Rabu, 23 Maret 2011

Antara Malming dan Maling

Malam minggu kemaren, kuisi dengan menonton bioskop di Pejaten Village bersama teman yang sudah kuanggap sebagai kakak kandungku sendiri, beserta keluarga besarnya. Karena aku hanya diajak, maka aku tak punya otoritas untuk memilih film apa yang harus ku tonton. Maka mau tak mau aku harus mengikuti apa yang mereka ingin tonton, yaitu DALAM MIHRAB CINTA
Saat menonton film itu, tiba-tiba pikiranku melesat jauh ke peristiwa yang telah terjadi di masa kecilku dulu. Yaitu ketika pertama kalinya aku mencuri uang ibuku.
Ketika itu, aku masih duduk di sekolah dasar kelas 2, dimana teman-temanku sedang membicarakan pengalamannya tentang cokelat silver queen. Aku jadi penasaran, maka ibuku yang suka meletakkan uang sembarangan di dalam rumah, terpaksa aku curi uanganya hanya untuk membeli cokelat silverqueen yang berharga, 750,00 saat itu.
Setelah ku beli dan kumakan, maka aku bisa sombong dengan ikut bercerita pada teman-teman kelasku tentang enak dan nikmatnya cokelat silverqueen, yang kubeli di market Apollo (Pamekasan) kemaren. Namun ketika tiba di rumah, kudapati ibuku memarahi pembantu dan saudara angkatku tentang hilangnya uang. Aku masih diam dan terus diam. Hingga aku tak tega melihat kakak angkatku menangis karena di pukul oleh ibuku,dan menyuruhnya untuk mengakui telah mengambil uang yang ada di atas meja makan. Aku mendekati ibuku dan mengaku bahwa akulah yang mengambil uangnya kemaren untuk membeli cokelat silverqueen. Spontan ibuku langsung memukul wajah dan tubuhku dengan membabi buta tanpa ampun. Aku yang memilih untuk tetap kuat dan tak ingin menangis, akhirnya menangis juga. Untung saja pembantu dan kakak angkatku menahan tangan ibuku.
Dengan amarah yang masih bergejolak, dan nafas yang tersenggal-senggal, ibuku berkata, “Lebih baik aku mati daripada punya anak seorang pencuri !”.
Aku hanya tertunduk lemas dengan wajah dan tubuh yang melebam. Namun karena kejadian itulah, aku jadi takut untuk mencuri apalagi korupsi. Dan dari kejadian itu pula, aku jadi fobia dengan kekerasan dengan bentuk apapun. Jika aku melihat sebuah pertengkaran, perkelahian atau hal-hal yang melukai fisik (tubuh) aku langsung lemas dan ketakutan. Apalagi jika aku melihat darah, bisa-bisa aku langsung pingsan. Hufh.. dan yang lebih penting dari kejadian itu, aku jadi trauma jika melihat cokelat silver queen di supermarket..
sejenak kita beralih pada kejadian selanjutnya, dimana ketika itu aku tinggal di pesantren bersama temanku yang memiliki penyakit klepto, alias mencuri tanpa sadar. Karena hanya aku yang tahu dan dekat dengannya, maka setiap ia mencuri, ia selalu memberitahukan padaku bahwa ia baru saja mencuri. Maka aku segera mengambil barang curian darinya dan mengembalikan pada orang atau tempat dimana ia mencurinya.
Awalnya orang-orang yang kukembalikan barangnya yang dicuri oleh temanku itu, merasa heran dan hampir menganggap aku lah yang mencuri barangnya. Namun lama-kelamaan, mereka semua tahu dan paham terhadap sikapku. Hingga akhirnya temanku, si klepto itu pergi meninggalkan pesantren setelah membaca surat pernyataan (baca : risalatu qoror) dan memakai jilbab merah putih berseberangan. Hingga saat ini, aku belum tahu kabar tentang temanku itu.
Jadi, jangankan mencuri uang atau barang, mencuri hati seorang saja pun, aku tak mampu… !! heeee…

Gunuk, 26 Desember 2010. 13.30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar