Rabu, 23 Maret 2011

“Sampai Kapan aku harus berbohong ?”

Saat menunggu di lobby, di lantai bawah hotel Red Top, tiba-tiba seorang pria perlente datang menghampiriku yang sedang asyik membaca sebuah majalah, yang disediakan oleh pihak hotel. Pria dengan kemeja warna biru tua bermotif garis-garis horizontal lembut dengan dasi polos berwarna biru terang dan celana berwarna gelap itu menyapaku dengan yakin
“Hey, kenalkan, namaku Andi “ ku sambut uluran tangannya dan menjabatnya dengan singkat sambil manggut-manggut dan tersenyum.
“Boleh aku duduk disini!” pintanya padaku dan aku mulai menggeser dudukku. Aku masih diam dan tak peduli padanya. lalu kumulai kembali aktivitasku membaca majalah, namaun laki-laki berkulit putih itu mulai bicara lagi
“Biar ku tebak siapa dirimu !” aku memadang wajahnya yang seperti ada campuran bule dan mengangkat bahuku seakan memberi kode untuk mempersilahkan apa yang ingin ia sampaikan padaku.
“Kalo tak salah, kau adalah wanita karier yang menyukai pekerjaan. Kau sangat disiplin dan sangat mudah bergaul. Hmm…kau adalah wanita mandiri dengan rumah yang luas dan mobil yang keren meski hanya berukuran kecil……..” laki-laki itu terus bicara dengan gaya yang mudah sekali kutebak sebagai perayu dan penggombal ulung. Aku hanya mendengarkan saja hingga akhirnya aku sadar bahwa aku harus pulang.
“Oke..! senang bertemu denganmu, tapi saya harus pulang. Terima kasih”. Aku beranjak dari tempat dudukku dan mengambil tas yang ada di samping kursi. Namun laki-laki itu memegang tanganku untuk menghentikan langkahku. Spontan aku langsung memandang wajahnya dengan wajah menghardik sambil melihat tanganya yang memegang tanganku yang tidak sopan. Kemudian laki-laki itu tersadar dan melepaskan tangannya
“Boleh aku mengantarmu pulang ?”, aku hanya menggelengkan kepala sambil memperbaiki task yang kuletakkan di pundakku.
“kenapa aku tak boleh mengantarmu pulang?, apa kau sudah menikah ?
“No”
“Apakah kau punya kekasih ?”
“No”
“Apakah kau punya Anak? Apa kau Janda ?”
“No”
“atau, kau sedang mencintai seseorang ?”
“No and No” aku mencoba kembali menghindar dan berlalu namun laki-laki itu masih saja menghadang
“lalu ? kenapa aku tidak boleh mengantarmu ?”, dengan sedikit kesal namun ku coba untuk tetap tersenyum menjawabnya
“Karena jika kau mengenalku, kau akan bingung”
“Bingung ?”
“ya “
“Bingung apa ?”
“Everything”, aku mulai menahan tawaku karena melihat lelaki dihadapanku bingung dengan sendirinya. dan aku tak peduli dengan mencoba berlalu meninggalkannya yang masih berfikir
“Hey ! sebentar !” ku hentikan langkahku dan menghadap kepadanya dengan senyum. “siapa namamu ? just name . anyname. Whatever. Hanya nama. Please!” sambil berjalan mendekatiku. Tapi aku hanya menggelengkan kepala dan terus berlalu. Dan lelaki itu hanya bisa mematung di samping pintu masuk hotel dengan wajah yang patah harap.
Sepanjang perjalanan dari Pacenongan ke Pasar Minggu, menuju rumahku dengan motor kesayanganku, aku jadi berfikir, mengapa semua orang salah menilaiku?, hingga saat ini tak pernah kutemui satu pun, bahkan sahabat dekatku sendiri, yang bisa memahami dan menilai dengan benar tentang siapa diriku yang sebenarnya. Atau jangan-jangan kesalahan itu terletak pada diriku. Mungkin saja aku selalu hadir di hadapan mereka sesuai dengan kapasitasnya. Jika dihadapanku adalah seorang sahabat, maka aku pun tidak akan mengambil jarak darinya meski tak semua hal aku ceritakan padanya. Namun jika dihadapanku adalah orang yang baru kukenal dan mungkin akan segera menghilang dariku, maka aku akan mengambil jarak dan bisa jadi aku berbohong tentang diriku padanya.
Namun pertanyaan yang kemudian muncul, adalah sampai kapan aku harus begini? Sampai kapan aku terus membuat kebohongan tentang siapa diriku yang sebenarnya ? tapi jika aku harus jujur, lalu pada siapa aku harus jujur ? bahkan keluargaku saja, tidak tahu siapa diriku yang sebenarnya. Atau jangan-jangan Tuhanpun tidak tahu siapa aku sebenarnya?. Hem tak mungkin….! Itu tidak mungkin.
Entah apa yang ada di benakku. Aku hanya ingin hidup hari ini. Detik ini. Apa yang telah terjadi padaku sedetik yang lalu aku sudah melupakannya, apalagi kejadian kemaren. Begitu juga dengan esok hari. Aku tak ingn memeberatkan pikiranku untuk memikirkan hal-hal yang belum terjadi. Biarlah semua berjalan dengan apa adanya dan aku siap dengan segala resiko yang akan terjadi. Meski aku tetap berbohong atau pun jujur tentang siapa aku yang sebenarnya.
Kalian tahu,? Jika aku mengatakan yang sebenarnya siapa diriku, kalian pasti tidak percaya, bahwa aku adalah SUPERMAN alias SUPERWOMAN…..heeeee

Gunuk, 26 Desember 2010. 12.37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar