Rabu, 23 Maret 2011

Bingung

Akhir-akhir ini saya banyak menerima sms dari kawan-kawan yang berisi tidak jauh dari persoalan kebingungan atau dalam istilah ilmiahnya, Dis-Orientasi. Ada yang bingung menentukan pilihan untuk masa depannya, seperti menentukan pasangan hidup, memilih bekerja atau kuliah, dan memilih keinginan keluarga atau pilihan pribadi, bahkan ada pula yang bingung karena ga tau apa yang harus ia lakukan.
Tiba-tiba saya menjadi diam dan mencoba untuk bercermin sambil berfikir, sepertinya apa yang kawan-kawan saya alami, juga pernah saya alami. Jangan-jangan ini hanyalah hukum alam yang semua orang pasti mengalaminya, yaitu kebingungan.
Lalu saya mencoba mendatangi beberapa orang yang kuanggap sebagai guru untuk mendiskusikan masalah “berat” ini. Sepanjang minggu ini, saya fokuskan untuk mencari format kebingungan, entah dari diskusi, nonton film, baca buku atau hanya sekedar mengamati saja. Sehingga tanpa sadar saya menjadi bingung. Wah ! jangan-jangan saya kena kutukan kebingungan. Bingung mencari format kebingungan. Maka saya putuskan untuk menulis. Semoga saja tak salah
Karena kebingungan kita letakkan sebagai hukum alam manusia yang semua manusia pasti akan mengalami kebingungan tersebut, maka saya mengasumsikan kebingunagn itu adalah sebuah nikmat yang harus disyukuri. Jadi, kalau ada manusia yang tidak bingung selama hidupnya, maka ia adalah manusia yang rugi. Itu yang pertama
Kedua, kebingungan terjadi pasti ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan yang harus dipilih. Tetapi kebingungan tidak akan terjadi jika kita sudah memilih satu pilihan dari pilihan-pilihan yang ada. Itu artinya kebingungan pasti muncul ketika kita serakah untuk bisa memilih semua pilihan-pilihan itu secara bersamaan. Tidak ada prioritas pilihan yang harus dipilih.mana yang harus didahulukan dan mana yang diakhiri. Itulah orang yang takut kehilangan dirinya sendiri….!
Ketiga, terjadinya kebingungan bisa terdiagnosa karena adanya relativisme kebenaran. Manusia yang terbiasa dengan kebenaran absolute tiba-tiba dihadapkan pada paradigma kebenaran relative, sehingga menjadi shock dan labil untuk menentukan mana yang harus ia yakini benar, jika semuanya adalah kebenaran. Seperti peralihan Orde Baru pada sistem Demokrasi di Indonesia yang mengakibatkan orasi-orasi kebingungan pada masyarakat. Makna idealisme menjadi bergeser, bahwa manusia yang baik itu adalah manusia yang dinamis dan berubah. Jika sebelumnya ia mengatakan A, dan sekarang B, maka ia adalah manusia yang baik. Padahal dulu, manusia yang bersejarah dan mampu menjadi panutan manusia lainnya adalah karena ke-konsistensi-annya terhadap apa yang ia yakini.
Tapi terlepas dari itu semua, saya tetap menyakini bahwa kebingungan itu adalah sesuatu yang harus dinikmati dan disyukuri. Mari tetap menjaga ke-manusia-an kita sebagai orang yang selalu bingung. Karena dari kebingungan akan menciptkan sebuah kegelisahan. Dan kegelisahan adalah bahan bakar manusia untuk berfikir kritis dan menciptakan sebuah karya juga kreatifitas….
Menurut anda ………???

Gunuk, 25 Februari 2011.12.30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar