Rabu, 23 Maret 2011

Dehumanisasi = Antara Nyata dan Maya

Lagi-lagi saya seperti mendapatkan tepuk tangan yang meriah dan dukungan yang begitu besar terhadap apa yang sudah saya lakukan dan saya pertahanakan selama ini setelah memahami konsep dehumanisasinya Karl Marx yang terjadi karena proses Alienasi.
Alienasi terjadi karena rutinitas yang terus berulang-ulang tanpa ada perubahan. Sehingga intensitas yang terjadi pada satu focus menjadikan dirinya lupa pada relasi antar personal. Tanpa sadar ia menjadi robot atas dirinya sendiri dan melupakan dirinya sebagai makhluk social.
Misalnya saja, seorang dosen yang kerjaannnya sebagai penguji skripsi setiap hari. Tanpa harus tahu siapa dan bagaimana si penulis, si dosen bisa menolak atau menerima hasil penulisan skripsi tersebut. Jika ternyata skripsi itu terdapat suatu kesalahan, maka tanpa pertimbangan atau wawacana secara personal, skripsi itu pasti ditolak.
Tuntutan modernitas terhadap masyarakat saat ini memaksa individu untuk melakukan rutinitas yang terus menerus tanpa adanya perubahan, dan telah menjadikan dirinya jauh dari kehidupan social. Waktu yang terbatas dan hanya dihabiskan untuk mengejar materi, menjadikannya lupa bahkan tidak punya waktu untuk sekedar bermasyarakat atau silaturahmi, apalagi dengan adanya teknologi yang lebih maju. Misalnya HP atau FB.
HP telah menjadikan individu mempersempit ruang silaturahim dan mengubah pola relasi antar personal. Mengucapkan selamat tahun baru saja,cukup dengan mengirimkan sms. Atau menanyakan kabar cukup melalui telpon. Padahal generasi sebelumnya, silaturahim dengan bentuk bertamu atau berkunjung dijadikan sebagai alat komunikasi yang sangat efektif dan efisien. Namun yang terjadi saat ini, dengan HP, orang bisa menipu orang lain atau bahkan bisa mendapatkan jodoh , Misalnya peristiwa salah sambung yang berakhir pada sebuah pernikahan.
Begitu juga dengan FB. Ada sebuah penelitian bahwa pencinta FB adalah orang-orang yang memiliki latarbelakang kesepian dan kesendirian. Biasanya status-status yang merepresentasikannya adalah status yang berisi keluhan, curhatan dan aktivitas sehari-hari. Bahkan lagi-lagi dengan melalui FB, individu bisa mendapatkan jodohnya.
Fenomena ini justru mengakibatkan lunturnya rasa kepercayaan terhadap individu. Misalnya saja seorang ibu yang harus mengikuti atau mendeteksi dimana anaknya berada dan dengan siapa melalui HP. Dan contoh lain, seorang ayah harus rela ikut-ikutan mendaftarkan diri di FB, hanya untuk mendeteksi prilaku anaknya dengan siapa ia berkawan.
Itulah mengapa sejak dulu saya tidak begitu interest mengirim sms hanya sekedar menanyakan kabar, atau mengucapkan selamat di hari-hari besar , atau juga menerima telpon seseorang yang hanya ingin berkenalan. Bagi saya jika ingin silaturahim atau ingin berkenalan, lebih baik langsung bertemu dengan tatap muka. Itu jauh lebih jujur dan menarik. Kita bisa saling mengenal satu sama lain dengan detail, meski hanya melihat bagaimana cara bersikap.
Itu artinya, dengan tidak membalas sms atau tidak menelpon, tidak bisa diartikan sebagai individu yang sombong atau tidak peduli. Justru dengan itu, malah merepresentasikan rasa kepercayaan dan kepedulian yang begitu besar. Jadi tak perlu lagi mengahakimiku ya… hem
Begitu juga dengan FB, saya tidak begitu suka meng-ON-kan chat FB, kecuali dengan kepentingan tertentu, misalnya ingin menanyakan atau meminta konfirmasi pada teman yang tidak punya nomer HPnya dll. Jadi saya ingin minta maaf jika ada yang merasa tersinggung ketika sapaannya di Chat, tidak saya gubris. Dan Jika ingin berkenalan, maka mari kita bertemu dan Itu jauh lebih baik menurut saya.
Sekali lagi, HP bagi saya hanya sebagai alat konfirmasi saja bukan sebagai pengganti silaturahim. Sedangkan FB adalah sarana untuk mengekspresikan dan mengeksisitensikan diri dengan karya dan gagasan yang bisa dibagi dan juga bisa memberikan kontribusi pemikiran bagi orang lain.
Untuk itulah, saya ingin berterima kasih pada Marx…

Gunuk, 08 Desember 2010 18.29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar