Rabu, 23 Maret 2011

“Semoga tak Berakhir di Januari”

Itulah kata darinya yang kuingat, yang ia tulis di inboxku. Aku hanya bisa tersenyum sambil berharap, apakah aku mampu melewati ini semua ? kami belum saling mengenal dengan dekat, jika nanti ia tahu siapa aku yang sebenarnya, bahwa betapa bejatnya diriku dan betapa binalnya diriku sebagai seorang wanita, hingga akhirnya aku harus bertanya pada diriku sendiri, apakah aku pantas untuknya ?
Sudahlah ! aku tak ingin lagi menjadi seorang penakut dan pengecut sebagaimana kawan-kawan ucapkan padaku, karena aku selalu mundur dan merasa tak pantas untuk di cintai dan mencintai. Sejak dulu aku terbelenggu dengan kompromi dan mengalah pada ambisi, mimpi dan juga prinsipku. Namun saat ini, meski aku harus melacurkan prinsipku, aku pun rela.
Dialah lelaki yang ingin kuceritakan padamu kawan. Lelaki yang hanya kukenal tidak lebih dari 2 setengah jam di sebuah café pojok di sudut kota Pamekasan dan hingga akhirnya menjadi kekasihku, pada waktu itu juga. Aku tak suka menyebutnya sebagai pacarku, karena aku ingin darinya muncul sebuah karya dalam hidupku. Aku ingin dia menjadi inspirasi ku. Aku ingin dia menjadi alasanku untuk terus berkarya.
Kawan, meski didalam tubuhnya mengalir darah bangsawan dan darah seorang ulama, dan menjadikan diriku sebagai lumpur hitam yang hanya mampu mengotori dinding putihnya, namun darinya aku hanya ingin belajar, bagaimana caranya mencintai.
Pelajaran pertama yang kuterima darinya adalah bagaimana rasanya kecewa. Setiap hari aku harus berkompromi dengan jadwal kegiatannya yang sangat padat, termasuk kegiatan rutinitasnya mengaji kitab sebelum subuh dan sesudah maghrib. Lain dengan acara yang berkaitan dengan keluarga besarnya, harus ikut ayahnya lah, harus nganterin ponakan lah. Apalagi dengan sosialisasinya sebagai seorang aktivis. Bentar-bentar harus jemput teman. Bentar-bentar harus nemuin teman. Oh God !
Pelajaran selanjutnya adalah cara bagaimana mempertahankan sebuah komitmen. Hanya karena ada salah satu temannya yang tertarik padaku dan selalu berusaha untuk memenangkan hatiku, aku harus berusaha menyakinkannya bahwa hati dan otakku hanya terisi oleh namanya. Setiap hari hanya dialah yang menjadi alasanku untuk tidur dengan sesegera mungkin agar bisa bertemu dengannya di alam mimpi. Dan dialah yang juga menjadi alasanku untuk bangun pagi, hanya agar bisa mencintai kota kelahiranku yang selama ini sedikit aku lupakan dengan jogging keliling kota.
Proses belajarku belum usai darinya, namun aku berjanji padamu kawan! Kau tak akan lagi mendengar kabar pelarian dan kepengecutanku. Jika memang kami harus berakhir, bukan lagi karena aku yang menghilang. Bukan lagi karena aku yang kabur. Bukan lagi karena aku yang mengalah. Karena ia memang lelaki yang pantas aku perjuangkan. Catat itu !
Untuk sementara ini Hanya itu yang ingin aku ceritakan padamu, kawan. Jagalah ceritaku dan tuntutlah aku jika aku melanggar dengan janji yang kubuat sendiri dengan bukti tulisan ini. Karena aku adalah Novie Chamelia……

Andayani, 5 Januari 2011. 21.11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar