Kamis, 29 Juli 2010

Karena Wanita ketiga lelaki itu…..

Antara waktu pagi dan siang

Kupikir aku bisa istirahat setelah semalam aku harus menyelesaikan deadline yang mengejar waktu. Namun aku tak kuasa untuk tidak membukakan pintu yang di ketok setelah kulihat jarum jam masih di angka 8. Memang mataku belum juga memberiku signal ke-ngantukkan, namun siapa gerangan pagi-pagi sudah bertamu?.

Kubuka pintu dan seorang pria yang tak asing lagi bagiku berdiri kaku dengan mata yang lelah. Pria yang ku panggil kakak, sudah 10 tahun menjadi sahabatku bahkan mungkin keluargaku. Ia meminta izin untuk masuk dan aku pun meng-iyakan. Ia pun langsung saja berbaring di atas sofa dengan diam. Dan aku pun mengambilkan segelas air putih untuknya. Lalu aku duduk di kursi yang lain. Perlahan dengan suara berat, ia mulai bicara meski tetap memalingkan wajahnya padaku.

“ Nov, aku sudah tak perjaka!. Aahh…., aku menyesal! Kenapa aku tak bisa menahan dan mengontrol nafsuku. Wanita itu ternyata sangat agresif. Ia tak memberiku pilihan. Aahhh… bodohnya aku ! “ lelaki itu mengusap wajahnya dengan kesal beberapa kali dan menggaruk-garuk kepala yang tak gatal dan aku hanya diam memperhatikan tingkanya. Kemudian ia bangkit dan duduk menghadapku dengan rasa bersalah dan marah pada dirinya sendiri.

“ Nov, apa ku salah ? atau, apa aku bodoh ? kenapa aku begitu mudah melakukan itu ?. ini memang pengalamanku yang pertama, tapi…. A…ku….. aku menyesal, Nov “ . Matanya masih nampak layu dan kusut. Dan aku hanya bisa menjawab, “ Kak, yang penting dia tak hamil, dan kau tak usah khawatir”.
--------------------

Antara siang dan sore

Kudekati seorang pria yang sudah kuanggap sebagai ayah. Ia duduk termenung dengan tatapan kosong. Yang kutahu, ia sedang mengurus perceraian dengan istrinya. Sekarang ia dan ke-4 anak gadisnya hidup terpisah. Anak yang pertama sudah menikah, sedangkan ke-3 anaknya bersama neneknya di kampung. Dan yang kutahu juga, lelaki separuh baya ini, masih semraut mencari pekerjaan tetap di Jakarta, padahal sebentar lagi memasuki bulan Ramadhan dan Lebaran.

Kutepuk pundaknya dan kusapa dengan senyuman. Ia pun membalas dengan senyuman, namun raut wajah sedihnya mulai terpancar kembali. aku hanya duduk di sebelahnya dan merangkulnya. Tanpa sadar ia pun bercerita.

“ Nov, tadi istriku menemuiku. Ia sudah menggendong anak. Anak yang bukan darah dagingku. Sejak ia meninggalkanku dan anak-anak 10 bulan yang lalu dan pergi dengan si kuli bangunan itu, aku masih belum bisa memaafkannya. Namun aku kasihan padanya, ia menangis dan memohon padaku untuk bisa menerimanya kembali, karena si kuli bangunan itu telah hilang tanpa kabar. Aku harus bagaimana, Nov? ia sudah mengkhiati janji dan menodai kehormatan sebagai seorang istri dan ibu. Salahkah aku jika aku marah dan menolaknya ? tapi aku tak sanggup melihat anakku yang paling kecil menanyakan ibunya. Aku bingung, Nov.”

Aku hanya bisa diam dan mengusap pundaknya, “ yah, lakukan apapun yang ayah inginkan, tapi ayah harus jujur, karena kejujuran, tak akan membuat ayah merasa kerdil sebagai lelaki”. Lelaki itu mengangguk dan kembali tersenyum
------------------

Antara malam dan pagi

Setelah lelaki itu menumpahkan air maninya di perutku, ia terkulai lemas dan jatuh di sampingku, namun masih tetap memeluk tubuhku. Segera kuambil tisu di meja dan membersihkan air mani di badanku dan di badannya. Lalu ku bangkit dan mencoba membuatkan teh hangat.

Kusodorkan segelas teh hangat padanya. Ia bangkit dan meminumnya kemudian kembali telentang sambil memberi tanda padaku untuk kembali tidur di sampingnya. Aku hanya tersenyum dan meng-iyakan ajakanya. Ia kembali memelukku. Kami pun terdiam lama, dan aku tak kuasa untuk sekedar bersuara.

“boleh aku tanya sesuatu ?” ia berdehem dan hanya menjawab , “ besok saja, aku ingin tidur”. Lalu aku melepaskan pelukannya dan bangkit seraya berujar, “ dasar lelaki ! pasti setelah puas, selalu ingin tidur”. Ia tersenyum dan menarik lenganku dan berkata “okelah, apa yang ingin kau tanyakan?! “. Aku kembali tersenyum dan telungkup di sampingnya sambil bertanya “ Tak merasa bersalahkah kau pada istri dan kedua anakmu yang masih balita ?”. ia mengubah posisi tidurnya dengan telentang dan sedikit terdiam sambil menarik nafas dalam-dalam.

“ Nov, jika nanti kau menikah, kau akan tahu, bahwa pernikahan itu bukan hanya sekedar persoalan bagaimana memuaskan nafsu seks saja. Tapi juga pemenuhan keinganan bathin. Kadang aku merasa istriku tak bisa diajak bicara atau hanya sekedar berdiskusi. Bukan, karena istriku bodoh atau karena ia hanya lulusan pesantren salaf. Ia adalah istri yang begitu setia melayani suami dan begitu sayang pada anak-anak. Namun ketika aku ingin berkeluh kesah mengenai persoalan hidup dan pekerjaanku, ia hanya bisa mengangguk dan kemudian tanpa aku sadar, ia sudah tertidur. Aku tak bisa bersikap. Memang benar, pernikahanku sudah diatur oleh keluaraga besarku sejak dulu dengannya. Namun jika aku harus menceraikannya, alasan apa yang dapat aku ajukan?, “.

Aku hanya mengangguk dan memiringkan tubuh membelakanginya sambil berkata, “ namun jika kau berusaha mendapatkan apa yang kau inginkan, berarti kau akan kehilangan apa yang kau miliki”.
-------------------------

Bukan hanya wanita yang memiliki kisah, lelaki pun juga punya cerita…..hanya karena wanita, ia nampak bodoh dan hanya karena wanita pula, ia menjadi gagah.

Klender, 24 Juli 2010, 07.30

1 komentar:

  1. Jadi horny baca tulisan ini, dtambah ada foto2 mbak yang cantik dan anggun, pengalaman pribadikah ini?

    BalasHapus