Rabu, 23 Maret 2011

Surat Cinta untuk Anakku …..( Jilid III)

Wahai anakku..
Inilah kisah yang ingin bunda ceritakan, tak ada yang indah selain kisah cinta. ya… ini adalah kisah cinta bunda, karena kelak kau akan menemukan dan membuat kisahmu sendiri.
Anakku, bunda punya keluarga dan sahabat-sahabat yang luar biasa, yang tak henti-hentinya memberikan cinta pada bunda, hingga bunda lupa, apa itu cinta dan apa itu pacaran. Bunda tidak pernah pacaran dan tak ingin pacaran. Namun pada akhirnya bunda terjebak pada keingintahuan tentang cinta dan lelaki. Hingga akhirnya bunda memulai kisah singkat bersama banyak lelaki.
Ada laki-laki yang datang begitu saja pada bunda. Seperti utusan dari Tuhan. Tanpa bunda meminta, ia datang dengan sendirinya. hingga bundapun tidak menolaknya, karena bunda yakin, ia adalah kiriman Tuhan untuk bunda pelajari dan diambil hikmahnya. Maka ketika kebersamaan antara bunda dan laki-laki itu telah berakhir, bundapun tak merasa sedih. Justru bunda berterima kasih padanya.
Ada laki-laki yang datang karena memang bunda yang menginginkannya. Bunda sendiri yang menembaknya dan mengatakan bahwa bunda begitu menyukainya dan mencintainya. Untung saja laki-laki itu tidak menolak bunda. Ia datang meski lama sekali bunda menunggu kedatangannya. Kami mengisi hari-hari dengan kebersamaan dan kebahagiaan. Membuat cerita indah. Membuat jejak. Dan saling menghitung tahi lalat di tubuh kami. namun ketika laki-laki itu pergi, bunda merasakan kesedihan yang luar biasa, karena bunda terpaksa harus mencintai keputusannya untuk bersama wanita lain.
Ada laki-laki yang dengan diam-diam bunda kagumi dan bunda cintai. Dengan berbagai macam cara sudah bunda lakukan tapi hasilnya tetap nihil. Ternyata bunda tak mampu memilikinya. Namun dari dirinya muncul karya-karya dari tangan bunda. Laki-laki itu menjadi alasan bunda untuk tetap hidup dan berkarya. Hingga akhirnya bunda bisa membedakan makna cinta dan makna memiliki. Meski fisiknya tidak dapat bunda miliki, tapi bayangannya selalu setia di pikiran dan di mimpi bunda..
Ada laki-laki yang memang bunda cintai namun bunda takut untuk memilikinya. Bunda hanya bisa mengungkapkannya melalui kata-kata. Setiap hari bunda manjakan laki-laki itu dengan cinta. namun bunda tetap menjadi wanita penakut dan pecundang. Karena jika berhadapan dengannya, bunda tak mampu mengontrol pikiran dan tubuh bunda. Seketika itu tubuh bunda menjadi gemetar. Detak jantung menjadi semakin cepat. Aliran darah tak hanya deras. Pikiran bunda menjadi terhenti. Itulah mengapa bunda takut untuk memilikinya hingga akhirnya bunda pun harus rela. Rela untuk ditinggal bersama wanita yang memenagkan hatinya.
Ada laki-laki yang datang dan menembak bunda. Dan kau harus tau, bunda tidak pernah menolak cinta laki-laki. Hingga akhirnya kami berpacaran. Tapi….. dasar bundamu ini,! Pada dasarnya bunda kan memang tidak suka pacaran, jadi,… yaaaa kau tau sendiri, hanya beberapa hari, bunda meningkatkan level hubungan kami ke level persahabatan. Laki-laki itu kecewa dan marah, namun bunda selalu menyakinkan bahwa karena dialah bunda bisa mengenal cinta dan kebahagiaan.
Ada laki-laki yang datang pada bunda dengan status sudah milik orang. Ia sudah punya kekasih atau istri. Tapi bunda tidak menolaknya, karena bunda ingin mencuri ilmu dan pengalamannya. Bunda juga tidak ingin munafik, jika bunda juga menyukainya. Laki-laki itu banyak memberikan hal-hal yang baru pada bunda tentang bagaimana memaknai hidup yang lebih indah dan lebih baik. Tapi bunda sadar, bahwa apa yang bunda lakukan tidak akan pernah ada ujungnya, maka bunda hanya bisa mencintainya ketika kami sedang bersama. Dan jika kami tak bersama, maka laki-laki itu hanya sebagai orang asing…
Begitulah kisah cinta bunda, yang mungkin belum berakhir hingga nanti. Dari semua laki-laki yang bersama bunda, semuanya adalah laki-laki yang hebat. Laki-laki yang luar biasa. Dan laki-laki yang punya ceritanya masing-masing. Karena kau memiliki bunda yang juga hebat dan luar biasa. Cinta mereka telah banyak memberikan pengaruh pada bunda hingga saat ini. Bunda bisa seperti saat ini, tak lain karena kekuatan dari laki-laki bunda. Kelak jika kau bertemu dengan mereka, maka katakanlah bahwa kau adalah anakku.
Anakku, cinta itu bukan jalangkung, yang datang tak diundang dan pergi tak diantar. Cinta juga bukan perang, yang mudah dimulai namun susah diakhiri. Cinta juga bukan mu’jizat yang datang begitu saja dan pada orang tertentu. Cinta itu adalah sebuah proses. Jangan bermain dengan cinta, tapi mainkanlah dengan cantik.
Anakku, kau tak perlu bangga pada bundamu ini. Karena bunda juga pernah merasakan sakit hati, tumbang, lelah, marah, sedih, bingung, rapuh, dan sesat. Tapi yang terpenting adalah bahwa bundamu ini bisa melewati itu semua dengan baik. Itu semua karena hadirnya sahabat-sahabat bunda yang luar biasa. Kelak kau akan tahu dan mengenal mereka. karena aku menitipkan mu pada mereka. cintailah mereka sebagaimanaa aku mencintaimu, meski kau belum lahir….
Anakku, yakinlah bahwa pada akhirnya hati bunda akan berlabuh pada satu hati milik lelaki. Dan itu adalah ayahmu….!. Cintailah dan hormatilah ayahmu, karena ayahmu adalah laki-laki terhebat dan sempurna yang bunda miliki. Karena ia telah mencintai kelemahan, keburukan, kebinalan dan masa lalu bunda.
Anakku, ayahmu adalah laki-laki yang selalu ada untuk bunda. Dikala bunda ketakutan, gelisah dan khawatir, ayahmu selalu menenangkan bunda dengan pelukannya. Dan disaat bunda marah dan kalap, ayahmu selalu melucu. Setiap malam, saat kami tidur bersama, ia selalu menggenggam tangan bunda. Ayahmu selalu mendukung apa yang menjadi keinginan bunda dan tak pernah melarang bunda untuk melakukan apa yang ingin bunda lakukan. Ayahmu selalu membuat bunda mencintainya setiap hari, dengan memberikan kejutan-kejutan yang tak terduga. Tiba-tiba ayahmu memasakkan sarapan untuk bunda. Memijit kaki bunda setiap pulang kerja. Menemani bunda bergadang ketika harus menyelesaikan tulisan. Dan selalu membawa bunda ke pantai saat hujan. Karena bunda suka dengan hujan dan laut…
Anakku, bunda bangga padamu……….!
Selesai..

Gunuk, 17 Februari 2011. 13.16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar