Rabu, 23 Maret 2011

Traumatik…

Ketika sedang asyik menulis di ruang depan rumahku, tiba-tiba suara ketokan pintu membuyarkan rasionalitas dan mengernyitkan dahiku membentuk 5 lipatan. Aku beranjak untuk membuka pintu, kemudian tiba-tiba seorang wanita muda yang umurnya tak jauh lebih muda 2 tahun dariku langsung memelukku sambil menangis. Rasa kaget dan takut bercampur dan beraduk menjadi satu menghiasi wajah bodohku. Sebelum tetangga melihatnya dan mulai mengerubungi rumahku, maka ku ajak wanita itu, yang kebetulan adalah istri dari teman akrabku, yang baru 5 bukan menikah masuk ke dalam rumahku.
Kepersilahkan duduk sambil mengambil sebotol air mineral dari kulkas dan memberinya agar nampak tenang. Lalu aku duduk mendekatinya sambil memberikan tisu untukknya.
“ Malam ini aku nginep disini ya, Nov !!??” begitulah permintaannya di awal percakapan kami dan aku hanya mengangguk sambil memegang tangannya.
“ Jika kau sudah tenang, ceritakanlah apa yang ingin kau ceritakan !”. aku beranjak ke dalam kamar untuk mempersiapkan tempat tidur untuk si wanita muda itu, yang bernama Indah. Namun tiba-tiba Indah menghentikan langkahku dan menyuruhku kembali ke tempat dudukku.
“ Nov, sini lah ! aku ingin bicara !”. aku tersenyum dan kembali duduk di dekatnya. Sambil tersedu dan seperti menahan sakit, Indah pun mulai bercerita.
“ Hah… aku benci dengan pernikahanku Nov ! rasanya aku ingin mati saja ! aku sudah tak tahan ! sudah tidak kuat lagi, Nov!” tiba-tiba Indah mulai menangis hebat. Lalu ia membuka setengah bajunya untuk memperlihatkan bekas luka pecut yang ada di punggung, lengan dan dada nya.
“ Ini nov ! ini lah yang membuatku tak kuat lagi !, Mas Firman terus saja memukuliku tanpa ampun. Hingga sekarang aku tak tau apa salahku padanya. padahal aku sudah mencoba menjadi istri yang baik untuknya”. Aku begitu meringis melihat bekas luka pecutan menghiasi punggungnya. Indah terus bercerita tentang kelakukan Mas Firman yang setiap hari selalu memukulinya. Aku hanya geleng-geleng kepala sambil menelan air ludah yang kering.
Setelah Indah selesai bercerita, aku menyuruhnya untuk tidur di kamar. Sedangkan aku kembali pada aktifitas untuk menyelesaikan tugas ku sebagai mahasiswa. Tiba-tiba dering HP ku berbunyi. Setelah ku baca nama si penelpon yang ada di layar HP ku, segera kuangkat, yang ternyata dari mas Firman.
“ Ya mas ?”
“ Indah ada di rumahmu, Nov?”
“Iya, kenapa ?”
“Ooo ya udah deh. Yang penting dia baik-baik saja. “. Mas Firman segera menutup HP nya.
Aku mencoba untuk tetap focus pada tugas yang harus aku selesaikan malam ini, namun pikiranku menjadi tidak tenang. Romantisme terhadap mas Firman kembali mengusik akalku. Aku telah lama bersahabat dengan Mas Firman. Kira-kira 5 tahunan. Dan aku tahu siapa sebenarnya mas Firman. Dari cerita yang diungkapkan Indah tadi, sebenarnya aku tak percaya 100%, apakah memang benar, mas Firman berkelakukan seperti itu?. yang kutahu, mas Firman adalah seorang laki-laki yang lembut, penyayang, ramah dan cerdas. Jangankan memukul, marah saja, tak pernah aku melihatnya. Dia paling suka dengan anak kecil dan menyayangi hewan, terutama kucing. Selain itu, ia begitu cepat akrab dengan orang yang baru ia kenal, bahkan dengan orangtua teman-teman kami yang lain, ia begitu hormat. Dan biasanya jika kami ingin berlibur ke luar kota, pasti yang menjadi rekomendasi adalah mas Firman, sehingga orangtua kami tak khawatir. Itulah sekelumit tentang mas Firman.
Keesokan harinya sebelum aku berangkat kuliah, Indah juga pamit pulang ke rumahnya. Beberapa kali aku menyakinkan, apakah ia sudah siap untuk pulang, namun ia tersenyum sambil mengangguk. “ Tenang lah Nov, aku akan baik-baik saja. Makasih ya…”. Kemudian kuantar Indah hingga masuk ke dalam angkot dan aku langsung menuju kampus.
Cerita ini tak langsung usai, setiap 3 hari sekali, Indah datang ke rumahku dengan kondisi dan cerita yang sama, bahkan bekas luka pecutan merambah ke wajahnya. Dan lagi-lagi mas Firman selalu menelponku menanyakan kabar Indah. Namun sama seperti awalnya, keeseokan harinya, Indah memilih untuk pulang. Begitulah seterusnya. Namun aku yang tak punya hobi untuk ikut campur masalah orang lain, ternyata tak mampu bertahan ketika peristiwa itu terjadi ke 10 kalinya. Aku menelpon mas Firman,
“ Hai Mas…!”
“ Ya Nov, Ada apa ?”
“ hmmm… sibuk ga ?”
“ Ga…”
“hmmm… kayaknya kita harus ngobrol deh ?!”. Terdengar suara tawa kecil di seberang sana.
“hmm yayayaya…. Itulah yang aku tunggu darimu. Kapan dan dimana ?”. mas Firman memang betul-betul memahamiku. Dia tahu dan cukup paham, bahwa aku tak suka mencampuri urusan orang bahkan ingin tahu urusan orang. Itulah mengapa ia tertawa.
Beberapa jam kemudian, kami bertemu di salah satu tempat makan favorit kami yang terletak di kawasan Ciputat. Mas Firman yang terakhir aku temui, yaitu ketika acara pernikahannya, masih tak banyak perubahan. Dengan kaca mata minus berwarna hitam di gagangnya, masih terlihat begitu bersahaja. Cara berpakaiannya pun masih sama seperti dulu. Santai namun tetap rapi. Dengan kemeja kotak-kotak berwarna biru dipadu dengan celana levis yang tak ketat. Namun nampak ada yang beda darinya, yaitu raut wajah yang nampak lelah dan kusam.
Setelah basa-basi, menanyakan kabarku, Kuliahku, bahkan tentang lelaki yang saat ini sedang dekat denganku, aku mulai memberanikan diri untuk bertanya tentang kabar Indah.
“ Sebenarnya ada apa sih , Mas ?”. mas Firman hanya tersenyum kecil dan mulai bercerita.
“Aku juga tidak tahu, Nov. aku begitu kaget melihatnya. Tiba-tiba sepulang kerja, aku melihatnya sedang memecuti dirinya sendiri. Aku langsung mengambil pecutnya dan segera membuangnya lalu memeluknya. Ia menangis begitu hebat dan beberapa kali ia mengatakan kalimat ‘ maafkan aku , mas’. Ku bawa ia ke kamar tidur dan membiarkannya tenang. Namun kejadian itu selalu terulanag. Bahkan kadang Indah memintaku untuk memecut dirinya. Jelas-jelas aku menolaknya, namun kemudian dia meronta dan menangis bak kesetanan. Aku bingung, Nov. apa yang harus aku lakukan ? memecutnya salah. Tidak memecutnya pun juga salah. untung saja ia lari ke rumahmu, karena aku memang yang menyuruhnya. Daripada ke rumah orang lain, pasti akan terjadi kesalahpahaman. Makasih ya Nov “
Aku semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya mas Firman ceritakan padaku. aku hanya bisa mematung dan menampakkan wajah bodohku. Dan kemudian mas Firman melanjutkan ceritanya sambil menghela nafas panjang.
“ Entah apakah ini wajar aku bercerita padamu, Nov ?”
“ Ceritakanlah mas!” aku tak sabar menunggu ceritanya
“ hmmm… bahkan ketika kami sedang ingin berhubungan badan, tiba-tiba Indah memintaku untuk memecutnya, namun aku menolaknya. Dan kemudian dia memecut dirinya sendiri. Awalnya aku melarang dan mencoba menghentikannya, namun karena terjadi terus menerus dan menjadi hal yang biasa, akhirnya aku mendiamkannya. Bahkan nafsuku yang awalnya sangat tinggi, jadi hilang karena kasihan melihat bekas luka yang menghiasi tubuhnya”
“Kalo boleh tau, alasannya apa , mas ?”
“ Kata sih, dengan begitu, ia lebih bergairah”
“ HAH ! bergairah ?!”. mas firman tertawa kecil sambil menaikkan pundaknya.
“ Yaaa…. Begitulah”
“ emang mas Firman sudah tahu penyebabnya, mengapa Indah melakuakan hal kayak gitu ?”
“ Iya, aku pasti menyelidikinya. Ternyata Indah adalah korban brokenhome. Sejak berumur 9 tahun, ayah dan ibunya bercerai karena kekerasan dalam rumah tangga. Setiap hari Indah melihat bagaimana Ibunya selalu dipukuli oleh ayahnya hingga babak belur. Entah apa alasannya. Hanya saja, kemudian, dengan bantuan keluarga dari pihak ibunya, akhirnya ibu dan ayahnya bercerai. Kemudian Indah ikut ibunya pindah ke luar kota. Menurut cerita Indah, sebenarnya ibunya tidak ingin bercerai dengan ayahnya. Meski selalu dipukuli, namun ibunya menganggap bahwa itu adalah bentuk cinta. ibunya paham bahwa ayahnya mengidap penyakit disorder bipolar, yaitu penyakit psikis yang tak bisa mengontrol emosi, hingga harus memukul orang agar terpuaskan. Dan biasanya yang menjadi sasarannya adalah orang yang paling dekat dengannya. Hingga sekarang tidak ada obat bagi penderita disorder bipolar itu, hanya saja, ia akan sembuh dengan terapy cinta dan tabah dari pasangannya meski dengan waktu yang sangat lama. Ibunya ingin tetap bertahan, hanya saja keluarga dari pihak ibunya tak bisa memahaminya. Dan hingga sekarang, ibunya memilih untuk tidak menikah lagi. Sedangkan ayahnya sekarang berada di tempat rehabilitas gangguan kejiwaan. Yaa… mungkin Indah tertular dari ayahnya”
“ emang selama pacaran gimana mas?”
“ Ya biasa aja. ga pernah tuh aku menemukan hal yang kayak gitu pada Indah. Tahu-tahu setelah beberapa hari pernikahan, Indah mulai menampakkan hal-hal yang aneh. Bukan hanya memecut dirinya saja, tapi kadang juga menggores tubuhnya dengan pisau. Awalnya aku jadi ngeri dan ketakutan. Setelah konsultasi pada dokter maupun psikolog, ternyata Indah tak pernah betul-betul menyakiti dirinya. Ia hanya sekedar mencari perhatian saja. Dan itulah mengapa ia mengatakan padamu bahwa ia adalah korban kekerasan. Yaa hanya caper saja seperti wanita yang begitu haus akan kasih sayang seorang laki-laki. Cinta dan perhatian yang aku berikan ternyata belum cukup baginya. Dan…. Obatnya yaaa… aku harus sabar dan sabar….”. begitulah mas Firman mengakhiri ceritanya sambil meminum jus buah mangga yang ada di depannya. Sedangkan aku masih mematung sambil berfikir dan bertanya pada diriku sendiri di dalam hati, “ Kok ada ya.. orang kayak gitu ?”
“ sudahlah ! tak perlu kau berfikir keras. Yukk ke rumah ku aja !”
Aku mengiyakan ajakan mas Firman untuk ke rumahnya. Meski sebenarnya hatiku dag dig dug membayangkan jika berhadapan dengan Indah. Namun sesampai di depan rumah mas Firman, tiba-tiba segerombolan orang mengerubungi rumah mas Firman yang lebih banyak didominasi para ibu-ibu. Aku kaget dan penasaran. Namun seorang polisi mendekati mobil kami, dan menyapa mas Firman
“ Maaf, anda bapak Firman suami dari ibu Indah ?”
“Iya pak…” jawab mas Firman dengan nada yang bergetar
“ Maaf, istri anda ditemukan sedang menggantung diri dan ternyata nyawanya tak bisa tertolong lagi. Ini surat yang juga di temukan di antara jari kakinya. Sepertinya ini untuk anda”.
Dengan tangan yang masih bergetar, mas Firman membaca surat terakhir yang ditulis oleh Indah untuknya
“ Maafkan Indah mas, hanya beginilah cara Indah mencintaimu. Indah tak bisa menjadi istri yang baik buat mas. Semoga Mas bahagia karena saat ini, Indah juga bahagia…”
Tiba-tiba mas Firman tertawa dan tersungkur sambil berteriak dengan pelan, “akhirnya aku bebaaaaaaaaaaaaaaas……!!!”
Dan aku masih dengan wajah bodohku…..!!!

Lebak Bulus, 3 Desember 2010. 19.22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar