Rabu, 08 April 2009

Aku dan Imanuel Kant


21 oktober 2008, hari Selasa.

Tadi pagi saya mendapatkan mata kuliah filsafat barat tentang Imanuel kant. Sebelum masuk pada pemikirannya, yang terkenal dengan istilah fenomena dan nomena atau karyanya yang terkenal yaitu critic of pure reason. Dosenku, mas Edwin menceritakan perihal kehidupannya.

Kant, adalah seorang filosof barat abad 19, ia tidak menikah dan sangat disiplin. Cerita asmaranya selalu kandas di tengan perjalanan. Ia dua kali menjalin hubungan dengan wanita tetapi hanya sampai batas pertunangan alias tidak samapi menikah. Alasannya sangat sederhana, ia belum punya uang. Karena terlalu serius, ia tidak pernah memikirkan kehidupan sosialnya. Sehari-hari ia tinggal sendirian di kamar kampusnya. Buku koleksiannya, ia simpan di perpustakaan kampus. Hingga pada umur setengah abad, ia bisa merasakan kekayaan dengan hasil karyanya yang mulai terkenal walaupun banyak mendapatkan kritikan dari beberapa filosof lainnya.

Walaupun ia sudah kaya dan memiliki uang, ia tidak berhasrat untuk menikah. Lagipula tidak ada seorang wanita pun yang mendekatinya, karena ia begitu serius. Keasyikan dalam kesendirian-nyalah yang menjadi pemicu untuk tidak menikah. Ia menganggap, bahwa apakah dengan menikah ia bisa merasakan hidupnya lebih baik.

Apa yang terjadi pada Kant, rasa-rasanya terjadi pada diriku. Sejak aku ditanya oleh seorang wanita muda, 2 tahun dibawahku, yang ketika itu ia sedang menjalin hubungan dengan seorang pria, mengapa saya bisa kuat menahan diri untuk tidak berpacaran. Aku hanya menjawab, karena aku tidak suka pacaran, bukan berarti aku tak normal, aku tetap menyukai pria, tetapi aku hanya tidak suka dengan sebuah hubungan yang disebut dengan pacaran. Tapi untuk menikah pun, aku belum siap. Entahlah, kadangkala, pertanyaan itu menjadi permasalahan yang cukup besar di otakku. Gara-gara pertanyaan itu, aku terus berfikir. Walaupun aku berpacaran, dengan siapa ?

Bukannya aku sombong atau tak laku. Sebenarnya banyak pria yanmg menyukaiku, dan bahkan ingin menjalin hubungan yang serius denganku, tapi entahlah kenapa aku belum siap mengambil resiko. Aku hanya berfikir, jika berpacaran pasti nantinya bakal jadi suamiku. Walaupun itu tidak benar, tapi entahlah, aku hanya merasa belum siap untuk melangkah ke arah sana. Atau mungkin saja, aku belum menemukan lelaki yang pas, dasar ! aku terlalu idealis dan selektif. Yaa, entahlah memang untuk saat ini aku hanya ingin fokus pada kuliahku.

Sebenarnya aku tak punya target untuk menikah. Kapanpun jika ada jodoh dan restu orangtua, aku bisa saja menikah. Seandainya hari ini juga, ayahku menelpon, untuk pulang dan menikah, tanpa harus tahu siapa lelaki yang bakal menikahiku, aku pun pasti nurut, yaa why not gitu. Tapi baru saja saja dapat sindiran, dari ustsd ahmadi. Lulusan S2 kok urusan nikah masih ditangan orangtua. Entahlah aku merasa puas dan legowo jika aku menikah dengan pilihan orangtua. Walaupun nantinya banyak perspektif negatif dari khalayak.

Aku bahkan menghayal, jika suatu saat nanti, aku bisa bertemu dengan seorang pria bule campuran, kaya, pintar, tampan dan keren. Ia pewaris tunggal sebuah perusahaan besar di indonesia dan di luar negeri. Dan bertemunya pun tidak biasa. Yaa kayak di film lah, seperti aku menabraknya trus ketemu lagi.... yaaa gitu-gitu deh. Saya hanya tidak ingin bertemu dengan pangeran impianku dengan biasa-biasa saja. Ada sesuatu yang lucu, unik, bahkan menggugah emosi.

Hah yang terpenting saat ini, aku belum bisa menjalin sebuha hubungan yang serius dengan seorang pria manapun. Tapi tidak aku pungkiri juga, aku pasti akan menikah. Walaupun saat ini saya masih menyukai kesendirianku. Tidak menjadi persoalan yang begitu besar, punya atau tidak punya pacar. Yang terpenting, saya bisa memanjakan emosi dan ambisiku untuk terus sekolah dan mengejar mimpiku, untuk bisa mendapatkan beasiswa kuliah ke luar negeri dimana pun tapi khusus di amerika dan eropa. Dan juga menjadi diplomat, lalu bisa beli rumah yang besar untuk aku dan keluargaku. Dengan taman yang luas. Mobil alfard, huh! Aku hanya ingin berdoa, kayakan aku, karna aku hanya ingin kaya untuk bisa berbagi dengan sesama, terutama keluarga dan kerabatku.

Jika aku bis memilih, aku bahkan memilih untuk tidak menikah, aku hanya ingin mengabdi untuk keluargaku, walaupun itu pasti ditentang. Aku sadar bagaimanapun nantinya aku pasti menikah, entah dengan siapa. Tapi untuk punya anak, aku ingin sekali mengadopsi anak dari berbagai negara, seperti yang dlakukan angelina jolie. Dari afrika (negro), cina, india, dan barat (bule).

Huh! Sudahlah, yang terpenting saya tidak ingin menjadikan hal ini sesuatu yang serius dan besar. Jalani saja hidupku untuk mengejar mimpiku. Ooo mimpiku,....! aku ingin sekali memelukmu secepatnya.............!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar