Minggu, 28 November 2010

Tumben...

Pagi ini, aku mendapatkan kata ‘Tumben’ dari dua orang, hanya karena aku bangun pagi-pagi dan mulai beraktifitas. Pertama dari tetanggaku. Ketika aku membersihkan dan mengepel lantai depan rumahku, seorang wanita muda yang rumahnya tepat di belakangku menyapa,“ Tumben bak, biasanya kalo ga kuliah, bangunnya siang ?!”. aku hanya bisa tersenyum sambil mengepel lantai. Karena tak ada cadangan alasan di otakku. Memang biasanya, kalo pas lagi libur kuliah, pintu rumahku tertutup sampe adzan dhuhur berkumandang. Karena mentang-mentang libur, semalaman aku memanjakan diriku untuk nonton film hingga subuh menjelang. Lagi pula aku ingin mengembalikkan waktu subuh yang sebenarnya, sering pindah jam tayang, ke jam 7 pagi. Dan biasanya, setelah bangun tidur, aku langsung nongkrong di warung depan milik tetanggaku, sekedar nge-teh dan makan gorengan yang sudah dingin.



Yang kedua dari adikku, Farhan, yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa UIN Malang. Tiba-tiba dia menelponku. Dan ketika aku sapa, suara di seberang sana nampak keheranan, “ Tumben bak, udah bangun?!! Biasanya masih molor ?!”. lagi-lagi aku hanya bisa tertawa dan mencoba mengalihkan pembicaraan kami. aku yang sedang sibuk mengiris daun bawang untuk menu Omlet sebagai sarapan, terus mendengarkan cerita kuliahnya yang begitu padat.



Farhan sebagai adikku yang tinggal satu rumah denganku, jelas paham tentang kebiasaan burukku, yaitu bangun siang. Karena aku belum bisa mengikuti jadwal keluargaku yang tidur jam 9 malam. Dan bangun sebelum subuh. Bangun-bangun aku sudah kehilangan semua orang, kecuali pembantu. Yang keluar dari mulutku hanya pertanyaan-pertanyaan bodoh pada pembantuku. “ buya kemana bak ?. Umma ? bak ? adik ?”. Untung saja pembantuku, Bak Kus masih sabar meladeni pertanyaan-pertanyaan rutin setiap pagi dariku. Yang sebenarnya aku sudah tahu jawabannya.



Sejak aku bersekolah di luar kota, baik ketika di pesantren atau di Jakarta saat ini, tidak pernah lebih dari 2 minggu ada di rumah. Jadi bagiku nampak begitu asing. Untung saja, semua keluargaku paham. Meski awalnya complain dan marah-marah, apalagi umma dan bak titin “ Aduuuh ! nih gadis belum berubah juga ya …?”, tapi lama kelamaan, mereka bisa berkompromi dengan kebiasaanku, bahkan Buya sesekali bertanya , “ Novie dah bangun ?” ketika jam dinding menunjukkan angka 9.



Sebenarnya jika dikroscek pada teman-teman seangkatanku ketika di pesantren, yang sudah 7 tahun hidup bersama, dan paham tentang diriku, pasti jawaban mereka akan sama , “ kayak ga tau Novie aja… dia memang begitu. pas di suruh bangun ketika solat tahajjud, dia memang bangun, tapi bukan langsung ke kamar mandi, malah sembunyi di kelas untuk meneruskan tidurnya. Nah pas setelah solat subuh, kan ada pengajian kitab kuning, tuh, di kelas, si Novie yang tidur di atas bangku, langsung nyolonong ke kamar mandi untuk wudhu dan solat diam-diam di kelas. Bahkan ketika pengajian kitab kuning berlangsung yang di komandani oleh ustad, sebagai wali kelas, si Novie malah nerusin tidur… aduuhh susah memang “.



Apalagi ketika aku tinggal di Jakarta untuk meneruskan kuliah, seperti saat ini, yang lebih memilih untuk tinggal sendiri. Waktuku menjadi bebas, daripada harus tinggal di asrama atau ngontrak bareng teman-teman. Bahkan pernah suatu ketika, aku kuliah ga sempat mandi, gara-gara bangun kesiangan dan karena tidak ingin ketinggalan mata kuliah yang saya sukai, terpaksa hanya sikat gigi dan cuci muka saja sebagai modal menuju kampus.



Aku sadar, bahwa apa yang aku jalani selama ini, adalah buruk. Bahkan sempat aku mencari jalan keluarnya bagaimana menghilangkan kebiasaanku ini dengan menjadi tukang anter Koran, yang harus bangun pagi dan mengantarkan Koran ke rumah-rumah para dosen di sekitar kampus UIN Ciputat. Namun itu hanya bisa bertahan sampe 1 minggu. Aku merasa lelah dan kecapek-an. Akhirnya aku mengundurkan diri.



Selain itu aku juga mengumpulkan artikel-artikel yang menuliskan tentang pola hidup sehat, khususnya yang berkaitan dengan TIDUR. Aku sudah tahu, bahwa kebiasaanku bergadang dan bangun siang akan menimbulkan efek tua di wajahku. Dan selain itu, bisa memperlemah daya ingatanku, juga mengurangi gairah hidupku, yang akhirnya aku menjadi pemalas. Malas untuk ber-olahraga. Malas untuk belajar. Malas untuk bersosialisasi dan yang terpenting, malas menjaga berat badanku. Aaahhh aku gak mau semua itu terjadi padaku. Dan Itu artinya aku sudah khatam dan tamat mengenai TIDUR. Hanya saja artikel itu tidak bisa menjadi bahan bakar semangatku untuk mengubah kebiasaanku. Awalnya sih semangat, lama-lama kambuh lagi… capek dweehh…



Nah, sekarang kalian pasti bertanya-tanya, mengapa hari ini aku bisa bangun pagi ? hayyo ada yang tahu…???. Yayayaya… bukan karena aku sudah mulai tak bergadang lagi, justru tadi malam aku baru bisa memejamkan mata jam 2 malam. Juga bukan karena saat ini aku tinggal di kawasan perkampungan, yang jam 5 pagi sudah ramai, tak seperti dulu, ketika aku tinggal di ciputat, yang hingga sore masih terasa sepi. Juga bukan karena rumahku sekarang memiliki jendela besar di bagian depan, yang mampu menyilaukan mataku dengan sinar matahari. Bukan.. bukan itu ! ini semua karena CINTA.



Hmm… mikir lagi kan ?. pasti berasumsi, bahwa aku dibangunin sama seseorang yang aku cintai ?, TETOOOOT, kalian salah besar !. atau pasti kalian berfikir, pagi-pagi sudah ada yang mengetuk pintu rumahku dan memberikan setangkai bungan mawar padaku ?? TETOOT… lagi-lagi anda salah besar !.



Aku bangun tidur pagi-pagi, karena cinta kalian…. Ya, karena aku merasa di cintai oleh kalian. Cinta kalian justru memberiku energy positif padaku untuk selalu tersenyum menyambut pagi. Makasih cinta….



Gunuk , 27 Nov 2010. 12.35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar