Rabu, 23 Maret 2011

Perselingkuhanku yang ketiga

Di rumahku
“Mas, mengapa kau tak kembali pada duniamu yang dulu, dunia musik ?”
“Aku masih trauma, Nov. mungkin butuh waktu untuk bisa kembali ke dunia itu”
“Hanya karena kau pernah dikhianati oleh rekan bandmu, kau kabur begitu saja dan menghukum dirimu sendiri!. Bakatmu itu di music, bukan yang lain!”
“Iya, aku tahu itu…! kadang aku juga memikirkan hal itu. ingin rasanya aku main gitar lagi dan memukul drum. Tapi……ahhkk kau tak kan pernah paham, Nov?”
“Kalo begitu ceritakanlah ! aku akan mendengarnya !”
Ia bercerita tentang masa lalunya dimana sempat terkenal di dunia entertainment sebagai anggota band music. Namun ketika ia dikhianati oleh salah satu teman nya dan produser music, ia keluar dari bandnya dan juga dunianya. Seketika itu ia merasa hidupnya buntu dan tak ada tujuan. Namun ia masih tetap bertahan..
Setiap kami bertemu dan berkencan, ia tak pernah berhenti bercerita. Ternyata ia suka bercerita tentang dirinya. Mungkin ia sedang mengumpulkan kekuatan untuk kembali ke duanya. Aku hanya bisa menjadi pendengar yang baik terhadap cerita-ceritanya. Aku juga tak pernah mempermasalahkan, apakah cerita itu fiksi atau non fiksi. Aku terus mendukungnya dan menyemangatinya.
“5 tahun lagi, aku ingin menonton aksi bandmu !”
“Ahh… tak mungkin “
“Jika mungkin , gimana coba…? ayolah… lebih baik kau bohongi jutaan orang di dunia ini, daripada kau bohongi dirimu sendiri. Ada bakat di dalam dirimu yang harus kau penuhi haknya ! “. Ia masih menatapku hampa….”Apapun keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu !”
“Makasih Nov..”, ia memelukku dan mengecup keningku hingga kami terlelap dalam satu selimut
Di Rumahnya
Setiap sebulan sekali ia pulang kampung untuk menemui istri dan putrinya yang baru saja masuk TK. Istrinya adalah seorang wanita sholehah yang berjilbab dan tak pernah kekurangan senyum. Setiap ia pulang, entah ia bawa uang atau tidak, istrinya selalu setiap melayaninya. Ia bukakan sepatunya dan menyediakan the hangat untuknya.
Istrinya termasuk wanita yang pendiam yang tak akan bicara kecuali di pancing olehnya.
“Bagaimana sekolah barunya Dita, bun?”
“Baik, Yah…”
hanya itu dan tak ada lagi percakapan selain membicarakan hal –hal yang temporal. Setiap ia pulang kampung, istrinya selalu melayani dan memanjakannya. Baik dengan makanan atau urusan ranjang. Istrinya tak pernah mengeluh dan tak pernah mengatakan kata ‘tidak’ padanya. benar-benar istri yang sholehah dan ahli surga. Istrinya juga selalu menjaga kehormatan suaminya dengan tidak menemui laki-laki lain meskipun hanya menyapa. Dan istrinya pula selalu menghargai harta suaminya dengan tidak bersikap boros dalam belanja keperluan dan kebutuhan rumah tangga.
Jika ia berada di Jakarta, istrinya tak pernah absen mengingatkannya untuk makan atau sekedar ingin tahu apa yang ia lakukan dengan sms. Dan satu hal lagi, istrinya bahkan menyuruhnya untuk menikah lagi jika memang ia ingin menikah lagi. Namun ia menolak dan memilih untuk tidak membuat dua pernikahan dalam satu masa hidupnya.
Ia menyayangi istrinya dan juga putrinya……namun ketika ia melihat keduanya sedang makan bersama di meja makan, ia berkata dalam hatinya, “Terima kasih kalian telah bahagia karena aku, tapi kapan aku bisa bahagia dengan diriku sendiri ? “
Epilog
Dialah laki-laki yang memilih menikah dengan wanita yang di kenalkan oleh temannya ketika berada pada masa dan kondisi yang sedang buntu dan tanpa arah. Tanpa sadar ia meng-amin-I saran temannya bahwa menikah akan menjadikan dirinya lebih visioner atau terarah…..hingga tanpa pertimbangan yang panjang, ia menikah dengan wanita yang saat ini adalah istrinya meski dengan jarak jauh…

Gunuk, 19 Maret 2011. 16.18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar