Jumat, 01 April 2011

Laki-laki Tanpa Nama

Ketika di kereta ekonomi Gaya Baru Malam Jakarta-Surabaya via Jogja

“Anda penulis ya ?” tanya seorang laki-laki yang berada tepat di sampingku
“Kok…?”, aku terganggu sekaligus penasaran
“Habis.. dari tadi aku perhatikan, sejak awal kereta berangkat, kau terus membaca buku tanpa henti hingga pertengahan perjalanan”
“Oh ya,,,? Mengapa kau menyimpulkan begitu ?” aku menutup buku sambil mengarahkan tubuhku menghadap menyamping ke arahnya.
“Seorang penulis pasti suka membaca”. Pinter juga nih laki-laki merangsangku untuk ngobrol
Akhirnya, kami pun terlibat pada sebuah obrolan yang menyenangkan. Laki-laki itu memang tidak cakep tapi juga tidak jelek. Warna kulitnya tidak putih dan juga tidak hitam. Namun struktur wajahnya sangat teratur. Semuanya porposional. Sesuai dengan porsinya. Matanya. Hidungnya. Bibirnya dan semuanya sangat pas. Apalagi bentuk punggungnya. Sangat tegak dan tegas. Entah mengapa aku selalu menilai laki-laki dari bentuk punggungnya. Karena bagiku, punggung laki-laki merepresentasikan karakternya. Dan ternyata laki-laki itu sangat cerdas. Ia mampu membuatku tertawa, kritis, dan tidak mengantuk.
_____________________________
Ketika tiba di Stasiun Jogja. 01.45

“Kau pulang kemana ?” tanya laki-laki itu sebelum sampai di stasiun
“Kebetulan aku ke jogja hanya ingin menemui temanku. Tapi sepertinya aku keliling jogja dulu dah hingga pagi, karena tak ingin mengganggu tidurnya”
“Kalo begitu, biar aku temani kamu keliling Jogja”
“Boleh…. Jika kau tak keberatan dan tak merepotkanmu”
____________________________________
Di Alun-alun kota Jogja 02.15

“Mengapa kau suka Jogja ?” laki-laki itu memulai obrolan dan kami pun berjalan melewati malam
“Karena aku pernah mencintai laki-laki yang mencintai Jogja?”
“Oh ya ?”
“Hmm.. aneh ya ?”
“Tidak..hanya menarik”

Kami terus ngobrol dan berjalan mengitari alun-alun kota Jogja. Sembari mampir di market alfaMart dan duduk di depannya sambil memegang botol bir dan rokok yang terjepit diantara jari-jari tangan.

“Sama dong ! aku juga suka laut dan hujan”
“Oh ya ? bagaimana kalau kita ke pantai sekarang?”, ajakku
“Boleh….aku telpon temanku dulu ya, biar bisa minjem motor dan kita ke pantai”
Setelah temannya datang dan meminjamkan motornya, kami segera ke pantai…
______________________________
Di Pantai Parangtritis 03.25

“Kau sudah punya kekasih ?” tanya laki-laki itu sambil memainkan pasir di kakinya
“Tidak”
“Jangan-jangan kau lesbi?”
“Haaa…..”
“Kok ketawa?”
“Kau selalu membuat kesimpulan yang aneh”

Obrolan kami mulai menyinggung masalah privasi. Dia menceritakan kisah cintanya dan begitu juga aku. Kami tertawa tertahan karena tak ingin mengganggu pasangan muda-mudi yang berada di sekitar kami. lalu kami memutuskan untuk pergi ke motel di dekat pantai.
_____________________
Di Motel 04.15

“Yuk..!!”, ajak laki-laki itu sambil menghampiriku yang duduk menunggunya mengurusi prosedur menginap di motel. Aku mengangguk dan mengikuti langkahnya.
“Kamar berapa kita ?” tanyaku. Dan laki-laki itu hanya menunjukkan gantungan kunci kamar yang tertulis nomer 2.23

Kami masih ngobrol di sofa kamar. Saling tertawa. Saling mengejek. Dan saling menyombongkan diri. 2 botol bir sudah kosong dan asap rokok sudah sedikit mengepul. Ia mendekatiku dan menatap wajahku begitu dekat. Aku hanya tersenyum sambil membalas tatapannya. lalu kami berciuman dan bercinta
______________________________
Di pagi hari 08.37

Dering HP ku berbunyi. Aku terbangun dan menjawab panggilan itu

“Iya cin…?”
“Dimana ? sudah sampe Jogja kah ?”
“Iya.. 2 jam lagi, kau jemput aku di Alun-alun ya !”
“okay”

Ku tutup telpon dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Lalu dengan handuk putih milik motel, aku menuju cermin dan mencoba menata dandananku sambil mengenakan baju yang tergeletak di lantai. Laki-laki itu masih tertidur di bawah selimut. Ku kenakan sepatu yang berada di bawah sofa dan seketika itu, laki-laki itu menyapa

“Kau mau kemana ?”
“Ke Alun-alun”
“Ada apa ?”
“Bertemu temanku. “
“Hmmm……”
“Oke…. Aku pergi dulu.. makasih ya”, ku ambil tasku dan segera beranjak pergi
“Hey bentar ! setidaknya kau tinggalkan kartu nama atau nomer HPmu untukku!”
“Hem.. apa itu penting ? toh aku juga tak ingin tahu namamu… sudahlah! Anggap saja apa yang terjadi di antara kita adalah sebuah cerita…. Da..da.…..semoga kita bertemu lagi dengan rasa yang berbeda”. Aku pergi meninggalkannya dan segera menemui temanku dengan mengojek dari pantai parangtritis.

Setahun kemudian…

“Aku janji akan kenalkan kamu dengan penulis novel ini”
“Novel apaan tuh “
“Ceritanya bagus deh.. dan kau harus baca!”, aku mengambil novel dari tangan sahabatku dan membuka-buka nya.
“Sudahlah ! tar aja bacanya… tar lagi kita nyampe ke rumahnya”

Aku dan sahabatku turun dari mobil tepat di depan rumah yang megah berarsitektur eropa dengan taman yang indah dan luas. Aku mengikuti langkah sahabatku menuju tempat duduk yang berada di dekat kolam renang.

“Rumah orang kaya ya?”, tanyaku dengan penasaran
“Iya…pemilik salah satu orang yang berpengaruh di Jogja”
“oooo,…..”

Tiba-tiba laki-laki yang diceritakan oleh sahabatku sebagai penulis novel dan juga direktur di tempat kerjanya datang menghampiri kami.

“Hey.. maaf lama menuggu”, begitulah sapanya
“Ah ga kok mas….”, jawab sahabatku. “Kenalkan !, ini sahabatku dari Jakarta, ia juga penulis”. Aku menjabat tangan laki-laki itu dengan senyum yang tertahan….
“Novie…”, sapaku. Dan ia masih menatapku tajam seperti tak percaya.
“Aku mencarimu “, hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya sedangkan tangannya masih menjabat tanganku…
“Dan kau sudah menemukannya….taraaaaaaaaa”

Sahabatku seperti orang tersesat yang kebingunan melihat kami yang masih saling menatap dan saling menjabat tangan………

“Pinter juga lo nyamar?”, sapaku padanya
“Nyamar apa ?”
“Nyamar miskin”, kami tertawa
“Kau sudah membaca novelku ?”
“Belum, baru saja ku dapatkan dari dia. Emangnya kenapa ?”, sambil melirik pada sahabatku
“Aku mencarimu dengan novel itu. sekiranya dengan menceritakan sosok dan cerita tentangmu, aku bisa menemukan dirimu. Perempuan yang pintar menyamar. Menyamar miskin”.

Kami tertawa tak tertahan, sedangkan sahabatku masih kebingungan. ia membuka kembali novelnya dan mencari-cari.

Gunuk, 1 April 2011. 00.36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar