Rabu, 23 Maret 2011

Malaikat Maut dan Dosa Besar…

Malam ini memang sedikit berbeda dari biasanya. Meski di luar sana, tanah masih basah karena hujan yang baru saja usai, namun ketika ku masuki rumahku tepat tengah malam, terasa hangat, bahkan sedikit panas. Namun aku tak peduli, kantuk yang begitu hebat memperkosa mataku sedangkan lelah yang mengoyak tubuh telah memaksaku untuk segera merebah dan memejamkan mata.
Entah tak sempat kuhitung tiba-tiba dua malaikat maut datang menemuiku dan membangunkanku dari tidur malamku. Dengan sedikit malas dan mata yang hanya setengah terbuka, aku menyapa kedua malaikat itu dengan suara ‘hem’….
“ Ada apa bang , malam-malam begini ?”, tanyaku sambil menutup mulut yang menguap
“Kami datang untuk mencabut nyawamu. Apakah kau sudah siap ?”. spontan kedua mataku terbuka lebar dan segera ku bangkit dari tidurku dengan cepat. Aku mulai berdiri tegak sambil meletakkan tangan kananku di samping pelipis sebagai bentuk hormat pada kedua malaikat itu selayak komandan memberikan hormat kepada pak Presiden ketika upacara bendera.
“Siap bang ! saya sudah siap !” begitu ujarku dengan tegas tanpa menurunkan tanganku ke bawah dan masih tetap memberi hormat kepada kedua malaikat yang berdiri di sampingku
“Apa yang membuatmu yakin dan siap untuk mati ?”, Malaikat yang berdiri di samping kananku mulai nampak heran
“Siap Bang ! selama hidupku, aku tak pernah melakukan dosa besar. Saya tak pernah membunuh. Saya tak pernah berzina. Dan sampai saat ini yang saya ketahui, ada yang benci padaku. ada yang cinta padaku. ada yang tak peduli padaku. dan ada yang begitu memujaku. Itu semua sudah menjadi modal dan bekalku untuk mati. Laporan selesai !”, kedua malaikat itu mengangguk-ngangguk pelan hingga malaikat yang berada di samping kiriku, mulai menjetok kepalaku 2 kali
“ Aww ! sakit bang “, begitulah keluhanku, sambil memegang kepala dengan kedua tanganku
“Sombong sekali kau manusia ! kau bilang tak pernah melakukan dosa besar ? hah ??!!. kau tau ? kau memang tidak pernah menyadari kesalahanmu. Apa kau kira dengan mengendarai motor melalui trotoar untuk menghindari macet, itu bukan dosa besar ?. apa kau kira dengan menerobos per-empatan dengan lampu merah yang masih menyala, hanya karena jalanan sepi, kau juga tak menganggapnya itu bukan dosa besar ?. apa kau kira dengan melakukan penyangkalan-penyangkalan hanya untuk membuat dirimu atau orang lain senang, itu juga bukan dosa besar ?.. masih banyak dosa dan kesalahan yang sudah kau lakukan. Makanya jangan berlagak pilon !”, kedua malaikat itu terus-menerus menjetok kepalaku hingga aku jatuh terduduk dengan jongkok.
“Iyaa…. Tapi kita berbeda bang. Di kepalaku tak ada yang namanya dosa atau salah. jadi…. Bagaimana mungkin aku melakukan dosa atau kesalahan, jika aku tak percaya pada dosa dan salah.iya kan ??!!” ku coba terus membela diri meski harus menengadah ke atas melihat kedua malaikat maut yang berdiri, hingga leherku pun terasa pegel.
“ aaahh sudahlah ! sepertinya kau harus banyak belajar ! kami tak jadi mencabut nyawamu !”, kedua malaikat maut itu segera meninggalkanku, namun aku segera berdiri dan menariknya.
“Bang ! tolonglah ! ajari aku tentang dosa ! jika memang dosa itu ada !”, kedua malaikat itu saling memandang lama dan saling memberi kode yang tak dapat ku mengerti. Hingga kemudian kedua malaikat itu memegang pundakku.
“Dosa itu memang ada. Dan kau harus tau itu. sedangkan dosa itu adalah ketika kau melakukan sesuatu, baik itu tindakan, ucapan atau hanya sekedar pikiran yang membuat orang lain terganggu dan merasa dirinya dirugikan, sedangkan kau malah tak merasa berdosa.”
“Itu artinya, dosa bukan direncanakan ?”
“Iya… betul. Dosa hadir tanpa kesadaran. Jika dosa direncanakan, maka itu adalah kesalahan”
“hem… ya ya ya ya ya…aku mengerti. Lalu bagaimana dengan instansi agama. Bukankan dosa adalah produk dari agama ?”
“Memang betul. Tapi elemen-elemen dosa dalam instansi agama memiliki ranahnya masing-masing. Dan itu sifatnya mikro. Sedangkan yang makro, adalah bagaimana kau berinteraksi dengan makhluk lainnya. Seperti manusia, hewan, tumbuhan, benda mati, bahkan roh-roh di alam non fisik secara positif.”
“ ya ya ya ya…..” sambil manggut-manggut
“Ya sudahlah…! Belajar yang rajin ! minggu depan kamu UAS kan ?”, aku hanya mengangguk pelan
“ jadi, aku ga jadi mati ? padahal aku pengen banget ketemu Tuhan” pintaku dengan manja dan dengan suara penyesalan. Namun salah satu malaikat memegang pundakku dan menunduk hingga wajah kami berdekatan
“ hem… Tuhanku itu sangat dekat, sedekat mata dan melihat”, tiba-tiba mataku menjadi panas hingga tanpa sadar mataku terpejam, dan ketika ku buka mataku, kedua malaikat maut itu sudah lenyap dari hadapanku…..

Gunuk, 18 Desember 2010. 01.25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar