Senin, 11 Mei 2009

biarkan kemungkinan terbuka ....

“Biarkan kemungkinan itu terbuka dengan sendirinya “. Apa maksud dari kalimat ini?. Awalnya aku benar-benar menentang kalimat ini. Karena bagiku, seseorang yang berprinsip seperti ini, memiliki mental yang sangat lemah. Tak ingin berusaha dan takut menghadapi segala resiko yang akan terjadi. Benar-benar pengecut dan tak tegas. Tidak memiliki prinsip, selalu menunggu dan menanti. ..

Tapi pada akhirnya ketika pelajaran hidup mengenai ini, sampai padaku, aku jadi tahu dan paham. Kenapa kalimat ini harus keluar dan ada. Tak kusangka, prinsip ini menjelma menjadi satu dalam perjalanan hidupku. Aku selalu berfikir, masih banyak kemungkinan yang akan terjadi padaku nanti. Makanya aku begitu hati-hati dan penuh pertimbangan setidak melangkah dan bertindak. Walaupun suatu putusan sudah ku ambil, tapi aku tak pernah menutup kemungkinan yang bakal terjadi, walaupun toh yang terjadi adalah sebaliknya.

Hmm,… apa sebenarnya yang kucari ? dulu aku pernah berdoa pada Tuhan, tentang harapan dan keinginan. Tapi memang benar, sejak dulu aku sudah menghentikan kegiatan berdoaku pada Tuhan, karena dengan keyakinan yang kumiliki, bahwa Tuhan pasti akan mengabulkan doaku, baik yang bersifat negative maupun yang positif . justru yang ku khawatirkan adalah kemampuanku untuk menerima pengejewantahan doaku dari Tuhan. Jika aku berdoa ini, dan Tuhan mengabulkan, kira-kira aku sanggup gak ya ngejalaninya …? Itulah pertimbanganku mengapa aku tak ingin berdoa.

Tapi bagaimanapun, dengan teori apapun, aku tetap butuh Tuhan dan berdoa padanya sebagai ekspresi dari kekuasaan-Nya sebagai sang Pencipta. Aku meminta, bertemu dengan lelaki yang begini, begitu, ini dan itu. “Tuhan, aku sudah lulus kuliah, dan siap menerima pelajaran yang banyak dialami para remaja, sedangkan Kau tahu, jika melihat umurku, aku sudah telat untuk mengalami hal itu. Maka kabulkan doaku segera…”. Dan benar, Tuhan mengabulkan doaku, tapi seolah-olah mengajariku bahwa bisakah aku berfikir akan semua yang kuterima ?

Setelah ku terima anugerah Tuhan yang luar biasa, aku justru menyalahkan diriku sendiri dan terkutuknya lagi, aku hampir saja juga menyalahkan Tuhan. Tapi buru-buru kutangkis, bahwa ini bukan musibah tapi seburuk-buruknya yang kualami, ini tetap anugerah dari Tuhan, bagaimana aku mengelolanya saja dan menjadikan sebuah pembelajaran penting dalam hidupku kelas, walaupun hanya sebagai kisah.

Manusia memang tak pernah habis rasa puasnya. Aku sebagai manusia punkembali berdoa pada Tuhan, kali ini ada sedikit perubahan redaksi dan sedikit mengadu. Dan lagi-lagi Tuhan mengabulkan doaku. Aku juga tidak tau, sampai mana pelajarn ini berlangsung. Yang jelas aku tak ingin menjadi murid yang bodoh, yang selalu kehilangan tongkat kedua kalinya. Aku harus belajar dari pengalaman sebelumnya. Aku tak perlu tergesa-gesa. Aku harus bisa memenej rasa yang ada.

Terima kasih Tuhan, aku tak tahu harus membalas apa, jika solat dan ibadah yang lain menurutmu merasa cukup, maka bagiku, belum cukup.

Selamat datang, cinta… aku ingin memupukmu, walaupun kau berpotensi rasa benci… biarkan aku menikmati setiap detik rasamu mengalir dmai dalam tubuhku dan memeluk hangat hati, jiwa dan akalku. Walaupun sebenarnya, aku masih belum bisa memastikan dan membuat keputusan. Tapi biarkan semua mengalir dan berjalan beriringan. Biarkan kemungkinan itu terbuka dengan sendirinya…..

Ciampea, 9 Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar