Rabu, 23 Maret 2011

Surat Cinta Untuk Anakku…… (Jilid II)

Wahai anakku…..
Dengan keterbukaan hati dan pikiranmu, kau pasti akan menemui berbagai macam hal dalam perjalanan hidupmu kelak. Janganlah kau terpana hingga kau terhanyut di dalamnya tapi jangan pula kau takut hingga kau lari dan tetap menjadi bodoh. Dunia memang begitu adanya. Saat ini kau boleh menjadi A tapi tetaplah berjalan hingga kau menjadi B, kemudian C dan akhirnya Z. begitulah juga dengan perjalanan hidup bunda. Dulu bunda sangat tomboy dan tak peduli dengan diri sendiri, dan sekarang alat make-up bunda bisa bejibun. Koleksian Sepatu bunda pun tak muat di pajang. Dan sekarang bunda suka mencoba resep baru, padahal dulu, bunda paling anti masuk dapur…
Anakku, hidup itu adalah sebuah proses yang tidak pernah final. Nikmati proses hidupmu dan jangan pernah takut untuk menjadi beda. Tapi bunda hanya ingin katakan padamu, bahwa hal yang baru, yang akan kau temui nanti dalam perjalanan hidupmu, jangan sampe menghilangkan dan mengikis dirimu yang sesungguhnya. Ada yang harus kau ubah tapi ada juga yang harus kau pertahankan. Meski bunda telah berubah, tapi bunda tetap menjadi diri bunda sendiri, sebagai wanita yang selalu punya senyum dan ramah pada semua orang, yang optimis terhadap apa yang bunda impikan, yang sering lupa dengan barang dan kejadian yang telah lewat, yang anti kemampanan karena masih membeli barang-barang bekas dan naek kereta ekonomi, dan yang suka mengoleksi buku dan kaset DVD… heee
Wahai anakku…
Mencuri itu tidak baik. Tapi bisa menjadi baik bila kita menempatkannya dengan benar. Kau tahu anakku ? setiap manusia, hewan, tumbuhan dan benda mati, punya cerita dan kisahnya masing-masing. Curilah apapun yang ada di diri mereka. tapi mencurilah dengan cantik. Kau bisa belajar dari pengalaman dan pengetahuan mereka. gelas punya cerita. Keripik juga punya cerita. Pohon juga punya cerita. Itulah yang bunda lakukan saat ini untuk terus berkarya menciptakan kata-kata.
Anakku, dengarkan kisah mereka! dan tulislah kisahnya agar mereka hidup dan senang. Karena haknya harus dihargai dan diapresiasikan sebagaimana mestinya. Belajarlah mengenal cinta pada kripik. Pahamilah hidup pada gelas. Dan kenalilah manusia pada air. Namun yang lebih penting adalah kau harus tahu, bahwa bukan hanya manusia, hewan, tumbuhan dan benda mati di sekitarmu yang harus kau penuhi haknya dan kau tulis kisahnya, tapi kau juga harus mendengarkan emosi dan perasaanmu sendiri. Karena ketika kau keluarkan emosinya, seperti marah, benci, sedih, bahagia, lapar, dll, itu artinya kau telah menjadikan mereka sebagai makhluk yang juga punya hak. Maka dengarkanlah mereka dan tulislah….! Itulah yang juga bunda lakukan saat ini…..
Anakku, berbaiklah pada sesama manusia. Cintailah mereka sebagaimana kau mencintai dirimu sendiri. Sebagaimana kau mencintai apa yang kau cintai. Karena meski cinta yang kau berikan tak terbalas, namun pasti akan berbekas dan diingat. Jika harus berkorban, maka berkorbanlah. Jangan pernah mengatakan kata tidak, itulah pesan kakekmu pada bunda. Namun jangan pernah pula, kau takut kehilangan.
Wahai anakku…
Maafkan bunda yang hampir saja tidak ingin melahirkanmu ke dunia ini. Karena bunda takut. takut sekali. Bunda memang fobia dengan darah dan kecacatan fisik. Tapi bukan itu yang bunda takutkan, bunda hanya takut tak bisa bertemu denganmu. Tak bisa mendampingimu. Tak bisa menjadi sahabat bagimu. Banyak sahabat dan kekasih bunda yang selalu menyakinkan bunda untuk mau melahirkanmu. Dan jika ternyata bunda tak ada di sisimu, tapi bunda ada di pundakmu, yang selalu bersamamu, menjagamu dan tak akan membiarkanmu sendirian.
Anakku, pada akhirnya bunda tahu dan paham, bahwa kau memang harus dilahirkan. Meski keadaan dunia saat ini sangat kacau balau. Pertarungan dan persaingan Politik, ekonomi, hukum, agama dan social, terus saling bunuh membunuh, hingga manusia yang menjadi korban. Maka bunda berusaha untuk mempersiapkan dirimu untuk mengahadapi cengkraman dunia yang menakutkan itu. jadilah pribadi yang kuat dan berkualitas. Jangan takut dan pesimis. Bunda selalu bersamamu….!
Anakku, selain itu, bunda ingin meminta maaf, karena tak meninggalkan apa-apa yang berupa materi padamu. Tapi bunda ingin memberikanmu sebuah kisah. Kisah yang harus kau tau tapi tak harus kau ikuti….inilah kisah bunda….
Bersambung……….

Gunuk, 17 Februari 2011. 11.42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar