Rabu, 13 Mei 2009

Lekas merasa gagal, mundur sebelum perang

Dalam acara “Tatap Muka” yang disiarkan oleh TVone tadi malam , menghadirkan sebuah tema “berangkat dari Nol”. Kali ini Farhan sebagai host mewancarai dua orang fenomenal yang sudah tidak asing lagi di dunia intertaiment. Sebut saja Tukul Arwana dan si goyang ngebor, Inul Daratista.

Presenter “bukan empat mata “ ini yang dikenal dengan gaya tepukan khas seperti monyet mengatakan bahwa kesuksesan yang ia raih sekarang tidak lain karena tanggung jawabnya terhadap keluarga dan tanggung jawabnya sebagai manusia yang memiliki bakat. Ia menuturkan bahwa bakat yang ia miliki merupakan anugrah dari Tuhan, yang harus di realisasikan sebagai wujud dari tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan. Melihat perjalanan karirnya yang bermula dari sopir pribadi, lalu pelawak kampong dan kemudian berubah menjadi presenter favorite pemirsa, diakuinya sebagai hasil dari kerja keras yang tak pantang menyerah . no lose before war and no lose before fight

Begitu juga yang di ungkapkan oleh Ainul Rohima, nama asli dari Inul Daratista, bahawa apa yang ia capai sekarang merupakan kerja keras yang terpacu oleh tanggung jawab terhadap dirinya dan keluarganya. Ia juga memberikan saran terhadap semua orang yang ingin sukses sepertinya, yaitu kedisiplinan dan komitmen terhadap apa yang diinginkannya. Jangan mudah menyerah …!

Sudah menjadi kalsik setiap kesuksesan berasal dari kerja keras . siapapun yang ingin sukses hidupnya, maka ia harus berusaha semaksimal mungkin. Kesuksesan bukan hanya dalam meraih limpahan materi tapi juga dalam hal meraih mimpi, misalnya sukses dalam ujian sekolah, sukses dalam pekeerjaan, sukses dalam proyek. Selain kemauan yang tinggi, yang menjadi motivasi dari sebuah kesuksesan adalah tanggung jawan yang tinggi. Apakah yang dimaksud dengan tanggung jawab itu ?

Bertanggung jawab, adalah pengakuan atas kemampuan untuk menerima segala konsekwensi. Atau juga bisa disebut sebagai penerimaan perannya dalam suatu kondisi dan lapang dada atas segala resiko yang terjadi. Lalu seperti apa wajah tanggung jawab itu ?. tanggung jawab memiliki berbagai wajah, yaitu :

1. Tanggung Jawab pada diri sendiri.

Cherie Carter-scott, Ph.D dalam bukunya “Bila Hidup Sebuah Permainan” memulai penjelasan tentang makna hidup dari sebuah penenerimaan atas pemilikan tubuh. Ia menjelaskan bahwa manusia berupa ruh yang sedang meminjam tubuh sebagai bentuk dari konsekwensi hidup di bumi. Dalam kajian tasawuf disinggung, bahwa manusia hidup dalam alam materi yang mau tak mau harus memiliki bentuk dan wujud. Ruh manusia yang merupakan manifestasi Tuhan, terjewantahkan pada materi atau tubuh ketika berada pada alam materi seperti yang kita tinggali saa ini.

Tubuh merupakan wadah dari inti spiritual manusia yang mernyimpan sebuah harapan, mimpi, ketakutan, imajinasi, pikiran , kebahagiaan, dan keyakinan yang membentuk kepribadian yang unik. Ruh dan tubuh berjalan beriring tak terpisahkan. Tubuh sebagai peredam dari pengaruh luar dan pengaruh dalam. dari cara pandang seperti ini, akan terjadi sebuah sikap saling mengahrgai satu dengan yang lain, antara ruh dan tubuh.

Ketika ruh atau ambisi bergelora maka tubuh akan meredam dan menyesuaikan dengan kondisi di dunia luar karena tubuh selalu berinteraksi dengan dunia luar secara intens dan akrab. Tubuh akan memberi informasi pada ruh, mana yang cocok dan sesuai dengan keinginannya. Ketika tubuh merasa tak berdaya menanggung semua keinginan ruh atau jiwa, maka tubuh akan memberikan informasi, bahwa tubuh tak berdaya dan butuh istirahat. Begitu juga sebaliknya, di dalam tubuh mengalir sebuah system yang dinamis, jika system itu behenti, maka ruh tak lagi bisa bertahan lama, sehingga akan terjadi sikap saling memahami. Misalnya, agar system di dalam tubuh bisa berjalan dinamis, maka tubuh harus menjaga kesehatan dengan melakukan olahraga, atau mengkonsumsi makanan yang bergizi.

Mengulang perkataan Tukul Arwana diatas bahwa , kesuksesan yang ia raih merupakan wujud dari rasa tanggung jawabnya pada minat atau bakat yang ia miliki. Ia sadar bahwa ada anugerah yang bersarang di dalam tubuhnya, sehingga dengan gerak otomatis, tubuh dengan sukarela mengejewantahkan pada dunia nyata. Lalu anugerah apa yang ada di dalam tubuh anda? Pemahaman seperti ini akan melahirkan sikap yang saling memahami dan saling mengisi. Jika tubuh bersikap baik pada ruh, maka ruh akan bersikap baik pula pada tubuh. Inilah yang dimaksud dengan tanggung jawab pada diri sendiri.

Apa mimpi anda ? apa keinginan anda ? apa cita-cita anda? Jujurlah pada diri sendiri dan tanggung jawablah pada mimpi itu. Kemudian berkomunikasilah pada tubuh anda. Karena tubuh anda juga punya hak untuk melayani keinginan anda dan tubuh bukan tempat penyimpanan dan pembuangan.

2. Tanggung jawab terhadap orang dekat

Memang tidak bisa di hindari dan tak bisa di pungkiri karena hidup secara berdampingan adalah sebuah keniscayaan. Tidak mungkin seseorang hidup di dunia seorang diri. Seorang anak tidak mungkin tiba-tiba muncul tanpa peran ayah dan ibu. Bahkan keluarga merupakan bentuk social yang paling kecil. Bagaimana belajar berinteraksi antar sesama manusia bisa wujudkan di dalam keluarga sebelum terjun di masyarakat dan Negara.

Sebagai orangtua, pasti memiliki tanggung jawab atas kebahagian dan kelangsungan kehidupan keluarganya. Begitu juga seorang anak memiliki tanggung jawab terhadap harapan orangtuanya. Ada ungkapan lama, bahwa tidak ada seorang ayah menginginkan anaknya seperti dirinya, karena seorang ayah berharap memiliki anak yang lebih baik darinya. Sehingga banyak ayah-ayah yang mendidik anaknya dengan pola yang berbeda ketika ia dapatkan dari orangtuanya dulu. Apalagi pada zaman modern ini, banyak pola pendidikan anak yang ditawarkan pada masyarakat, baik melalui majalah, televisi, internet bahkan melalui training yang menjadi salah satu program dari beberapa departemen.

Walaupun kadang kala harapan orangtua dan keinginan anak tidak berjalan beriringan tapi pada dasarnya tidak seorang anak yang menginginkan orantuanya bersedih. Pada dasarnya seorang anak ingin membuat orangtuanya bangga dan bahagia dengan caranya sendiri. Dan inilah kadang yang menjadi tolak ukur dari tanggung jawab anak pada orangtuanya.

Selain keluarga, yang menjadi orang terdekat adalah sahabat dan guru. Walaupun tidak begitu menjadi prioritas tapi tanpa disadari bahwa sahabat dan guru juga mempengaruhi membentuk kepribadian dan pola pikir seseorang. Sehingga kadangkala mimpi dan cita-cita muncul ketika bersama sahabat ataupun bersama guru.

3. Tanggung jawab pada masyarakat

Bukan menjadi sebuah pilihan sebelum kita lahir ke dunia ini, untuk hidup dimana yang kita inginkan. Apakah hidup di Negara Indonesia atau di Negara Amerika atau Eropa. Tetapi ketika kita lahir ke dunia, mau tidak mau harus siap dan menerima segala kemungkinan dengan bijak, yaitu dengan sikap memahami terhadap lingkungan yang mengakomodir kehadiran kita. Misalnya saja, kita hidup di daerah Sunda Jawa Barat, dengan berbagai budaya, aturan, tradisi, karakter dan pola pikir yang khas dan unik. Hal itu akan melahirkan karakter yang berbeda dengan seseorang yang berasal dari daerah lain misalnya Betawi, Jawa, ataupun Sumatera .

Dari tradisi dan budaya yang membentuk pola pikir manusia itu, mempengaruhi pada cita-cita dan harapan seseorang. Sehingga rasa tanggung jawab pun hadir sebagai bentuk nasionalisme terhadap budayanya. Misalnya saja, banyak kalangan artis fenomenal yang berasal dari daerah terpencil dan mengadu nasib ke ibu kota hanya karena ingin menunjukkan bahwa walaupun orang kampung bisa terkenal dan sukses. Dan hal itu pula bisa mengangkat nama kampungnya menjadi baik dan terkenal.

Sebuah cerita datang dari salah satu sahabatku, iyon (27 thn), ia berasal dari daerah terpencil di Madura. Sudah 5 tahun ia menuntut ilmu di Jakarta yang akhirnya menobatkan dia sebagai mahasiswa terbaik di kampusnya. Saat ini ia bekerja sebagai salah satu staf ahli di gedung Senayan. Dengan pengalaman dan materi yang ia dapatkan sungguh beruntung dibandingkan kawan-kawannya yang satu level dengannya. Tetapi tiba-tiba ia justru memilih kembali ke daerahnya menjadi guru. Ketika ditanya alasan dan motif kenapa ia malah kembali ke Madura, yang notabene perekonomiannya sangat minim dan sulit. Ia menjawab bahwa apa yang menjadi pilihannya merupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat di daerahnya. Ia menambahkan bahwa, mayoritas masyarakat di daerahnya tidak berpendidikan, makanya ketika ia mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu lebih tinggi maka sebenarnya tanggung jawab sedang mengiringi untuk mencerdaskan masyarakatnya. Dan saat ini , apa ayang menjadi harapan sudah berbuah, banyak masyarakat dari daerahnya yang memilih melanjutkan sekolah ke ibu kota

4. Tanggung jawab pada Negara

Negara dengan segala system dan aturannya membentuk masyarakat yang harmonis, damai dan aman. Negara yang tidak punya orientasi seperti itu, maka Negara telah gagal. Agar tidak gagal, Negara yang diwakili oleh pemerintahan harus bisa menjalin komunikasi dengan bangsa atau masyarakatnya. Apa yang menjadi tuntutan masyarakat, Negara wajib mengakomodirnya. Begitu juga sebaliknya, masyarakat juga harus membantu Negara agar tercipta harmonisasi yang kuat.

Saat ini Negara Indonesia sedang menyelengarakan pilpres (pilihan presiden) untuk masa bhakti 2009-2014. Untuk ikut mensukseskan acara ini, maka wajib bagi seluruh masyarakat untuk ikut berpartisipasi yaitu dengan memilih presiden. Bagi namanya yang belum terdaftar di DPT, untuk segera mendaftarkan diri ke RT atau RW setempat.

Ada juga bentuk dari tanggung jawab masyarakat terhadap negaranya adalah membayar pajak, mematuhi aturan lalu lintas, dan lain sebagainya.

5. Tanggung Jawab pada Lingkungan (Kosmologi)

Ada sebuah ungkapan bahwa alam merupakan manifestasi Tuhan yang derajatnya sama dengan manusia. Alam juga mempunyai ruh atau jiwa hingga ia tetap tumbuh dan hidup. Jika kita bisa menghargai sesama manusia, mengapa tidak bisa menghargai alam di sekitar kita. Karena alam sama dengan manusia sebagai makhluk Tuhan, maka tidak salah jika manusia wajib menjaga alam sebagi bentuk dari rasa tanggung jawab.

Bentuk tanggung jawab terhadao alam misalnya, tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan illegal longing, tidak merusak alam karena kepentingan pribadi, dan lain sebagainya. Karena alam juga punya jiwa, maka alam pun bisa marah, seperti terjadinya tragedy Situ Gintung satu bulan yang lalu, atau krisis ekologi dan global warming, hal itu semua disebabkan karena tidak adanya sikap tanggung jawab yang tinggi pada manusia. Karena wujud dari tanggung jawab adalah menghargai dan menjaga kelestarian alam.

Dari beberapa penjelasan mengenai bentuk tanggung jawab diatas, ada pertanyaan yang menggangu, darimana datangnya tanggung jawab itu?. Apakah memang muncul dengan sendirinya ? atau terbentuk oleh pola asuh atau terpengaruh oleh lingkungan ?. mengapa pertanyaan ini muncul, karena tidak semua manusia memiliki sikap seperti ini. Jika pun semua manusia memiliki sikap tanggung jawab, pasti buku-buku dan pelatihan tentang motivasi tak laku keras.

Terlepas dari penjelasan panjang mengenai motif munculnya sikap tanggung jawab, cukup disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa tanggung jawab ini muncul dari kesadaran manusia dan paradigma terhadap hidup yang harmonis, bahagia dan saling menghargai satu sama lain. Tidak ada seorang pun yang menginginkan hidupnya tak bahagia, berantakan dan terbelakang. Semua manusia mengharapkan sebuah kesuksesan dalam hidup dengan caranya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar