Jumat, 04 Juni 2010

Sialan …..! Lelaki bermata Kelinci Itu !

Sudah hampir satu minggu aku tak bertemu dengannya. Tak juga mendengar suaranya. Tapi dia selalu mengacaukan konsentrasi rutinitasku. Aku tak bisa lagi konsentrasi membaca buku, bahkan buku yang sangat ringan pun. Setiap ku buka lembaran demi lembaran, wajah sewotnya selalu muncul. Segera ku sudahi pembacaanku ini. Dan menggeram sendiri. Begitupun saat aku menyelesaikan proyek novelku, namanya menggantikan tokoh lelaki dalam novelku, terpaksa ku delete meski terus terjadi berulang-ulang. Hufh…!!!

Ku ambil kunci motor dan segera menyalakan motor lalu segera pergi. Kakakku yang sedari tadi mematung menyelesaikan pekerjaannya di depan laptop hanya bisa menatap kebingungan saat ku ambil helm di dekatnya. Namun setelah melewati gang rumahku, aku jadi panik dan bingung seraya bertanya pada diriku . “Mau kemana aku ini ?”. Tanpa komando, aku segera membelokkan motor kembali ke rumah. Aku yakin kakakku menyambut dengan heran, “ Mau kemana kau, Nov?”. kuletakkan motor di depan pintu samping dan dengan rasa malu ku jawab, “Mau ke kamar mandi, kak”. Kakakku semakin heran dan mendelikkan mata sambil geleng-geleng kepala. Hah! Ini pasti gara-gara lelaki bermata kelinci itu. Pikiranku menjadi tak menentu. Maunya ke kamar mandi kenapa harus pake motor . aaarrgh…!

Kembali aku berkumpul di ruang tengah, dimana kakakku masih terlihat sibuk dengan pekerjaannya di depan laptop, sedangkan istrinya tak kalah sibuknya mendapatkan tambahan poin game balon di laptopnya…sedangkan aku ? ahh aku juga tak ingin kalah dari mereka, segera ku buka laptopku dan online. Tiba-tiba , aaaaarrrrggghhh …. !!!!, suara teriakanku memecahkan keheningan. Kakakku menatap tajam ke arahku, sedangkan istrinya memegang dadanya dan mengernyitkan keningnya membentuk 5 lipatan sambil memandangiku heran, “Ada apa, Nov ?”, Aku hanya garuk-garuk kepala yang tak gatal beberapa kali, dan mengelap wajah ke atas dan ke bawah, “ aku juga gak tau, bak. Tiba-tiba aja, langsung teriak.. sumpah ! ini bukan di sengaja, bak!”. Mereka hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anehku.

Beranjak dari tempat dudukku, menuju kamar mandi. Ku ambil wudhu dan segera kutunaikan solat dhuhur, karena jarum kecil di jam dinding sudah nongkrong di angka 2. Namun di dalam solat, pikiranku mulai meragu, dan bertanya pada diri sendiri “ kira-kira aku sudah berapa rakaat ya…? Kok kayaknya lama banget..? “ ku sudahi saja solat yang meragukan itu, namun tiba-tiba istri kakakku menyeletuk ! “Kamu sekalian solat ashar ya…? Kok tadi solat 8 kali sih..? “. Waduh, ternyata benar dugaanku, dhuhurku dapat 4 bonus rakaat. Aku hanya tersenyum kecut sambil menjawab enteng “ Yaaa sesekali, ngasi bonus sama dhuhur bak “….

Keesokan harinya aku harus mengikuti pelatihan Test TPA di UGM, tapi ternyata pikiranku belum bisa kusembuhkan dari kekacauan ini. Aku yang duduk di deretan kursi nomer 15 dari 30 deretan kursi tak bisa membaca tulisan yang ada di papan, ku coba mengecilkan mata, mengeja huruf per huruf… loh ? kok tiba-tiba nama lelaki itu yang muncul, memenuhi semua papan. Aku mengucek-ngucek mataku sambil menggeram dalam hati, dan ketika ku buka mata, lelaki itu ada di depan wajahku, dan aku pun spontan berteriak !. aaarrgghhh !, semua orang memandang ke arahku, seketika itu juga, lelaki itu menghilang. Aku hanya bisa menelan ludah kering, “hmm, hmm, ma .. maa.. maaf, silahkan diteruskan !”. aduh… jadi malu deh…

Setelah pelatihan selesai, aku segera menuju tempat parkiran untuk mengambil motor. Namun setelah ku letakkan modul TPA di atas jok, ku lihat seorang lelaki berdiri di belakangku dan memperhatikanku. Aku tetap cuek sambil mencari kunci motor di dalam tas, dan tiba-tiba lelaki itu menyapa “ maaf bak, gak salah ambil motor kan ?”, aku spontan langsung melihat plat nomernya, “ups… maaf pak, saya kira motor saya “. Segera ku ambil langkah seribu meninggalkan bapak pemilik motor itu, dan aku mencari motorku yang ku ingat di sebelah pohon… aduhh kenapa pikiranku masih kacau begini, ini pasti gara-gara lelaki bermata kelinci itu.. ihhh!

Aku harus cepat pulang dan mengistirahatkan pikiranku sejenak, tapi.. tunggu dulu ! ini jalan apa ? sepertinya aku tersesat…?! Aduuuh, meski balik lagi nih ke tempat semula. Maklumlah baru 1 minggu aku di jogja dan belum hafal benar jalanan di Jogja, tak seperti di Jakarta, meski jalan tikus, aku pun sudah hafal.

Aahhh benar-benar sialan, lelaki bermata kelinci itu…! Udah bikin hari-hariku kacau….! Entah apa yang terjadi padaku yang sebenarnya, jika ini adalah cinta, aku ingin meminta yang lain saja. Lebih baik, aku berorasi didepan ribuan orang mengenai filsafat, politik, gender, kebangsaan, atau tentang seni. Tapi jangan pernah menyuruhku untuk mengungkapkan perasaanku pada lelaki yang ku cintai, karena itu adalah awal dari kematianku.

Sudah…! Tak perlu dipaksa! Aku akan mengakuinya. Iya… aku mencintainya..! tapi tunggu dulu… ! aku benar-benar tak kuasa dan tak punya kekuatan. Aku tak tahu bagaimana cara mencintainya. Apalagi jika harus PDKT. Sungguh aku benar-benar bodoh dalam hal ini. Lebih baik aku kabur saja. Lagipula, sahabatku, yang mengenalkanku dengan lelaki bermata kelinci itu, juga tak memberi restu. Sebelum kukatakan pada sahabatku tentang apa yang kurasakan. Ia langsung memberi warning “ Jangan ganggu dia, Nov !. Dia adalah lelaki baik-baik, dan tak pantas untukmu ! ngerti !”.

Ingin rasanya aku memohon dan bersujud pada sahabatku ini, agar mau menjadi comblangku, namun mata yang mendelik dan dagu yang mengangkat ke atas , sudah memberikan tanda padaku untuk lebih baik diam dan tak meneruskan niatku…

Haruskah aku membuang rasa ini dan melupakannya ?

Sialan !

Dasar !

Brengsek !

Kenapa kita harus bertemu ?!.

O.. Tuhan, tolong jangan tertawakan aku !

Ini gak lucu tau !

Ketandan, 4 Juni 2010, sambil nonton acara “Cek & Ricek”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar