Rabu, 23 Maret 2011

Perselingkuhanku yang Pertama

Di rumahku
Tok…tok …tok….
Ku buka pintu dan dia muncul dengan senyum sambil mengangkat kedua kantong plastik bertulis carefour dan berkata, “malam ini kita dinner di rumah saja, dan biarkan aku yang masak”. Aku kaget dan hanya mengangkat bahu sambil geleng-geleng kepala lalu mempersilahkan ia masuk ke dalam rumahku.
Tanpa perintah ia langsung membuka kulkasku dan mengambil keju, mayones, dan bawang Bombay lalu menuju dapur. Aku masih diam sambil mengamati tingkahnya. Ku ikuti langkahnya menuju dapur dan ia langsung bereksprimen dengan dapurku selayak dapurnya sendiri. Kusandarkan punggungku pada pintu belakang rumahku sambil melipat tanganku mengamati kesibukkannya.
“Biarkan aku yang masak, kau teruskan saja pekerjaanmu !nanti kalo sudah selesai, akan ku kabari”. Ia mendorong pundakku meninggalkan dapur dan aku masih sedikit enggan melanjutkan aktifitas menulisku di kamar.” Okey”, jawabku dengan malas…
Aku pun melanjutkan aktifitasku, namun sesekali aku mengintipnya dari pintu kamarku. Aroma sedap masakannya membuat perutku berbunyi beberapa kali. Tiba-tiba aku teringat pada awal kami bertemu, yaitu ketika di sebuah acara. Ia adalah sosok laki-laki yang pendiam dan hanya bisa menatapku ketika berbicara dan bercanda akrab dengan teman-temannya. Hingga acara itu usai ia masih tak bicara denganku, namun sesampainya aku di rumah, ia menelpon dan terus menelpon setiap hari hingga akhirnya kami menjadi akrab. Aku memang kaget, ternyata ia jago masak dan suka mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kadang ia membereskan rak bukuku. Kadang ia menguras kamar mandiku. Kadang ia menyetrika bajuku. Dan itu semua adalah pekerjaan yang gak aku sukai.
Aku tak pernah menghubunginya terlebih dahulu. Ia datang dengan tiba-tiba dan selalu membuat kejutan-kejutan yang membuat hatiku bergetar. Pernah suatu ketika di pagi hari, ia datang dengan setangkai bunga mawar. Aku yang ketika itu ingin marah karena merasa terganggu, malah menjadi tertawa dan senang dengan tingkahnya. Kadang ia menjengkelkan tapi juga membuatku merindu.
Tong..tong..tong….
Ia memukul panci sebagai tanda masakannya sudah beres. Lalu ia membawa makanannya ke ruang depan dan menyiapkan untukku. Aku langsung menyudahi aktifitasku dan segera menuju ruang depan.
“Wow… makan ayam kita nih ? “
“Iya…dan ini untukmu “
“Makasih…”
“Sini ! kita makan bareng!”

Di Rumahnya
“Sudah pulang, Pa ?”. istrinya dengan sigap segera mengambil tas dan tumpukan berkas yang ada di tanggnya dan meletakkanya di meja kerjanya. ia langsung menuju kamarnya dan mengganti baju. Sedangkan istrinya kembali mendatanginya dan mengambil baju kotornya.
“Pa, makan malam yuk, aku masak enak lo malam ini, khusus buat papa !”. ia hanya mengangguk dan tersenyum dengan paksa, istrinya segera meninggalkan kamar dan menuju meja makan. Ia pun segera menyusul istrinya setelah berganti pakaian untuk makan malam bersama.
“Adit mana, Ma?”
“Ia sudah tidur. Katanya besok ia harus bangun pagi-pagi karena olah raga di sekolahnya”
“Hmm.. gimana ia di sekolah? Ada masalah ?”
“Ga ada, pa. semuanya baik-baik saja. Adit anak yang rajin dan penurut. Oh ya … gimana masakan mama ? enak ga ?”
“Hmm… katanya Adit butuh uang untuk beli buku barunya ?”
“ooo…. Iya tuh…tapi masih minggu depan “
“oo… biar uangnya, aku siapkan besok untuk Adit”
Setelah makan, ia beranjak ke kamar dan langsung tidur. Sedangkan istrinya masih membereskan meja makan dan hanya menelan ludah kering ketika melihat suaminya sudah terlelap di atas ranjang. Namun istrinya tetap tersenyum dan tidur di sampingnya. Istrinya juga memperbaiki selimut untuk suaminya dan tak lupa ia juga memeluk tubuh suaminya yang membelakanginya.
“Aku sayang Papa….”, begitulah kata yang diucapkan sang istri setiap malam sambil memeluk suaminya yang tidur dengan selalu membelakangi istrinya. Dan sang suami yang hanya pura-pura terlelap hanya bisa berkata dalam hati, “Maafkan aku,Ma.. hingga saat ini aku masih belum bisa mencintaimu. Beri aku waktu !”
Epilog
Dialah laki-laki yang menikah tanpa cinta. ia menikah hanya karena pernikahan itu adalah suatu ibadah dan keharusan setelah semuanya telah ia dapati, yaitu pekerjaan tetap ……

Gunuk, 19 Maret 2011. 15.03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar