Selasa, 30 November 2010

Dindaku…… ( Selamat Tinggal Kanda…)

Perkenalkan, aku dipanggil kanda oleh kekasihku, dan aku pun memanggilnya dinda. Meski jarak kami berjauhan, namun aku tahu, dinda selalu mencintaiku dan mengingatku. Jarang sekali kami berkomunikasi. Mungkin karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaan baruku dan tanggung jawabku sebagai seorang laki-laki dewasa yang sedang menata masa depan. Sama halnya dengan dinda, ia juga tidak begitu menyukai komunikasi melalui hp, namun tak jarang ia mengirimiku sms yang berisi kata-kata semangat dan motivasi, seperti,” Kanda, kau tahu apa yang membuatku mencintaimu ? karena kau memang pantas untuk dicintai. Semangat….semangat..semangat..! “. Pertama kali kami bertemu ketika aku masih bersama dan mencintai kekasihku yang sebelumnya. Dinda yang saat itu kukenal sebagai gadis yang misterius dan aneh kini menghujamiku dengan cinta yang tulus dan unik.
Saat ini dia lagi keranjingan menulis. Semua hal rasanya ingin ia tulis. Hingga kadang ia lupa diri. Lupa makan. Lupa tidur. Lupa kuliah. Bahkan lupa kencing. Setiap hari hanya di depan laptop. Kadang membaca artikel atau bahkan menulis. Lama-lama aku semakin tidak mengenal dinda, wajahnya pucat dan semakin menua karna sering terkena cahaya laptop, yang katanya bisa mempercepat penuan dini.
Setiap kami baru tiba di rumah. Dinda langsung mandi dan solat. Tiba-tiba dinda bertanya padaku yang saat itu ada di depan TV di ruang depan,
“Nda, mau langsung tidur ?”
“iya..” jawabku singkat. Maka dia langsung membuka laptop dan langsung bersetubuh dengan kata-kata di dalam kamar dan membiarkan aku sendirian berselimut TV. Tapi jika aku menjawab ‘tidak’, maka dinda datang mendekatiku dan tidur di sampingku untuk sekedar ngobrol dan berbagi cerita hingga aku terlelap tidur. Dinda berusaha menjadi pendengar setia. Seterlelapnya aku tertidur, lagi-lagi ia dengan cekatan membuka laptop dan langsung menulis.
Pernah kadang kutemukan dinda tertidur dengan posisi duduk, dan dengan laptop yang masih menyala, yang berada di pangkuannya. Tak jarang aku membangunkannya dan menyuruhnya untuk tidur dengan posisi yang benar. Dan ketika pagi menjelang, dia sudah bangun dan mempersiapkan sarapan untukku lalu berangkat kuliah.
Kadang kucermati diam-diam ketika ia sedang asyik menulis. Mulutnya tak berhenti mengeracau sendiri dengan suara yang juga tak pelan dan sedikit mengganggu. sedangkan jarinya menekan tuts-tuts keyboard laptop sesuai dengan apa yang keluar dari mulutnya. Matanya begitu tajam memperhatikan setiap kata yang tertulis. Dan jika ia merasa lelah, ia hanya menggeliat, memutar lehernya dan membunyikan jari-jarinya yang dipaksa bekerja. dan sesekali dinda tersenyum padaku. kemudian dia mengubah posisi duduknya dengan jongkok dan mulai menulis lagi.
Setiap dinda akan menulis, ia sudah mempersiapkan dua botol aqua berukuran sedang. 1 toples camilan dan 1 kotak permen di sampinganya. Namun tak jarang ia selalu kehabisan air dan mengisinya kembali. Sesekali ia ingin beristirahat dengan seharian tidak menulis. Dia mengajakku untuk berbincang mengenai apa yang pernah ia alami dan meminta pendapatku. Kemudian keesokan harinya ia mulai menulis lagi.
Dinda memang tidak pernah menyuruhku untuk membaca hasil tulisannya yang baru saja ia selesaikan.ia langsung mengirimnya ke FB dan juga blog-nya. Setelah itu Ia hanya tersenyum dan merenggangkan tangan sambil menyapaku, “ Tidur yuk, nda?!”.
Entah apakah aku salah menilai dinda, dia adalah wanita yang tak bisa membedakan antara sepi dan cinta. ia tak bisa tidur tanpa pelukan. Ia tak bisa menulis tanpa ada aku yang menemaninya. Jika pun aku tak ada, ia memperdengarkan music kesukaanku dari laptopnya. Katanya, “ Kanda itu bukan objek inspirasiku dalam menulis, tapi karena kandalah aku bisa menulis, jadi tetaplah menjadi kanda yang ingin selalu kucintai”.
Aku hanya diam tak merespon. Tapi rasanya hatiku ingin berkata, bahwa aku jadi ragu. ragu apakah aku mampu membahagiakannya. Ragu apakah aku adalah laki-laki yang terbaik untuknya. Ragu apakah aku mampu menjaga cinta tulusnya. Dan karena itulah aku pergi meninggalkannya.
Entah bagaimana kabar dindaku saat ini, namun yang kutahu dari dinamika FB nya, ia masih saja menulis bahkan semakin bergairah. Apakah karena ia ingin menutupi kesedihannya ? apakah karena ia ingin melupakan aku yang terasa menyiksa saat meninggalkannya ? apakah ia hanya ingin menghibur dirinya ?. aku tak ingin berfikir apapun saat ini, yang terpenting melihatnya bahagia, aku sudah senang….
Dinda… selamat malam,,,
Gunuk, 29 November 2010. 22.53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar