Jumat, 02 Juli 2010

Lelaki bermata kelinci ……. (Edisi Merindu )

Malam yang dingin dimana hujan menyapa bumi. Ketika itu, sengaja aku memilih tidur di bagian depan rumahku, hanya karena ingin lebih dekat dengan hujan dan menikmati irama tetesannya. Berselimut tebal menghantar tidurku pada sebuah klimaks kenyenyakan.

Hujan telah usai dan berganti tugas dengan cahaya matahari untuk menghangatkan tubuh. Mataku silau dan mulai terganggu. Aku menggeliat dan meluruskan kedua tanganku ke atas. Sambil bergumam ‘Aarrgghh……!’, Namun ketika tanganku kesamping dan mengenai tubuh seseorang, aku dikejutkan dengan sosok lelaki di samping kiriku. Mataku terbelalak dan mulutku tak mau mengatup. Jantungku terus mengikuti bunyi jam dinding. Dan nafasku terasa berat. Aku jewer telingaku sendiri, untuk sekedar menyakinkan diriku, apakah ini mimpi atau nyata. ‘aaww’, dan ternyata ini bukan mimpi, tapi tak mungkin lelaki ini ada di sampingku dengan tiba-tiba. Ini juga bukan dunia dongeng.

Lelaki bermata kelinci itu masih memajamkan matanya. Nafasnya masih beraturan. Kedua tangannya berada di atas kepalanya, begitu tenang tidurnya. Ku miringkan tubuhku menghadap lelaki itu. Ku geser selimut yang menutupi tubuhnya ke atas hingga ke dada. Ku perhatikan setiap garis-garis di wajahnya. Dari keningnya, alisnya, matanya, hidungnya, mulutnya, hem… aku tak ingin berbohong, bahwa matanya, tetap menjadi pesona bagiku…..

Aku jadi teringat di mana ketika awal dia memelukku. Tanpa ia sadari, ku perhatikan wajahnya ketika ia tidur. Sayang sekali ketika itu tiada cahaya. Gelap, meski hanya dengan cahaya bulan yang tertutup awan, namun aku masih bisa membaca garis-garis wajahnya. Masih bisa merasakan nafasnya. Saat itu, aku hanya bisa tersenyum sendiri sambil melihat keatas dan berkata “ Tuhan….. aku baru mengerti, inilah yang disebut dengan keindahan dan kesempurnaan “.

15 menit yang tak pernah ku sia-sia kan dalam hidupku, untuk bisa memandangi wajah Tuhan yang menjelma adalam diri lelaki bermata kelinci ini. Ia masih tertidur. Tiba-tiba ia menggeliat dan menguap. Aku masih diam dan tersenyum. Lalu dia memiringkan tubuhnya ke arahku, dan membuka matanya perlahan, sambil berkata “ selamat pagi….!”. rasa terkejut dan bahagia bercampur membentuk seutas senyum yang indah di bibirku. Ia meletakkan salah satu tangannya di bawah kepala sebagai penyangga, dan tangannya yang lain, menggenggam tanganku. Kami pun saling tersenyum. Lalu dia berkata, “ Nyenyak kah tidur mu ?”. Dan aku hanya mengangguk.

Lalu dia bangkit dari tidurnya dan duduk sambil menekuk lutut dan menyandarkan punggungnya ke tembok sambil menghadap ke arahku…

Dia : “ Tak rindukah kau padaku ?”

Aku tersenyum sambil mengikuti langkahnya, yaitu bangkit dari tidurku, kemudian duduk bersila dan menyandarkan punggungku di kaki meja yang berada di sampingku. Kami pun saling berhadapan dengan jarak 1 meter.

Aku : “ ya, aku begitu merindukanmu dengan sangat “.

Dia : “ Kenapa tak menghubungiku?, Atau… kau kan bisa menemuiku ?”

Aku : “ hem..(sambil menghela nafas panjang) itulah kelemahanku, yang paling ku
benci.”

Dia : “ masihkah ada cinta untukku ?”

Aku : “ mengapa kau tanyakan itu ?”

Dia : “ aku hanya ingin tahu “

Aku : “ hem… tak bacakah kau surat cintaku yang terkahir untukmu, jangan kau tanyakan hal itu padaku, karena diriku adalah jelmaan dari cintamu.”

Dia : “ hee… pandai sekali kau merangkai kata, namun boleh aku bertanya padamu ?, mengapa kau begitu mencintaiku ?”

Aku : “ hem… aku hanya ingin membuatmu merasa tak sendirian saja……”

Dia : “ Terima kasih kau telah mencintaiku, Nov, namun mengapa kau tak ingin memilikiku ? mengapa kau hanya ingin mencintaiku saja ?”

Aku : “ hee…. ( aku masih tersenyum dan memberikan waktu 10 detik) pantaskah aku menjadi milikmu ? bahagiakah kau jika bersamaku nanti ?. aku hanya menunggu. Menunggu kau mecintaiku. Apakah kau mencintaiku ?”

Lelaki itu diam, diam dan masih diam. Tak satupun kata yang keluar dari mulutnya. Ia masih menatapku dan otaknya pun terus berfikir. Sesekali ia menggigit bibir bawahnya. Ia memainkan jari-jari tangannya. Jika aku boleh menebak apa yang ada di benaknya, mungkin ia akan berkata “ maafkan aku, Nov, aku belum bisa mencintaimu, namun aku tak tahu kata apa yang tepat, yang tak membuatmu terluka”.

Aku : “ Hey….!”

Dia terkejut dan sedikit gelisah : “ ya…..”

Aku : “sudahlah ..! jangan terlalu keras kau berfikir, hanya karena persoalan sepele seperti ini. Aku paham kok. Namun,…….. bolehkah aku minta sesuatu darimu ?”

Dia : “ apa ?”

Aku : “ Jadilah kekasihku 24 jam. Kita habiskan waktu bersama untuk bersenang-senang. Kita jalan-jalan ke Mall. Ke pantai. Keliling kota Jakarta di malam hari. Bagaimana ? setelah itu, aku akan berhenti mencintaimu dan kita mulai dari awal lagi, yaitu sebagai sahabat . deal ?”

Dia : “ Bersenang-senang ?”

Aku : “Iya, aku ingin mengajakmu berdansa di pantai “. Aku langsung berdiri tegak dan berposisi mengangkat dan menekuk tangan kanan sejajar dengan dada sedangkan tangan kiri lurus ke depan sejajar dengan bahu. Kemudian kupejamkan mata dan tetap tersenyum. Membayangkan suara music, dan tiba-tiba tubuhku mulai bergerak dan berputar, hingga beberapa saat kemudian, suara music yang ada berubah menjadi dering hp, yang tenyata adalah bunyi alarm dari hp ku.

Aku langsung membuka mata dan menggosok-gosokkannya, juga mengusap wajahku. Ku lihat jam di dinding, yang ternyata masih jam 2 malam. Ku cek hp ku, untuk mencari tahu motif alarm berbunyi, dan ternyata hari ini adalah ulang tahun salah satu teman akrabku. Kurebahkan kembali tubuku dan menghela nafas panjang sambil bergumam “ aahh ternyata tadi hanya mimpi “.

Entah kekuatan dari mana, tiba-tiba aku memberanikan diri untuk mengiriminya sms yang tertulis “ merindukanmu……..  “….. hem

Kutarik selimutku, dan ternyata aku tak bisa tidur dan aku tahu, apa yang harus ku lakukan . iya…. Aku ingin menulis………! Menulis tentangnya lagi..!


Puri Intan, Ciputat, 3 Juli 2010 05.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar