Rabu, 21 Juli 2010

Tiga Wanita dan Aku

2 tahun yang lalu dengan bulan yang sama.

Wanita itu mengajakku untuk bertemu di sebuah mall di Jakarta Selatan. Sejak ku baca sms ajakannya, aku segera meluncur ke sana. Sepanjang perjalanan, aku terus berfikir, mengapa wanita itu ingin bertemu denganku dengan tergesa dan terdesak?.

Setibanya, aku langsung mencari wanita itu. ia terlihat menunduk di antara tangga halte bis, yang seakan menyembunyikan wajah cantiknya dia keramaian. Aku menyapa dengan menyentuh pundaknya. Ia kaget. Menatapku dan langsung memelukku sambil menangis. Aku masih terpaku dan segera menenangkannya. Ku biarkan dia menghabiskan tangisnya. Kemudian ia berkata padaku .

“ Nov, Aku hamil!”. Aku terkejut mendengarnya dan tak percaya pada apa yang baru saja ia katakan padaku. Aku hanya diam, dan ia mulai berkata lagi sambil sesegukan, “ tapi aku harus menggugurkanya, kau tau, ternyata perjuangkanku hanya sampai disini. Aku tak bisa lagi memaksa lelaki itu untuk bertanggung jawab. Dan aku pun tak tahan lagi mendengar makian keluarganya sebagai wanita murahan. Aku hanya punya kau, Nov. aku sudah tak tau harus bagaimana lagi”. Aku memeluknya erat dan mengusap-ngusap lengannya.

“Sabar lah, bak. Kisah ini belum berakhir”. Aku hanya bisa berkata itu.
---------------------------------------------------------------------------

1 tahun yang lalu dengan bulan yang sama

Tiba- tiba dering hp nada panggil mengagetkanku. Ku lihat di layar hp ku, tertulis nama sahabatku yang sudah lama tak bersua. Terdengar suara yang berat dan lelah di seberang sana. Ia ingin bertemu denganku. dan tanpa berfikir panjang, aku segera beranjak menuju tempat dimana ia ingin bertemu. Selama perjalanan aku terus berfikir, dan bertanya pada diri sendiri. Mengapa ia menangis dan sekarang ada di Jakarta ? apa yang ia lakukan ? mengapa ia tak mengabarkanku terlebih dahulu jika ia ingin ke Jakarta ?. ahh kutepiskan semua pertanyaan yang tak perlu menjadi beban pikiranku.

Kuparkirkan motor dan mencoba mencari sosok sahabat lamaku di antara kerumunan orang yang sibuk makan di salah satu tempat makan favorite dekat kampus. Mataku tertegun pada sosok yang kurindukan. Wajahnya yang tertunduk dan layu, membuatku tak kuasa untuk mengagetkannya. Maka aku hanya sekedar menyapa dan duduk di depannya.

Tak ada senyum atau tawa bahagia menyambutku. Ia masih terdiam bisu dan memandangku tajam. Kemudian isak tangis terdengar pelan. Ia tertunduk lemas, dan aku hanya bisa memegang tangannya.

“ Nov, aku benci pada diriku! Kenapa aku terlahir sebagai wanita. Yang begitu bodoh mencintai lelaki yang ternyata hanya menjadikan aku sebagai objek nafsunya saja. Ku akui, aku memang mencintainya, maka kubiarkan saja ketika dia memeluk tubuhku dan melumat bibirku. Karena aku juga menginginkannya. Tapi aku benci ! benci pada diriku ! mengapa aku masih mengharapkan cintanya, setelah ia pergi dan menghilang tanpa jejak. Dan yang lebih membuatku muak dengan diriku, mengapa aku masih mencari dan menunggunya. Aku benci, Nov. ! aku benci! Bangunkan aku dari mimpi buruk ini ! please!. Dia sudah hilang. Dan ingin rasanya ku bakar semua jejaknya di tubuhku ini!”.

Dia mencabik-cabik tubuhnya dan aku langsung memeluknya sambil berbisik di telinganya “ Tenanglah, kawan. Aku disini. Kau tak kan sendiri”. Hanya itu yang bisa kukatakan padanya.
-----------------------------------------

Tahun ini di bulan yang sama

Baru saja kurebahkan tubuh lelahku, diatas karpet kasar berwarna merah. Kulihat jam dinding berwarna hitam putih mengabarkan bahwa aku sekarang berada di antara kemaren dan esok. Namun tiba-tiba suara pintu yang diketok, mengernyitkan keningku sambil bergumam dalam hati “siapa jam segini datang ke rumahku?”. Dengan malas ku hampiri pintu dan membukanya.

Ups..! hampir saja jantungku mau copot. Wanita yang sudah berstatus sebagai sahabatku 1 minggu yang lalu, langsung memelukku dan tersenyum bahagia. Nampak jelas rona wajah dan bibirnya yang mengembang. Tanpa kupersilahkan ia langsung masuk ke dalam rumahku. Aku masih tak mengerti dan kembali menutup pintu kemudian mengikuti langkahnya. Kulihat dia sedang asyik berada di depan cermin sambil tersenyum-senyum sendiri. Aku masih bingung dengan sikap anehnya, lalu ku hampiri kursi dan duduk sambil tetap menatapnya penuh tanya.

Ia tersenyum genit dan memberitahukan padaku tentang bekas warna merah di leher dan di dadanya. Tampak jelas ia bahagia dan bersemangat, “Nov, kau tahu ? dia menciumku dan kami pun tidur bareng. Oh Nov, rasanya indaaaah. Indah sekali. Apalagi saat dia mencium bibirku. Hem…. Rasaanya seperti surga. Hufh.! Memang sih, awalnya dia menolak, tapi ku goda aja dia terus. Ya.. dia baru tau, kalo aku sangat agresif, heeee….. “

Dia menghela nafas dan mulai terdiam sejenak, “ …..tapi aku sudah buat keputusan. Mungkin ini adalah pertemuan terakhir kami. Aku tak bisa bersamanya lagi. Aku sudah putus, Nov. semoga dia bisa menemukan wanita yang lebih baik dariku”.
Aku hanya bisa diam tanpa kata dan terus menatapnya…..!
------------------------

Pagi ini, setelah malam.

Aku masih disini dan terus berfikir. Memang benar, wanita itu sulit di mengerti. Kadang ia bahagia, lalu tiba-tiba ia menangis. Kadang ia tertawa, lalu tiba-tiba ia cemberut. Kadang ia tersenyum, lalu tiba-tiba ia berlalu. Di satu sisi, aku begitu bangga menjadi wanita, namun di sisi yang lain, aku harus berkata, karena itulah, aku tak mencintai wanita. Hem…

Namun pertanyaan yang kemudian muncul, mengapa ketiga wanita itu harus bercerita padaku. Apakah karena aku pernah hamil dan menggugurkannya ?. Apakah karena aku pernah merasakan sakit dan tersiksa karena ditinggal oleh seorang lelaki yang begitu aku cintai ?. Apakah aku juga pernah merasakan kebahagiaan yang tak terbatas, karena aku berhasil membuat lelaki menciumku dan kemudian aku tendang ?.

Bukan ! bukan itu ! ketiga wanita itu hanya kiriman Tuhan sebagai jawaban dari pertanyaan yang selalu aku ajukan padanya. Ya..! ketiga wanita itu adalah diriku!

Ciputat, 22 Juli 2010,05.27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar