Rabu, 23 Maret 2011

“Izinkan aku mencintaimu hanya semalam!?”

Disaat tubuhnya berada di sampingku dengan peluh yang kuusap sambil memiringkan tubuhku menghadapnya. Ia masih saja menerawang jauh tanpa melihat wajahku. Maka aku pun bertanya,
“Mengapa kau mau datang ke rumahku ?”
“Entahlah, lalu mengapa kau mengundangku ?”
“Karena aku menyukaimu”
“Aku pun begitu..”
“Lalu mengapa kau menyukaiku “
“Entahlah, mungkin karena kita langsung akrab sejak awal bertemu”
“Oh ya ? hanya karena itu ?”
“iya….”

Aku mulai merebahkan tubuhku dan membelakanginya. Hanya hitungan detik ia bersuara
“Aku sudah berkhianat!”

Aku terkejut mendengar ucapannya, dan segera kubalikkan tubuhku menghadapnya dengan posisi miring.
“mengapa ? mengapa kau merasa berkhianat ? istrimu kan tidak tahu ?!”
“Karena itulah, aku merasa telah mengkhianatinya “
“kalo begitu, berkhianatlah dengan total ! jangan nanggung !”
“Maksudmu …?!”

ia mulai memiringkan tubuhnya menghadapku. Dan kami pun saling berhadapan
“Sebenarnya aku tak mengerti apa yang kau maksudkan dengan kata ‘mengkhianati’ itu. siapa yang kau khianati ? dan siapa yang berhianat ? istrimu kah ? atau dirimu kah ? atau….. aku ?”
“Entahlah “

Aku mulai meluruskan tubuhku
“tidak ada pengkhianatan diantara kita ! karena tidak ada komitmen apa-apa yang mengikat kita ! setelah kau pulang dari rumahku, kembalilah ke istri dan anakmu ! dan lupakan semua yang terjadi diantara kita ! selesai kan ?”
“Tidak semudah itu ! tiba-tiba kau mulai mencintaimu dan ingin memilikimu”
“kalau begitu jangan mencintaiku dan jangan memiliki ku!”
“kenapa ?”
“karena aku tak mungkin membunuh atau meminta mu ntuk membunuh istri dan anakmu “
“ya itu tidak mungkin aku lakukan “
“ ya sudah… lalu apa masalahnya ? selesai kan ?”

Ia memegang tanganku dan memelukku erat hingga kami terlelap dan yang kudengar dari mulutnya hanya,
“Izinkan aku mencintaimu hanya semalam!?”

Aku hanya diam dan mencium keningnya. Hingga ia mengorok tanda terlelap dalam tidurnya. Perlahan kulepaskan tangan dan pelukannya dan memperbaiki selimut untukknya. Kuambil bantal dan tidur di ruang tamu dengan selimut yang lain hingga cahaya pagi menyilaukan mataku.
Aku berjalan menuju kamar. Kulihat ia masih terlelap di bawah selimut. Kueletkkan bantal dan selimut di sampingnya dan mencoba memperbaiki selimutnya.
Kucoba mengeluarkan roti dan susu di dalam kulkas. Membakarnya dan menghangatkannya. Lalu ku hidangkan padanya.
“Hey…! Sudah pagi ! bangun lah !”
Aku duduk di sampingnya sambil memperhatikan wajahnya polos. Aku suka melihat wajah lelaki yang baru bangun tidur. Ia hanya menggeliat dan tersenyum melihatku
“selamat pagi cinta”
“pagi…! Sarapan yukk!”
Dipegangnya tubuhku kemudian ia hempaskan, hingga aku tertidur.
“Curang ! mengapa kau pindah ke ruang tamu meninggalkanku ?”
“hem….aku tak ingin membahasnya, kecuali tentang roti yang baru saja ku bakar untukmu”
“ahh kau selalu mengelak!”
“Itulah keahlianku”
Kami pun menikmati sarapan. Bercinta. Dan berpisah
_____________________________
1 Minggu kemudian tanpa komunikasi melalui HP dan tanpa bertatap muka. Kami bertemu kembali di kesempatan yang tak berpihak. Di sebuah restaurant siap saji, di salah satu mall terbesar di Jakarta, disaat ulangtahun putrinya yang ke-4 . Tanpa sengaja aku disapanya.
“hey, lagi ngapain ?”
“Hey, hmm… hanya lagi cari buku di Gramedia”
“o ya, kenalkan, ini istriku dan ini putriku “
Aku tersenyum sambil menjabat tangan mereka
“Selamat ulang tahun, cantiikk”
“Tante…. Tante kan temannya ayah, kadonya mana ?”
Aku tersenyum dan pura-pura lupa.
“Ups…tante lupa, tapi……ini boneka untukmu”
Untung saja aku baru membeli boneka kecil maka ku keluarkan dari dalam tasku dan memberikan pada putrid kecilnya.
“Makasih tante….”
Si cantik berlari menemui teman-temannya dan disusul oleh ibunya, namun sebelumnya istrinya mengajakku untuk ikut bergabung, tapi aku menolaknya dengan alasan akan segera turun hujan.
“makasih ya”
“ya.. dan aku harus pergi “
_______________________
2 minggu kemudian, saat menonton konser music. Kami hanya bisa saling berpandangan. Memainkan mata yang semakin tajam tanpa berkedip. Saling memberi tanda, bahwa malam ini kami harus ‘berkhianat’

Gunuk, 26 Desember 2010. 15.40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar