Rabu, 23 Maret 2011

Lelaki Pertamaku

Dalam perjalanan dari Pasar Minggu ke Lebak bulus dengan ditemani gerimis yang mengundang flu, aku jadi berfikir dan merenung dengan peristiwa yang baru saja aku alami, hingga puncaknya, dimana aku tak mampu mengontrol emosi dengan tawa yang lepas. Untung saja saya memakai masker, jadi tak mengundang perhatian orang-orang. Ingin rasanya aku segera bisa menuliskannya, hanya saja, aku harus menghadiri diskusi dan rapat yang tak bisa aku tinggalkan. Maka untuk mengobati kegelisahanku, ku tulis status kecil di FB ku
“Pembelajaran dari sebuah interaksi kejadian lampau dengan kejadian yang sama, yang baru saja terjdi adalah sebuah proses kesadaran bahwa sebenarnya hidup ini hanyalah sebuah komedi.......
Kisah ini terjadi sekitar 3 tahun yang lalu, di bulan November. Dimana ketika itu aku terinspirasi dari film ‘ Sweet November’. Aku ingin mendapatkan ‘My November’ seperti yang ada di kisah film itu. maka aku memintanya pada Tuhan, dan Tuhan pun mengabulkannya.
Dari proses pencarian yang sangat panjang, akhirnya aku menemukan seorang pria. dia tidak gemuk, lebih tinggi sedikit dari aku, matanya sipit dan kulitnya putih bersih. Yaaa… hampir-hampir mirip Teuku Wisnu lah… Sampai sekarang aku lupa nama lengkapnya, namun yang masih kuingat ia kupanggil dengan panggilan Ody. Aku berkenalan tanpa harus tahu latar belakang dan statusnya. Kemudian kami kencan 2 kali dan akhirnya aku ‘menembak’ nya dan mengajukan keinginanku padanya untuk menjadi ‘My November’ . singkat cerita, kami akhirnya tinggal bersama.
Ketika aku hidup bersamanya, banyak kejadian yang menggetarkan hati dan sempat menghentikan nafasku. Aku begitu suprising dan terkaget-kaget terhadap apa yang ia lakukan padaku. pernah suatu pagi, tiba-tiba saat aku bangun tidur, dengan cekatan Ody membawakanku sepotong roti bakar dan teh manis yang masih hangat sambil menyapaku, “ Selamat pagi, cinta”. dan hal itu terjadi setiap hari tanpa ada rasa bosan atau jenuh. Aku hanya bisa tersenyum dan berterima kasih padanya.
Seiring perjalanannya, akhirnya aku tahu, bahwa ia sedang menjalani kuliah di malam hari. Dan biasanya, ia menjual sayur di pasar untuk membiayai kuliahnya dari sejak subuh hingga jam 10 pagi. Dan kemudian dia istirahat lalu mulai masuk kuliah. Namun ketika itu, aku tak begitu peduli dengan rutinitas, atau profesi bahkan statusnya. Yang terpenting selama ia menjadi “my November”, harus tetap bersamaku.
Ody adalah laki-laki yang sederhana. Ia tidak suka mengeluh bahkan marah, meski ia pernah melarang kebiasaan burukku yang selalu menyisakan air di gelas dengan nada yang agak marah, “Coba jangan biasakan menyisakan air di gelas!. Tar kalo kau minum lagi, kau tidak akan tahu, ada berapa kuman di dalam gelas itu yang kau minum “. Aku hanya cuek, hingga akhirnya Ody-lah yang selalu meminum sisa air di gelasku.
Selain itu, aku yang terbiasa cuek dengan rumah, menjadi terbantu karena ada Ody. Beberapa peralatan rumah tanggaku yang mulai rusak, diperbaiki oleh Ody, meski tak sempurna, namun minimal tidak rusak lagi. Akhirnya kipas angin bisa kunikmati kembali dan aku bisa menonton TV tanpa ada semut-semut kecil di layar TV. Ody memang bukan ahli mesin atau seorang teknisi, namun karena ia tak suka membiarkan sesuatu terbengkalai dan tak ada fungsinya berkeliaran di dalam rumah. Itulah alasannya mengapa ia menghabiskan waktu hanya untuk memperbaiki perabot rumahku yang lain.
Saat kuminta untuk diajarkan pacaran padanya, maka ketika hari libur, aku yang sibuk dengan tugas-tugas kuliah, ia memilih memasak dan menyiapakan makan siang untuk kami. saat tiba untuk makan, tiba-tiba ia hanya membawa satu piring dan membutaku bertanya,
“Kok piringnya Cuma satu ? emang kamu ga mau makan ?”
“ Ya makan lah, tapi kan biar lebih romantis, kalo kita makan sepiring berdua”
“ Yaaa… tapi kan masih banyak piring..”
“Sudah lah ! tak usah complain, katanya mau diajarin pacaran “.
“ Oooo gini toh pacaran ?”. aku hanya mengangguk cuek dan segera melahap makanan yang ia masak. Dan ternyata enak juga. Aduuhh…….. jadi terharu apalagi ketika ia menyuapiku
“Ngapain …? Kan aku punya tangan. Ga usah pake acara suap-suapan deh “
“Ya… namanya aja pacaran”
“Oooo … harus gini ya kalo pacaran ?”. lagi-lagi aku hanya bisa mengikuti kemauannya..
Dan hal yang tidak pernah aku bayangkan ketika hidup bersamanya, adalah ketika ia melakukan hal yang lebih dari perkiraanku. Waktu itu hari Kamis, dimana jadwal kuliahku sangat padat dan harus bolak balik antara Ciputat dan Pondok Indah. Maklumlah ketika itu aku mengambil double degree, berangkat jam 7 pagi dan pulang jam 9 malam. Sesampainya di rumah, aku disambut oleh Ody dengan senyum bahagia. Namun yang ada, aku hanya bisa mengeluh dan melelah.
“ Aduuuuhhh…. Capek bangeeeet “. Sambil kulemparkan tas di ruang depan, dan segera menuju kasur untuk merebah dan istirahat. Tiba-tiba Ody datang mendekatiku dan membawakanku sebotol air mineral. “ Minumlah dulu ! “ aku bangkit duduk dengan malas dan meminum air yang ia bawakan. Lalu aku kembali tidur. Tanpa komando Ody tidur di sampingku sambil memijat-mijat punggungku. Dan aku terus saja mengeluh sambil memejamkan mata, karena tak tahan menahan kantuk, “ aaahhhh capek banggeeeet”. Kemudian tiba-tiba dia seperti mengelus-elus tangan untuk membersihkan dakiku. Aku langsung kaget dan membalikkan tubuhku mengahadapnya,
“Apa yang kau lakukan !? kau ini bukan pembantuku ! apalagi budakku ! buat apa kau sampe melakukan hal kayak gini ?!”
“ya aku tahu, kau pasti tadi lupa mandi sore kan ?, karena jadwalmu sangat padat, makanya aku bersihkan dakimu. Aku melakukan ini bukan karena aku budakmu, hanya saja, aku tak suka dengan wanita jorok. Menyuruhmu mandi sekarangpun pasti kau menolaknya. Iya kan ?”
“ yaa… tapi kan ga harus begini dong sayaaaang… aku kan jadi malu..ngerti ga?!”. Ody hanya tersenyum sambil memelukku dan membiarkan aku terlelap.
Perbedaan kami adalah ketika harus memutuskan tempat kencan. Ody yang lebih suka kencan di luar harus mengalah dengan kemauanku yang lebih suka kencan di dalam rumah saja.
“ Kita kan bisa nonton DVD di rumah saja, tak harus nonton di luar kan?”
“Iya, tapi kan sumpek, sayang”
“kamu kan sudah tahu, selama 6 hari dari jam 7 pagi sampe jam 9 malam, aku mengahabiskan waktuku di luar. Mending kita kencan di rumah saja ! “
“Ya deh.. terserah kamu !”
“Yang kreatif lah.. bikin apa kek, yang bikin kencan kita berarti!”
Tiba-tiba setelah pulang dari acara diskusi di malam minggu, tiba-tiba aku dikagetkan dengan surprise dinner yang menyenangkan. Lampu rumahku jadi gelap. Namun ketika aku mencoba menyalakannya, tangan Ody malah menahan tanganku dan langsung menutup mataku dari belakang dan menggiringku ke ruang tengah.
“ ada apaan sih Dy ?”
“Ssssssstttt… jangan berisik!”. Tiba-tiba Ody membuka mataku, dan aku kaget melihat candle light dinner dengan menu spaghetti yang sangat sederhana. “ emang lebih enak kencan di rumah saja ya “, Ody mencoba menyindirku dan aku menciumnya sambil berkata, “ Makasih sayang….”
Sebenarnya mencintai itu bukan bagaimana mengekspresikan cinta, atau usaha untuk mendapatkan balasan cinta dari orang yang kita cintai, namun yang lebih penting adalah bahwa dengan mencintai, menjadi penyebab yang mempengaruhi proses berkehidupan. Hal ini aku lihat bagaimana perubahan Ody yang membuatku geli dan rasanya ingin tertawa. Tiba-tiba di suatu pagi di hari Minggu, ia datang entah dari mana dengan membawa buku karya pak Quraisy Shihab yang sangat tebal. Kemudian aku menyapa.
“ Tumben….? Buku apaan tuh ?”, aku mencoba mengambil buku yang ada ditangannya, namun Ody segera merampasnya kembali
“Aahhh, buku biasa saja”, rasa malu yang sebenarnya ia tampakkan dengan sikap cuek padaku, membuatku semakin ingin usil. Lalu aku mendekatinya
“ Baca apaan sih ? ajari doooong….!!” Mintaku dengan manja. Namun tiba-tiba dia menutup bukunya dengan keras sehingga aku jadi kaget
“ Sudah dong, Nov! jangan pura-pura goblok di depanku. Aku tahu setiap aku bicara, kau mengangguk-ngangguk seakan mengerti dan pura-pura bertanya padaku, padahal aku tahu, kau sebenarnya sudah paham. Iya kan..? makanya sekarang saya ingin baca buku, biar ga goblok lagi di depanmu. Oke ? sekarang jangan deket-deket aku ! aku ingin belajar !”. aku hanya tersenyum dan tak menghiraukan larangannnya. Segera ku ambil buku di tangannya dan membuanganya. Lalu dengan gaya harimau yang ingin menerkam mangsa, ku langsung loncat ke tubuh Ody dan menggelitiknya…
Kemesraan kami yang berjalan hanya 1 minggu harus berakhir tepat tanggal 1 Desember. Karena sudah menjadi kesepakatan, bahwa kami harus berpisah setelah November berakhir. Ody segera mengemasi barang-barangnya dan pergi kembali ke kontrakannya dan juga kembali pada kekasihnya. Sejak awal aku tahu jika Ody sudah punya kekasih, tapi aku tak peduli. Bahkan kadang, aku meminjamkan motorku padanya untuk mengantarkan kekasihnya ke suatu tempat atau bahkan untuk sekedar kencan ke luar bersama kekasihnya.
Sejak Ody pergi meninggalkan rumahku, itu berarti aku harus menutup kisahku dengannya. Setiap kali dia menghubungiku, melalui sms atau telpon, aku tak pernah menggubrisnya. Bahkan jika ia datang ke rumahku, aku pura-pura tak ada di dalam rumah. Dan tak pernah membukakan pintu untuknya. Hingga 5 bulan kemudian, ketika aku pulang dari kampus, aku dikagetkan dengan sosok laki-laki yang berada di depan rumahku.
“ hey Nov ..”
“ Hey… ngapain ?”
“Menunggumu”
“hmmm… ada apa ya ? “ . Aku masih berdiri di luar tanpa masuk ke dalam rumah.
“Ga ada, hanya……pengen ketemu aja”
“Ooo… maaf deh, dy, aku capek banget malam ini. Kapan-kapan aja ya….”. dengan cuek aku membuka pintu rumah dan segera menutupnya, namun tangan Ody menahannya
“ Tunggu Nov!....”
“ Ada apa lagi sih…!” emosi sudah tak bisa kutahan
“Mengapa kau tak menguhubungiku ? mengapa kau tak mau menjawab telpon dariku ? mengapa kau tak pernah membalas sms ku ? mengapa Nov ?”. aku hanya memandangi wajahnya dengan menahan marah dan mencoba menghela nafas panjang agar lebih tenang.
“Tolong Beri saya alasan yang cukup kuat untuk menghubungimu ! apa kepentinganku ? sudahlah ! aku capek… aku ingin istirahat!”. Aku segera menutup pintu dan membiarkan Ody sendirian di luar rumah.
Sudah lama aku tak mendengar kabar Ody, hingga kemaren di acara wisuda temanku di bulan Juli tahun ini, aku bertemu dengan Ody yang sedang menggendong seorang bayi mungil dan di sampingnya seorang wanita yang cantik. Aku pura-pura tak melihatnya, namun sentuhan tangan menyentakku dan memaksaku untuk menoleh ke belakang,
“ hey…. Apa kabar ?”
“baik Nov, kamu ?”
“Iya…. Aku juga baik… “
“Kenalkan ini istriku, Nov. dan ini anakku”, sambil menunjukkan bayi mungil yang ada di pelukannya, Ody ternyata tak banyak berubah. Ia masih dengan senyumannya yang indah. Dan Aku hanya bisa tersenyum menyalami istrinya sambil berkata dalam hati “ Kau adalah wanita yang sangat beruntung”.
Dan kali ini, aku benar-benar tersadar dan bahkan kepalaku kejetok beberapa kali. Ketika aku bertemu dengan seorang pria, yang bagiku sangat tepat sesuai dengan apa yang aku inginkan, datang membawa cinta untukku. Kami tinggal bersama selama 3 hari, Karena ia tinggal di luar kota, dan hanya beberapa hari di Jakarta untuk menyelesaikan urusan kerjaannya. Tanpa sadar, aku melakukan apa yang dulu pernah Ody lakukan padaku. kami bercerita, curhat, kencan, makan bersama, bercanda, saling memuji dan berdiskusi. Ahhh rasanya dunia hanya milik kami berdua. Hingga akhirnya dia harus pergi kembali ke kota asalnya.
Gara-gara dia, jarak Cibinong-Gambir ku tempuh hanya 1 jam pada jam-jam pulang kerja dengan 4 kali meminta maaf pada orang yang aku senggol dan ku tabrak motornya dari belakang ketika berhenti di lampu merah, “Maaf pak..”, hanya agar aku bisa mengantarnya kembali ke kota asalnya. Perpisahan yang benar-benar tak ingin terjadi, namun tetap harus terjadi. Terakhir ia berkata , “ Jaga diri baik-baik ya, din !”.
5 hari berlalu aku terus mengiriminya sms yang berisi kalimat motivasi dan semangat, namun tak satupun dari sms ku yang ia balas. Ku coba menelponnya, namun ia tak pernah mengangkatnya. Namun aku tak lelah, ku coba untuk ber-positive thinking, siapa tahu, dia lagi sibuk dan tak ingin diganggu. Makanya aku tak lagi menghubunginya. Namun hingga 1 bulan lamanya, ia tetap tak menghubungiku. Aku jadi stress dan merasa kehilangan. Beberapa kali saya mensugesti diri, agar tetap tenang dan tetap positive thinking, namun teman akrabku berkata, “ Coba kau baca buku atau nonton film ‘He’s not that into you’, sesibuk apapun, laki-laki yang punya rasa denganmu, pasti ia akan menghubungimu. Kecuali ia memang tidak ada rasa apapun padamu, atau jangan-jangan ia sudah punya kekasih yang lain. Sudahlah! Tak usah kau mendramatisir! Tak usah kau menyangkal dan terus membohongi dirimu sendiri! Kalo kau ingin tahu kabarnya, ya tinggal telpon saja ! bereskan !???”.
Ku coba mengirimi sms yang tertulis, “ Semoga besok menjadi hari yang indah untukmu”. Dan tak mengharap ia membalasnya, karena sudah tengah malam. Namun tiba-tiba ia membalasnya dengan cepat, “ kabarku baik, din”. Aku senang dan bahagia. Maka keesokan harinya, aku telpon dia, yang ternyata baru bangun tidur. Aku bahagia bukan main ketika mendengar suaranya, hingga aku pun tak tahu harus berkata apa. Yang keluar kemudian hanyalah pertanyaan-pertanyaan bodoh.
“Kamu sehat ? orangtuamu juga sehat ? apa semuanya baik-baik saja”.
“ Din, suaramu kecil, tak terdengar”. Kemudian aku matikan HP ku lalu segera bangkit dari tempat tidur dan menuju ruang depan, agar signal-nya menjadi kuat. Lalu ku telpon dia lagi. Namun hingga 3 kali, hasilnya nihil, ia tak mengangkatnya. Ku coba untuk ber-positive thinking, jangan-jangan ia lagi di kamar mandi. Maka beberapa jam kemudian saya mencoba untuk menelponnya lagi, namun sama saja, tidak ada jawaban. Hingga akhirnya aku kembali focus pada pekerjaan dan tugas-tugasku.
Menjelang sore, aku harus mempersiapkan acara diskusi di Lebak bulus. Maka aku segera pergi dengan motorku. Dan Selama dalam perjalanan, aku merenung dan mencoba berfikir, hingga akhirnya aku bisa tertawa dan merasa ringan… ternyata Tuhan telah memberi aku jawaban…..yayayaya
“ Makasih Tuhan…. Saat ini aku telah paham apa yang kau ajarkan padaku, bahwa hidup ini sebenarnya hanya sebuah komedi…..apa yang aku alami sekarang adalah sama yang pernah Ody alami dulu. Maafkan aku, Dy”

Gunuk, 5 Desember 2010. 12.28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar