Rabu, 23 Maret 2011

Individu Mlentang-Mlentong

Ketika aku membaca status FB milik seorang wanita dewasa, yang sudah kuanggap sebagai soulmate , tertulis kalimat, “Jika aku memakai jilbab yang berbahan silky, jadinya mlentang-mlentong”. Begitulah kira-kira redaksinya yang sedikit aku edit, karena fokusku hanya pada kata ‘mlentang-mlentong’.
Tiba-tiba ada sesuatu yang menggelitik di kepalaku. Ku biarkan diam dan memejamkan mata, sambil menikmati pantulan-pantulan file yang saling berloncatan di otakku. Tuing..! tuing..!tuing..!. aahhh masih saja belum ku temukan. Akhirnya ku putuskan untuk solat dhuhur, siapa tahu pikiranku jadi jernih dan sedikit terbuka.
Mlentang –mlentong ? kira-kira itu bahasa apa ? bahasa dari mana ? tapi mengapa kadang orang bisa memahaminya, hanya dengan membaca kalimat diatas, saya yakin seyakin yakinnya semua orang akan paham dan mengerti akan makna mlentang-mlentong itu. Tapi ketika aku tanya maknanya, pasti semua orang tidak bisa menjawab kecuali langsung mempraktekkannya…”Gini nih, Nov…” sambil mengacak-ngacak jilbabnya. Kira-kira begitu.
Nah, pertanyaan selanjutnya adalah, sejak kapan kata ‘mlentang-mlentong’ itu muncul ? dan siapa yang mencetuskannya? Dalam konteks apa, ia muncul ? bisakah diasosiasikan pada konteks yang lain?.
Jika tak salah, makna ‘mlentang-mlentong’ itu adalah sebuah kondisi yang tak beraturan, acak-acakan, dan tak rapi. Dan jika diasosiasikan pada konteks yang lain, misalnya manusia, mungkin hampir mirip dengan kata ‘plin-plan’ atau ‘mencla-mencle’.
Individu yang mlentang-mlentong ini adalah individu yang tak punya prinsip dan pegangan yang kuat, hingga mudah berubah sesuai dengan arus. Ia selayak bunglon, yang selalu berubah di konteks yang berbeda dengan tujuan untuk mencari aman. Lalu apakah itu salah ?
Memang sedikit menyebalkan dan kadang bikin kesel, jika bertemu dengan orang yang mlentang-mlentong ini. Apalagi jika urusan dengan janji. Katanya mau datang jam 4 sore, tapi ternyata dengan alasan yang tidak logis, jadi melar ke jam 7 malam…..atau, katanya janji akan selalu setia, tapi ternyata selingkuh juga. , tapi apa itu salah ?
Lain halnya dengan orang yang di haruskan untuk mlentang-mlentong. Ia harus menjadi pribadi A di tempat A. atau ia harus menjadi pribadi B di tempat B dan seterusnya. Karena jika tidak begitu, ia akan mengalami keterasingan diri dan penolakan. Lalu Apakah kira-kira, orang yang memiliki bakat dan keahlian dalam memainkan perannya sebagai pribadi yang mlentang-mlentong itu di berbagai macam konteks, harus kita hargai dan kita apresiasikan ?.
Mungkin kita pernah mendengar sebuah nasehat klasik, bahwa orang yang banyak pengalaman akan lebih bijak. Banyak pengalaman itu tidak berarti berada pada satu konteks atau satu ruang saja, Namun banyak konteks dan banyak ruang dengan tetap bersikap terbuka, yaitu membuka hati dan pikiran untuk menerima semua hal yang dihadapi dan dialaminya. Dan pastinya, ini adalah ruang terbuka bagi individu yang mlentang-mlentong itu.
Jika hanya memiliki satu keyakinan akan sebuah kebenaran, maka yang ada hanyalah justifikasi antara salah dan benar. Yang benar adalah apa yang diyakini benar dan yang salah adalah apa yang tidak menjadi keyakinannya. Berbeda dengan individu mlentang-mlentong ini, ia menganggap bahwa semua realitas adalah kebenaran. Tidak ada yang salah. Dan jika harus memilih mana yang paling benar diantara kebenaran-kebenaran itu, tentu saja ia akan memilih apa yang ia yakini benar tanpa harus menganggap salah bagi yang tidak diyakini benar.
Banyak cerita yang ku dengar dari beberapa temanku, bahwa mereka ternyata tidak bisa menjalani apa yang sebelumnya mereka katakan. Misalnya, “nanti kalo aku menikah, pasti akan berhenti merokok”, tapi kenyataannya hanya omong kosong. Atau contoh lain, “nanti jika aku dapat gaji pertama dari kerjaanku, aku ingin beli laptop”, dan lagi-lagi ternyata tidak terealisasikan. Dan masih banyak contoh yang lain. Saya yakin anda semua juga pernah mengalaminya.
Tapi apakah itu salah ? bukankah hidup itu hanya sebuah proses yang tidak pernah final ?, mengapa harus menyalahkan orang yang tak mampu merealisasikan ucapannya ?. tapi jika kita terus berkompromi dan memaklumi individu yang mlentang-mlentong ini, lalu apa yang menjadi tolak ukur dari sebuah pribadi yang kuat dan konsisten ? . Sampai kapan dan sampai dimana kita harus mlentang-mlentong ?
Jadi, apakah anda adalah invidu yang mletang-mlentong ? atau individu yang konsisten dan kuat ?

Gunuk, 23 Maret 2011. 15.13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar