Kamis, 04 Maret 2010

Pelacur atau Filosof

Sengaja aku tak melambaikan tangan untuk menghentikan lajunya mobil atau motor, seperti yang dilakukan oleh wanita-wanita di sekitarku.

Dan sengaja juga aku tak memakai baju terbuka dengan rok atau celana pendek dipadukan dengan kaos tank top seperti wanita-wanita di sekitarku.

Dengan celana levis hitam dan sweeter lengan panjang, aku duduk di depan warung tua agar bisa mencuri terangnya lampu untuk bisa membaca buku dengan baik. Kursi plastic tanpa sandaran yang ku pinjam dari warung itu, ku tarik ke depan lebih dekat dengan jalan beraspal.

Dengan kaca mata merah marum dan rambut yang yang kuncir ke atas dengan jepitan murah yang kubeli hanya 1000 rupiah di pasar kaget Sandratek pasti akan memberikan kesan sebagai seorang intelektual. Apalagi buku yang kubaca adalah “filsafat manusia”, pasti menyernangkan sambil menikmati desiran angin malam daerah parung, Bogor….

Tiba-tiba sebuah mobil mewah dengan plat nomer mobil ‘B………..’, berhenti di depanku membuyarkan konsentrasiku dan kulihat di balik kaca mobil bagian depan seorang laki-laki paruh baya menyapaku.

“hey, berapa tarifmu semalam…?”

Aku bangkit dari tempat dudukku dan mendekati sumber suara itu, Nampak jelas karakter wajah lelaki itu.

“ hmmm…. Aku bukan pelacur, tapi aku filosof”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar