang bisa kita pelajari, maka semakin indah menajalani hidup….karena semakin banyak pula kemungkinan yang terjadi…..

Saat ini, ketika tidur malam, saya tidak sabar menunggu pagi untuk melihat apa yang terjadi besok, karena walaupun esok adalah misteri tapi begitu indah untuk dijalani…..ayo jangan takut berlibur!

Lekas merasa gagal, mundur sebelum perang

Dalam acara “Tatap Muka” yang disiarkan oleh TVone tadi malam , menghadirkan sebuah tema “berangkat dari Nol”. Kali ini Farhan sebagai host mewancarai dua orang fenomenal yang sudah tidak asing lagi di dunia intertaiment. Sebut saja Tukul Arwana dan si goyang ngebor, Inul Daratista.

Presenter “bukan empat mata “ ini yang dikenal dengan gaya tepukan khas seperti monyet mengatakan bahwa kesuksesan yang ia raih sekarang tidak lain karena tanggung jawabnya terhadap keluarga dan tanggung jawabnya sebagai manusia yang memiliki bakat. Ia menuturkan bahwa bakat yang ia miliki merupakan anugrah dari Tuhan, yang harus di realisasikan sebagai wujud dari tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan. Melihat perjalanan karirnya yang bermula dari sopir pribadi, lalu pelawak kampong dan kemudian berubah menjadi presenter favorite pemirsa, diakuinya sebagai hasil dari kerja keras yang tak pantang menyerah . no lose before war and no lose before fight

Begitu juga yang di ungkapkan oleh Ainul Rohima, nama asli dari Inul Daratista, bahawa apa yang ia capai sekarang merupakan kerja keras yang terpacu oleh tanggung jawab terhadap dirinya dan keluarganya. Ia juga memberikan saran terhadap semua orang yang ingin sukses sepertinya, yaitu kedisiplinan dan komitmen terhadap apa yang diinginkannya. Jangan mudah menyerah …!

Sudah menjadi kalsik setiap kesuksesan berasal dari kerja keras . siapapun yang ingin sukses hidupnya, maka ia harus berusaha semaksimal mungkin. Kesuksesan bukan hanya dalam meraih limpahan materi tapi juga dalam hal meraih mimpi, misalnya sukses dalam ujian sekolah, sukses dalam pekeerjaan, sukses dalam proyek. Selain kemauan yang tinggi, yang menjadi motivasi dari sebuah kesuksesan adalah tanggung jawan yang tinggi. Apakah yang dimaksud dengan tanggung jawab itu ?

Bertanggung jawab, adalah pengakuan atas kemampuan untuk menerima segala konsekwensi. Atau juga bisa disebut sebagai penerimaan perannya dalam suatu kondisi dan lapang dada atas segala resiko yang terjadi. Lalu seperti apa wajah tanggung jawab itu ?. tanggung jawab memiliki berbagai wajah, yaitu :

1. Tanggung Jawab pada diri sendiri.

Cherie Carter-scott, Ph.D dalam bukunya “Bila Hidup Sebuah Permainan” memulai penjelasan tentang makna hidup dari sebuah penenerimaan atas pemilikan tubuh. Ia menjelaskan bahwa manusia berupa ruh yang sedang meminjam tubuh sebagai bentuk dari konsekwensi hidup di bumi. Dalam kajian tasawuf disinggung, bahwa manusia hidup dalam alam materi yang mau tak mau harus memiliki bentuk dan wujud. Ruh manusia yang merupakan manifestasi Tuhan, terjewantahkan pada materi atau tubuh ketika berada pada alam materi seperti yang kita tinggali saa ini.

Tubuh merupakan wadah dari inti spiritual manusia yang mernyimpan sebuah harapan, mimpi, ketakutan, imajinasi, pikiran , kebahagiaan, dan keyakinan yang membentuk kepribadian yang unik. Ruh dan tubuh berjalan beriring tak terpisahkan. Tubuh sebagai peredam dari pengaruh luar dan pengaruh dalam. dari cara pandang seperti ini, akan terjadi sebuah sikap saling mengahrgai satu dengan yang lain, antara ruh dan tubuh.

Ketika ruh atau ambisi bergelora maka tubuh akan meredam dan menyesuaikan dengan kondisi di dunia luar karena tubuh selalu berinteraksi dengan dunia luar secara intens dan akrab. Tubuh akan memberi informasi pada ruh, mana yang cocok dan sesuai dengan keinginannya. Ketika tubuh merasa tak berdaya menanggung semua keinginan ruh atau jiwa, maka tubuh akan memberikan informasi, bahwa tubuh tak berdaya dan butuh istirahat. Begitu juga sebaliknya, di dalam tubuh mengalir sebuah system yang dinamis, jika system itu behenti, maka ruh tak lagi bisa bertahan lama, sehingga akan terjadi sikap saling memahami. Misalnya, agar system di dalam tubuh bisa berjalan dinamis, maka tubuh harus menjaga kesehatan dengan melakukan olahraga, atau mengkonsumsi makanan yang bergizi.

Mengulang perkataan Tukul Arwana diatas bahwa , kesuksesan yang ia raih merupakan wujud dari rasa tanggung jawabnya pada minat atau bakat yang ia miliki. Ia sadar bahwa ada anugerah yang bersarang di dalam tubuhnya, sehingga dengan gerak otomatis, tubuh dengan sukarela mengejewantahkan pada dunia nyata. Lalu anugerah apa yang ada di dalam tubuh anda? Pemahaman seperti ini akan melahirkan sikap yang saling memahami dan saling mengisi. Jika tubuh bersikap baik pada ruh, maka ruh akan bersikap baik pula pada tubuh. Inilah yang dimaksud dengan tanggung jawab pada diri sendiri.

Apa mimpi anda ? apa keinginan anda ? apa cita-cita anda? Jujurlah pada diri sendiri dan tanggung jawablah pada mimpi itu. Kemudian berkomunikasilah pada tubuh anda. Karena tubuh anda juga punya hak untuk melayani keinginan anda dan tubuh bukan tempat penyimpanan dan pembuangan.

2. Tanggung jawab terhadap orang dekat

Memang tidak bisa di hindari dan tak bisa di pungkiri karena hidup secara berdampingan adalah sebuah keniscayaan. Tidak mungkin seseorang hidup di dunia seorang diri. Seorang anak tidak mungkin tiba-tiba muncul tanpa peran ayah dan ibu. Bahkan keluarga merupakan bentuk social yang paling kecil. Bagaimana belajar berinteraksi antar sesama manusia bisa wujudkan di dalam keluarga sebelum terjun di masyarakat dan Negara.

Sebagai orangtua, pasti memiliki tanggung jawab atas kebahagian dan kelangsungan kehidupan keluarganya. Begitu juga seorang anak memiliki tanggung jawab terhadap harapan orangtuanya. Ada ungkapan lama, bahwa tidak ada seorang ayah menginginkan anaknya seperti dirinya, karena seorang ayah berharap memiliki anak yang lebih baik darinya. Sehingga banyak ayah-ayah yang mendidik anaknya dengan pola yang berbeda ketika ia dapatkan dari orangtuanya dulu. Apalagi pada zaman modern ini, banyak pola pendidikan anak yang ditawarkan pada masyarakat, baik melalui majalah, televisi, internet bahkan melalui training yang menjadi salah satu program dari beberapa departemen.

Walaupun kadang kala harapan orangtua dan keinginan anak tidak berjalan beriringan tapi pada dasarnya tidak seorang anak yang menginginkan orantuanya bersedih. Pada dasarnya seorang anak ingin membuat orangtuanya bangga dan bahagia dengan caranya sendiri. Dan inilah kadang yang menjadi tolak ukur dari tanggung jawab anak pada orangtuanya.

Selain keluarga, yang menjadi orang terdekat adalah sahabat dan guru. Walaupun tidak begitu menjadi prioritas tapi tanpa disadari bahwa sahabat dan guru juga mempengaruhi membentuk kepribadian dan pola pikir seseorang. Sehingga kadangkala mimpi dan cita-cita muncul ketika bersama sahabat ataupun bersama guru.

3. Tanggung jawab pada masyarakat

Bukan menjadi sebuah pilihan sebelum kita lahir ke dunia ini, untuk hidup dimana yang kita inginkan. Apakah hidup di Negara Indonesia atau di Negara Amerika atau Eropa. Tetapi ketika kita lahir ke dunia, mau tidak mau harus siap dan menerima segala kemungkinan dengan bijak, yaitu dengan sikap memahami terhadap lingkungan yang mengakomodir kehadiran kita. Misalnya saja, kita hidup di daerah Sunda Jawa Barat, dengan berbagai budaya, aturan, tradisi, karakter dan pola pikir yang khas dan unik. Hal itu akan melahirkan karakter yang berbeda dengan seseorang yang berasal dari daerah lain misalnya Betawi, Jawa, ataupun Sumatera .

Dari tradisi dan budaya yang membentuk pola pikir manusia itu, mempengaruhi pada cita-cita dan harapan seseorang. Sehingga rasa tanggung jawab pun hadir sebagai bentuk nasionalisme terhadap budayanya. Misalnya saja, banyak kalangan artis fenomenal yang berasal dari daerah terpencil dan mengadu nasib ke ibu kota hanya karena ingin menunjukkan bahwa walaupun orang kampung bisa terkenal dan sukses. Dan hal itu pula bisa mengangkat nama kampungnya menjadi baik dan terkenal.

Sebuah cerita datang dari salah satu sahabatku, iyon (27 thn), ia berasal dari daerah terpencil di Madura. Sudah 5 tahun ia menuntut ilmu di Jakarta yang akhirnya menobatkan dia sebagai mahasiswa terbaik di kampusnya. Saat ini ia bekerja sebagai salah satu staf ahli di gedung Senayan. Dengan pengalaman dan materi yang ia dapatkan sungguh beruntung dibandingkan kawan-kawannya yang satu level dengannya. Tetapi tiba-tiba ia justru memilih kembali ke daerahnya menjadi guru. Ketika ditanya alasan dan motif kenapa ia malah kembali ke Madura, yang notabene perekonomiannya sangat minim dan sulit. Ia menjawab bahwa apa yang menjadi pilihannya merupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat di daerahnya. Ia menambahkan bahwa, mayoritas masyarakat di daerahnya tidak berpendidikan, makanya ketika ia mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu lebih tinggi maka sebenarnya tanggung jawab sedang mengiringi untuk mencerdaskan masyarakatnya. Dan saat ini , apa ayang menjadi harapan sudah berbuah, banyak masyarakat dari daerahnya yang memilih melanjutkan sekolah ke ibu kota

4. Tanggung jawab pada Negara

Negara dengan segala system dan aturannya membentuk masyarakat yang harmonis, damai dan aman. Negara yang tidak punya orientasi seperti itu, maka Negara telah gagal. Agar tidak gagal, Negara yang diwakili oleh pemerintahan harus bisa menjalin komunikasi dengan bangsa atau masyarakatnya. Apa yang menjadi tuntutan masyarakat, Negara wajib mengakomodirnya. Begitu juga sebaliknya, masyarakat juga harus membantu Negara agar tercipta harmonisasi yang kuat.

Saat ini Negara Indonesia sedang menyelengarakan pilpres (pilihan presiden) untuk masa bhakti 2009-2014. Untuk ikut mensukseskan acara ini, maka wajib bagi seluruh masyarakat untuk ikut berpartisipasi yaitu dengan memilih presiden. Bagi namanya yang belum terdaftar di DPT, untuk segera mendaftarkan diri ke RT atau RW setempat.

Ada juga bentuk dari tanggung jawab masyarakat terhadap negaranya adalah membayar pajak, mematuhi aturan lalu lintas, dan lain sebagainya.

5. Tanggung Jawab pada Lingkungan (Kosmologi)

Ada sebuah ungkapan bahwa alam merupakan manifestasi Tuhan yang derajatnya sama dengan manusia. Alam juga mempunyai ruh atau jiwa hingga ia tetap tumbuh dan hidup. Jika kita bisa menghargai sesama manusia, mengapa tidak bisa menghargai alam di sekitar kita. Karena alam sama dengan manusia sebagai makhluk Tuhan, maka tidak salah jika manusia wajib menjaga alam sebagi bentuk dari rasa tanggung jawab.

Bentuk tanggung jawab terhadao alam misalnya, tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan illegal longing, tidak merusak alam karena kepentingan pribadi, dan lain sebagainya. Karena alam juga punya jiwa, maka alam pun bisa marah, seperti terjadinya tragedy Situ Gintung satu bulan yang lalu, atau krisis ekologi dan global warming, hal itu semua disebabkan karena tidak adanya sikap tanggung jawab yang tinggi pada manusia. Karena wujud dari tanggung jawab adalah menghargai dan menjaga kelestarian alam.

Dari beberapa penjelasan mengenai bentuk tanggung jawab diatas, ada pertanyaan yang menggangu, darimana datangnya tanggung jawab itu?. Apakah memang muncul dengan sendirinya ? atau terbentuk oleh pola asuh atau terpengaruh oleh lingkungan ?. mengapa pertanyaan ini muncul, karena tidak semua manusia memiliki sikap seperti ini. Jika pun semua manusia memiliki sikap tanggung jawab, pasti buku-buku dan pelatihan tentang motivasi tak laku keras.

Terlepas dari penjelasan panjang mengenai motif munculnya sikap tanggung jawab, cukup disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa tanggung jawab ini muncul dari kesadaran manusia dan paradigma terhadap hidup yang harmonis, bahagia dan saling menghargai satu sama lain. Tidak ada seorang pun yang menginginkan hidupnya tak bahagia, berantakan dan terbelakang. Semua manusia mengharapkan sebuah kesuksesan dalam hidup dengan caranya sendiri.

“Antara Psikolog dan Filosof”


Saya sangat suka mempelajari tingkah laku manusia. Mengapa ia bertingkah seperti itu. Apa mortifnya, selalu aku cari jawabannya. Saya juga tidak tahu, dari mana kecenderungan itu muncul, tapi yang pasti, aku merasa tertarik akan hal ini, ketika awal masuk pondok. Ketika itu, saya tidak suka bergaul dan hanya membaca buku, kebetulan saya memiliki konflik batin dengan keluargaku, sehingga buku yang tepat menurut saya adalah buku tentang motivasi dan mengenal watak manusia.

Sampai akhirnya aku menulis tentang dampak pola asuh orangtua terhadap prilaku anak. Ketika anak bersikap seperti ini, pasti dia mendapatkan pola asuh yang seperti itu. Karena saya benar-benar menyakini bahwa prilaku anak sangat verat kaitannya dengan pola asuh orang tua. Orangtua yang overprotective akan menciptakan prilaku anak yang lemah dan tak punya prinsip. Dan seterusnya…

Ketika masuk dunia perkampusan, saya berharap bisa masuk fakultas psikolgi, tapi ternyata cahaya alquran lebih bersinar dan menghipnotisku untuk mencoba mencicipinya. Akhirnya aku masuk jurusan tafsir-hadis, tapi saya tak pernah menyesal atas semua pilihan ini, karena di Alquran justru banyak memberikan ilmu yang heterogen. Bahkan dalam masalah manusia sekalipun. Dan syukurnya lagi, saya mendapatkan beasiswa kuliah di ICAS yang lebih mengedepankan filsafat dan tasawuf.

Berkenalan dengan filsafat, membuatku terlena dan jatuh cinta. Karena apa yang ingin ku ketahui, akhirnya aku dapatkan. Dalam filsafat banyak hal yang berhubungan dengan kehidupan manusia aku pelajari. Apalagi dalam filasafat manusia dan filsafat moral. Banyak istilah baru yang kukenal sampai akhirnya dapat kurealisasikan.

Banyak kawan-kawan yang bercerita tentang masalah hidupnya. Berbagai macam problem kehidupan manusia mulai menyapaku melalui kawan2ku. Tak apalah jika menyebutku sebagai tempat sampah, tempat curahan hati . yang jelas aku banyak belajar dan bersyukurnya lagi, kawan2 bisa senang dengan apa yang ku beri. Walau kadang2 mereka menganggapku terlalu serius, seperti kuliahan. Kata mereka banyak teori. Tapi mereka mengakui, apa yang kusarankan, ternyata banyak benarnya. Akhirnya mereka pun bisa menjalani hidup dengan indah. Bukan hanya itu aku bisa mempelajari hidup, juga dengan berlibur ke berbagai daerah. Indahnya perbedaan itu.

Belajar psikologi atau filsafat sangat menyenangkan, karena akan melahirkan sebuah pemahaman. Memahami adalah memaafkan, benanrkan. Aku jadi lebih tenang, lebih arif, dan lebih dewasa. Walaupun kadang emosi belum bisa kutahan. Yang jelas jika dibandingkan masa lalu, yaa aku jadi lebih tenang saja dalam menjalani hidup. Makna dewasa adalah, berani bertanggung jawab atas semua yang kulakukan, baik yang positif maupun negative. Walaupun bagiku tidak ada yang negative, itu hanya sebuah penilaian saja.

Suatu ketika, aku ikut nimbrung di majalah Qalam, milik pondokku, isinya lebih bernilai psikologi islam. Walaupun menurutku belum jelas, tapi aku coba menulis. Yang menjadi pijakan hanya mengamati prilaku manusi saja. Cukup menarik, tetapi ketika aku menulis tentang motivasi dengan segenap hati, justru dipertanyakan rujukan atau mencantumkan salah satu teori dari psikologi atau juga pendapat dari salah satu psikolog.

Aku merasa aneh, mengapa masih saja kita senang dengan rujukan atau nukilan. Bukannya itu merupakan salah satu dari kesalahan logika. Mencoba menguatkan argument saja. Alias tak independen dan tak merdeka. Kita punya akal, hati dan indera untuk mengeksplore semua ilmu. Kenapa harus meminjam teori orang lain ? apakah kita tak percaya pada diri sendiri…..?

Yang tahu diri kita adalah diri kita sendiri.iya kan ? jika da yang perlu kita share, why not ? salah atau benar itu urusan para pembaca. Menulis yang baik adalah menulis dengan hati. Tapi, aku sadar, aku masih belajar menulis, apa salahnya di diperbaiki dan dikomentari.

Yang jelas, aku suka filsafat dan psikologi…..

Senin, 11 Mei 2009

menutup adalah mempertahankan

“Menutup adalah mempertahankan”. Itulah kalimat yang ku catat ketika membaca buku, “Hidup adalah sebuah permainan” ketika dalam perjalanan menuju Madura dengan menggunakan kereta ekonomi dari stasiun Senen menuju stasiun Pasar Turi Surabaya. Kenapa kalimat itu menjadi penting bagiku…?

Aku pernah mendengar dari seorang teman, bahwa untuk melupakan seseorang jangan pernah menjauh dan menutup diri, karena justru dengan itu, yang ada di dalam benaknya adalah rasa cinta, kekaguman dan segala kepositifannya. Misalnya saja, anda mencintai seseorang, tapi ternyata dia tak pernah ada rasa sedikit pun pada anda. Maka agar tidak patah hati secara dalam, maka mau tidak mau harus dilupakan dan dibuang jauh-jauh rasa itu. Bagaimana caranya ? ya seperti yang ku tulis diatas, tak perlu menjauh dan membatasi diri berkomunikasi dengannya. Tidak perlu membuang no hp nya di hp mu. Tak perlu menghentikan komunikasi, baik melalui sms, telpon atau bertemu langsung. Dan tak perlu melarikan diri jika bertemu dengannya secara tak sengaja.

Jika kau menutup pintu, berarti kau membiarkan ia masuk melalui jendela. Ketika kau menutup jendela, berarti kau membiarkan ia masuk melalui cerobong asap. Ketika kau menyumbat cerobong asap, maka ia akan masuk melalui pintu belakang. Begitulah seterusnya. Kembali pada persoalan mengenai motif cinta, pasti pertama yang muncul adalah rasa suka, kagum, atau damai ketika bersamanya. Jika ingin menutup perasaan yang terus tumbuh, maka sebenarnya mempertahankan rasa suka, kagum atau semua motif yang ada ketika mencintai seseorang itu. Yang ada di benaknya hanya hal yang positif tentang dia.

Ketika kita ingin membuang dan melupakan rasa yang pernah ada, maka berusahalah untuk terus berdekatan dengannya, karena kemungkinan untuk mengetahui hal-hal yang negative atau apa yang membuatmu tidak suka alias ilfil padanya akan segera terkuak. Biarkan kemungkinan itu terbuka dengan sendirinya.

Saya pernah mengalami hal itu. Mencintai seseorang yang tak pernah mempunyai rasa sedikitpun padaku kecuali hanya nafsu dan objek percobaan saja. Sebenarnya saya tidak pernah menganggap hubungan itu sesuatu yang penting. Karena bagiku, ini adalah anugerah dalam hidup untuk disyukuri, sebab saya bisa belajar dan terus belajar mencari makna hidup yang sebenarnya. Ini bukan sebuah musibah atau tragedy hingga harus memunculkan penyesalan atau menyalahkan diri sendiri. Sekali lagi aku hanya melihat kisah ini sebuah proses dalam hidup yang terus kupelajari.

Ketika melihat motifnya, kenapa saya bisa begitu mencintainya?, sejujurnya aku hanya takut kehilangan dia sebagai seseorang yang selalu membuatku damai dan tenang. Tapi pada perjalanannya, ia hanya mengaanggapku sebagai teman, dan tak lebih. Sungguh sangat menyedihkan dan menyakitkan, tapi pada akhirnya saya baru menyadari bahwa apa yang saya lakukan bukan semata-mata karena cinta tapi hanya ingin memilikinya saja. Ya Tuhan, saya telah bersalah. Aku siap menerima hukuman apa saja.

Berapa kali otakku bekerja keras, mencari logika untuk membuatku membencinya. Ia benar-benar bukan lelaki pilihanku. Ia tidak masuk kriteria sebagai lelakiku. Kadangkala aku malu dengan sikap dan sifatnya. Tapi entah kenapa aku begitu mentolerirnya. Berapa kali aku mencari celah dan kesalahan darinya. Berapa kali aku mencari sisi negative dari sikap dan sifatnya. Berharap aku ilfil padanya. Tapi ternyata itu sia-sia. Aku masih mencintainya….

Tapi lagi-lagi, pada akhirnya aku pun tak tahu, tiba-tiba saja, rasa itu hilang. Keinginan untuk menghubunginya lenyap begitu saja. Keinginan untuk bertemu dengannya, hilang entah kemana. Keinginan untuk berbicara dengannya, terbang di bawa angin. Keinginan untuk tahu tentangnya, tenggelam ditelan ombak.kenapa bisa begitu ya ?

Ku coba bertanya pada salah satu sahabatku yang kebetulan kandidat sarjana psikolog. Setelah ku urai secara detail permaslahanku, ia hanya berkomentar, bahwa rasa cinta memiliki potensi menjadi benci, begitu juga sebaliknya. Kalau tidak di atur pergerakannya, maka tidak akan stabil dan cepat mengalami ajakulasi dini, alias sampai pada potensi itu. Benar kata pepatah, cinta yang berlebihan akan menjadi benci, dan benci yang berlebihan akan menjadi cinta.

Merujuk pada komentarnya, sedikit mendapatkan sinar terang dari perubahan rasa yang kualami. Berbagai cara saya lakukan untuk mengembalikan rasa yang seharusnya, sesuai porsi yang memang ku jatah untuknya tak pernah terealisasikan. Namun ternyata rasa itu hilang dengan sendirinya tanpa dipaksa. Sudah menjadi sebuah hukum, bahwa sesuatu yang dipaksakan akan berbuah petaka, dan menyebabkan suatu beban.

Saya masih tak bisa memastikan dan menjamin, apakah rasa ini muncul sementara dan kemudian kembali pada semula?. Saya tak ingin berkata apa-apa, khawatir perkataanku nantinya menjadi buah simalakama. Saya hanya ingin terus berpatri, biarkan kemungkinan itu terbuka dengan sendirinya. Dan yang kutahu sekarang, adalah rasa senang akan kemenangan hati. Sudah lama aku nantikan rasa kemerdekaan ini. Sudah lama pula aku menantikan akhir dari kisah ini…terima kasih Tuhan atas pembelajarannya. Sungguh ! kali ini aku tak akan tergesa-gesa dalam bersikap dan mengambil keputusan.

Selamat tinggal rasa. Sampai kapan pun aku tak akan menutup “pintu”…mampirlah ke rumah hatiku! Agar ku tahu, siapa kamu, bagaimana kamu, dan mengapa kamu. Begitu juga sebaliknya. Proses pembelajaran akan terus berlangsung tanpa henti. Jika itu berhenti maka bumi pun berhenti berputar.

Ciampea, 8 Mei 2009.

biarkan kemungkinan terbuka ....

“Biarkan kemungkinan itu terbuka dengan sendirinya “. Apa maksud dari kalimat ini?. Awalnya aku benar-benar menentang kalimat ini. Karena bagiku, seseorang yang berprinsip seperti ini, memiliki mental yang sangat lemah. Tak ingin berusaha dan takut menghadapi segala resiko yang akan terjadi. Benar-benar pengecut dan tak tegas. Tidak memiliki prinsip, selalu menunggu dan menanti. ..

Tapi pada akhirnya ketika pelajaran hidup mengenai ini, sampai padaku, aku jadi tahu dan paham. Kenapa kalimat ini harus keluar dan ada. Tak kusangka, prinsip ini menjelma menjadi satu dalam perjalanan hidupku. Aku selalu berfikir, masih banyak kemungkinan yang akan terjadi padaku nanti. Makanya aku begitu hati-hati dan penuh pertimbangan setidak melangkah dan bertindak. Walaupun suatu putusan sudah ku ambil, tapi aku tak pernah menutup kemungkinan yang bakal terjadi, walaupun toh yang terjadi adalah sebaliknya.

Hmm,… apa sebenarnya yang kucari ? dulu aku pernah berdoa pada Tuhan, tentang harapan dan keinginan. Tapi memang benar, sejak dulu aku sudah menghentikan kegiatan berdoaku pada Tuhan, karena dengan keyakinan yang kumiliki, bahwa Tuhan pasti akan mengabulkan doaku, baik yang bersifat negative maupun yang positif . justru yang ku khawatirkan adalah kemampuanku untuk menerima pengejewantahan doaku dari Tuhan. Jika aku berdoa ini, dan Tuhan mengabulkan, kira-kira aku sanggup gak ya ngejalaninya …? Itulah pertimbanganku mengapa aku tak ingin berdoa.

Tapi bagaimanapun, dengan teori apapun, aku tetap butuh Tuhan dan berdoa padanya sebagai ekspresi dari kekuasaan-Nya sebagai sang Pencipta. Aku meminta, bertemu dengan lelaki yang begini, begitu, ini dan itu. “Tuhan, aku sudah lulus kuliah, dan siap menerima pelajaran yang banyak dialami para remaja, sedangkan Kau tahu, jika melihat umurku, aku sudah telat untuk mengalami hal itu. Maka kabulkan doaku segera…”. Dan benar, Tuhan mengabulkan doaku, tapi seolah-olah mengajariku bahwa bisakah aku berfikir akan semua yang kuterima ?

Setelah ku terima anugerah Tuhan yang luar biasa, aku justru menyalahkan diriku sendiri dan terkutuknya lagi, aku hampir saja juga menyalahkan Tuhan. Tapi buru-buru kutangkis, bahwa ini bukan musibah tapi seburuk-buruknya yang kualami, ini tetap anugerah dari Tuhan, bagaimana aku mengelolanya saja dan menjadikan sebuah pembelajaran penting dalam hidupku kelas, walaupun hanya sebagai kisah.

Manusia memang tak pernah habis rasa puasnya. Aku sebagai manusia punkembali berdoa pada Tuhan, kali ini ada sedikit perubahan redaksi dan sedikit mengadu. Dan lagi-lagi Tuhan mengabulkan doaku. Aku juga tidak tau, sampai mana pelajarn ini berlangsung. Yang jelas aku tak ingin menjadi murid yang bodoh, yang selalu kehilangan tongkat kedua kalinya. Aku harus belajar dari pengalaman sebelumnya. Aku tak perlu tergesa-gesa. Aku harus bisa memenej rasa yang ada.

Terima kasih Tuhan, aku tak tahu harus membalas apa, jika solat dan ibadah yang lain menurutmu merasa cukup, maka bagiku, belum cukup.

Selamat datang, cinta… aku ingin memupukmu, walaupun kau berpotensi rasa benci… biarkan aku menikmati setiap detik rasamu mengalir dmai dalam tubuhku dan memeluk hangat hati, jiwa dan akalku. Walaupun sebenarnya, aku masih belum bisa memastikan dan membuat keputusan. Tapi biarkan semua mengalir dan berjalan beriringan. Biarkan kemungkinan itu terbuka dengan sendirinya…..

Ciampea, 9 Mei 2009

Selasa, 05 Mei 2009

lagi di kelas ICAS, my sweet class

ada mas khum sang perjaka ting-ting sibuk mencari inspirasi untuk menari dan puisi. ada mas Wong, sang guru yang baru saja sadar, kalo ikutan facebook ternyata ada hubungannya dengan ke-gaul-an seseorang. ada reno yang terpengaruh facebook, dan baru mendaftar FB. ada sepasang kekasih, lisfa dan sigit yang masih menunggu malam. ada dian sang anarkis yang selalu ingin tau. ada dhika sang modis.

semua kawan2 kelas di Icas memiliki karakter berbeda-beda dan unik. nantikan ceritanya....!!!!! saya lagi dikelas, mencuri wifi icas, dengan bantuan mata-mata si sigit, akhirnya semua kawan2 bukannya belajar tapi malah keranjingan FB......

love you!!!