Selasa, 23 November 2010

Kanda…

Karena aku memanggilmu dengan panggilan ‘kanda’, maka tanpa sadar kau pun memanggilku dinda. Namun sebenarnya itu tidak menjadi penting bagiku, karena alasan mengapa aku memangillmu ‘kanda’, itu jauh lebih penting. Sempat aku memancing dirimu untuk menanyakan hal itu. maka sengaja ku buat agak mendramatisir agar kau penasaran, yaitu ketika kita sedang di atas motor yang melaju sangat cepat, sehingga aku pun bisa mengulur waktu. Namun ketika sedang santai, kau mulai menanyakan hal itu. dan itu sangat membuatku bahagia. Saking bahagianya aku tak begitu detail menceritakan alasanku mengapa aku memanggilmu Kanda. Maka izinkanlah aku menceritakannya dengan detail saat ini.
Ini adalah kisah cinta seorang wanita muda yang mencintai seorang laki-laki yang telah di vonis gagal ginjal dan hidupnya tidak akan lama lagi. Lelaki yang menjalani cuci darah 3 kali dalam seminggu selama 10 tahun dan memiliki penyakit yang kompleks ini, adalah seorang penulis dan tokoh teater Indonesia. Meski umur mereka berjarak 20 tahun, namun aroma kebahagian tercium semerbak dan menimbulkan energy positif bagi semua orang, terutama diriku. Laki-laki yang sudah 2 kali gagal dalam pernikahannya ini, akhirnya bertemu dengan seorang wanita yang lebih muda darinya, yang sangat energik dan memiliki stok senyum yang banyak. Ku panggil lelaki itu dengan panggilan syhadan, mas Radhar. Sedangkan wanita yang tidak terlalu ambil pusing dengan semua masalah hidupnya kupanggil dengan sebutan bak Nkis.
Ketika aku bertanya pada bak Nkis, mengenai alasannya memutuskan untuk menikah dan menghabiskan sisa hidupnya bersama mas Radhar yang notabene tidak akan hidup lama lagi ini, ia hanya tersenyum sambil menjawab, “ ini bukan persoalan rasio,Nov. tapi ini soal rasa. Keluargaku memang menentang, bukan persoalan karena ia Duda, atau karena jarak umur kami yang terlampau jauh, tapi karena ia sakit dan tak lama lagi akan meninggal. Tapi aku yakin dengan hatiku, bahwa dia adalah jodohku”. Jawaban bak Nkis membuatku semakin penasaran dan menggelitikku untuk terus bertanya.
“ Apakah bak ga pernah berfikir, tiba-tiba ketika habis ijab Kabul, mas Radhar mati. Dan status janda segera kau sandang ?”
“Ya kepikir lah, Nov. tapi kalo sudah cinta yang bicara, semua hal yang remeh-temeh itu yaa.. sudah lewat. Bagiku saat itu, adalah bagaimana aku tak ingin mendholimi perasaanku sendiri. Ketika aku ingin mencintainya dengan tulus tanpa ada kepentingan apapun, maka kuletakkan rasioku dan membiarkan hatiku yang bicara, yaitu hanya ingin bersamanya. “
“sekarang sudah berapa tahun menikah, bak ?”
“Alhamdulillah, sudah 5 tahun lah. Dulu awal menikah, sempat panik kalo mas Radhar lagi kambuh penyakitnya. Ya sesak lah atau apalah. Tapi sekarang sudah biasa tuh..”.
“ sepertinya bahagia ya bak ?”
“Bahagia sih tapi kami selalu tengkar . Habis dia gak pernah sabaran sih. Belum selesai aku mengerjakan apa yang ia suruh, eh sudah nyuruh yang lain. Kan aku nya jadi sebel.”
Mas Radhar yang kukenal adalah lelaki yang lembut dan romantis, namun ia tidak suka menampakkannya di depan orang. Justru yang ditampakkanya adalah kebalikannya. Ia marah-marah namun sebenarnya sangat sayang. Dan menurut cerita dari bak Nkis, cara berkomunikasi yang ia gunakan dengan bak Nkis adalah diam dan hanya memandang.
“ Kesel aku Nov, semua barangnya mas Radhar kan ada di aku. Entah itu rokoknya, koreknya, termosnya, kacamatanya, pokoknya semuanya deh. Kalo pas lagi butuh, pasti manggil aku. Mending kalo aku ada di sampinganya. Kalo pas aku lagi jauh darinya, aduuuhh… capek juga. Pernah tuh, aku letakkan semua barangnya di sampingnya, namun ia tak mau dan marah. Ya sudah deh… aku yang jadi capek”. Keluhan bak Nkis ini, justru membuaku tertawa dan paham, bagaimana mas Radhar begitu mencintai bak Nkis. Mas Radhar hanya tidak ingin jauh dari mbak Nkis. Itulah hasil pembacaanku.
Kini mas Radhar yang masih menjalani cuci darah 3 kali dalam seminggu, masih terus berkarya dan bak Nkis masih setia menemaninya. Meski tak jarang pula, aku melihat mereka bertengkar dan tak jarang pula aku melihat mereka begitu mesra. Sampai akhirnya aku tak mampu lagi membedakan apakah mereka sedang bertengkar atau sedang bermesraan. Yaa… pasangan yang unik. Dan karena merekalah aku memanggilmu, kanda. Sebab bak Nkis memanggil mas Radhar dengan sebutan ‘kanda’.
Mas Radhar sebagai sutradaraku banyak memberikan pengetahuan yang luar biasa padaku. kadang memancingku untuk ingin lebih tahu tentang apapun. Entah itu tentang politik, sejarah, social, dan tentang jiwa manusia. Ia bukan hanya sebagai sutradaraku, tapi juga sebagai guruku. Meski hingga saat ini, aku merasa segan, karena mas Radhar lebih banyak diam. Namun ketika ia marah, semua ilmunya langsung ke luar. Lelaki yang mendapatkan gelar MA nya di Paris sebagai sosiolog ini juga menjadi alasanku mengapa aku memilih jurusan sosiologi di pascasarjana UI.
Sedangkan bak Nkis adalah wanita yang tidak pernah mengatakan kata ‘tidak’ pada siapapun. Meski mudah sekali ngambek dan marah namun cepat kembali ramah lagi pada semua orang.
Kisah cinta mereka mungkin banyak dialami oleh orang-orang di seluruh dunia, namun hanya pasangan inilah yang memanggil ‘kanda’ dan ‘dinda’. Aku memanggilmu dengan panggilan ‘kanda’ bukan karena kau seperti mas Radhar, tapi aku ingin mencintaimu selayak bak Nkis. Tapi jika ini membuatmu risih atau terganggu, maka maafkan atas kelancanganku. Karena Aku hanya ingin kau tahu saja. Bahwa apapun yang terjadi, aku tidak ingin mendholimi perasaanku. Entah hingga kapan…????

Gunuk, 23 Nov 2010. 19.36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar