Kamis, 28 Oktober 2010

Cinta : Egois

Ya, cinta itu egois. Ketika seseorang mencintai dan berusaha memiliki cintanya, ia lupa bahwa ada orang yang menderita karenanya, yaitu orang lain yang mencintainya.
Ini adalah kisahku. Bukan hanya terjadi sekali, dua kali bahkan tiga kali, namun lebih dari itu. sejak 10 tahun yang lalu, aku selalu berbicara pada Tuhan dan memintanya untuk mengenalkanku pada cinta. Mengajariku tentang cinta, hingga akhirnya Tuhan yang selama ini selalu mengabulkan permintaanku, memenuhi apa yang aku minta. Ia datangkan padaku seorang lelaki yang begitu tulus mencintaiku.
Lelaki itu begitu sempurna dimataku. Ia membuat jantungku berdetak cepat jika berada disisinya dan ketika aku merindukannya, apalagi ketika kami bertemu tanpa sengaja. Darinya, aku banyak mengerti akan makna senyum dan airmata. Makna tawa dan marah. Juga makna hidup dan mati. Dia juga yang mengingatkanku bahwa aku tak perlu bertengkar dan melawan orangtuaku lagi. Meski kadang sikapnya dingin dan kaku, aku tahu, ia hanya ingin mengajariku, bagaimana menjadi wanita yang berharga dan punya pesona. Kebiasaannya membaca buku, memasak, nonton film di rumah dan berkumpul dengan teman-temannya kadang membuatku kesal, namun tanpa sadar semua itu berpengaruh padaku. aku jadi suka baca, mengoleksi DVD, mencoba resep baru , dan berdiskusi dengan teman-teman.
Namun sayang, ketika aku mulai asyik dengan pelajaran cinta. Tiba-tiba seorang wanita datang padaku. memelukku erat hingga kurasakan getaran hangat dari tubuhnya. Ia menangis sesegukan dengan mata yang memerah. Aku masih diam tanpa kata. Tanpa gerak. Tanpa daya. Hingga yang terucap dari mulutnya dengan suara yang bergetar, ”Aku begitu mencintainya, Nov. aku tahu, dia tidak pernah menyukaiku, apalagi sampai mencintaiku. Baginya aku hanyalah seorang sahabat. Tapi…. Aku tak bisa hidup tanpanya. Aku benar-benar mencintainya,Nov”. tiba-tiba wanita yang kukenal juga sebagai sahabatku, jatuh kebawah sambil memegang kakiku dan menengadah ke atas menatap wajahku, “ Aku mohon padamu, tinggalkan dia untukku. Aku mohon”. Wanita itu menundukkan kepalanya dan aku mulai menghela nafas. Kuangkat lengan tangannya hingga ia berdiri. Aku mencoba untuk tersenyum sambil menyeka airmatanya. Lalu kuusap-usap lengannya, dan berkata, “ Pulanglah ! dan istirahat! Aku mengerti masalahmu. Aku janji, aku tak akan membiarkan airmatamu jatuh lagi”. Dan akhirnya wanita itu pulang.
Lama aku berfikir dan merenung hingga akhirnya aku tahu apa kelemahan laki-laki. Ya..!, cara berfikir laki-laki itu sangat sederhana. Ketika ia mencintai wanita, ia hanya ingin bisa diterima apa adanya oleh si wanita itu. alasan itulah yang kugunakan untuk menyakiti lelakiku dan memutuskan hubungan dengannya. Ku ajak ia untuk berlibur dengan jalan-jalan berdua, hingga pada akhirnya aku harus mengatakan padanya, “ Maafkan aku, sepertinya kau tak selevel denganku. kau tahu kan, aku anak orang kaya yang tinggal di kota. Sedangkan kau, kau hanya orang kampung yang miskin. Apalagi tingkat pendidikan kita tak seimbang, aku lebih unggul dari kau. Jadi…. Karena kau tak bisa aku harapkan lagi, …..semoga kita bisa bertemu di lain waktu . dan satu lagi ! jangan cari aku atau menghubungiku lagi ! karena.. aku tak ingin terganggu. Makasih”. Aku pergi meninggalkannya yang masih mematung. Aku hanya tidak ingin ia melihatku menangis. Segera aku meluncur ke rumahku untuk bisa menangis sepuas-puasnya hingga dada ini tidak sesak lagi…..
Hufh..! mari kita tinggalkan kisah roman itu. meski akhirnya aku bisa menerima kenyataan ini, namun Tuhan tak henti-hentinya mengajariku tentang cinta. Aku sangat bersyukur. Tapi lagi-lagi selalu berkisah seperti biasa. Aku harus membunuh cinta yang mulai tumbuh karena seorang wanita yang begitu sangat mencintainya melebihi aku (mungkin) yang datang tiba-tiba memohon untuk meninggalkan lelaki itu. aku yang tak punya daya melihat airmata yang mengalir, lebih memilih untuk mundur. Asalkan dia bahagia, aku juga ikut bahagia.
Ada yang datang langsung menemuiku. Ada yang melalui HP. Bahkan ada yang melalui surat. Wanita-wanita itu patut aku acungi jempol. Mereka begitu gigih memperjuangkan apa yang mereka inginkan, tak seperti aku yang selalu memilih untuk mundur dan membiarkan kemungkinan-kemungkinan terbuka dengan sendirinya. itulah awal dimana aku sudah tidak percaya lagi terhadap cinta. Bukan karena cinta itu tak indah. tapi karena aku tak ingin melihat airmata lagi. Aku tidak ingin jatuh cinta lagi. Tapi akan tetap mencintai.
Tak dapat kupungkiri, aku termasuk type wanita yang mudah jatuh cinta. Hingga sahabatku, Dida, Zizah, Susan, kak Rintis, Yayuk, bahkan Amar sebagai sahabat lelaki ku yang paling deket, pernah mengeluh dan merasa kesal, karena harus mengulang kata-katanya setiap kali aku bercerita tentang laki-laki yang baru aku kenal dan aku jatuh cinta padanya, “ Sudah dong Nov ! lu udah berapa kali ngomong kayak gini ma guwe. Setiap lo jatuh cinta ma cowok, lo bilang mau serius lah. Mau beneran lah. Mau gak main-main lah. Dan udah berapa kali juga, lo bilang nih cowok, adalah jodoh lo. Soulmate lo yang diturunkan Tuhan khusus buat lo. Tapi mana buktinya ? lo hangat di awal aja. Gak usah nunggu sampe seminggu deh, apalagi sebulan, besok aja udah lo lupa. Udah lo gak hubungi lagi. Udah gak mau ketemuan lagi. Maumu apa sebenarnya ?”. hufh..! itulah kata-kata mereka untukku. Meski redaksinya gak sama antar sahabat, tapi maknanya sama.
Kadang aku memilih memutuskan hubungan dengan lelaki demi wanita yang lebih mencintainya, dengan cara seperti diatas, mengatakan bahwa kami tak selevel dan tak sebanding. Kadang juga ,dengan menampakkan diri sebagai wanita murahan yang berani memberikan tubuhnya, mengkhianati prinsipnya, dan bahkan mengarang cerita yang lebay, bahwa aku adalah wanita dengan banyak lelaki. Dan yang paling menggelikan, aku juga menggunakan cara dengan mengajaknya berpacaran atau menikah untuk pria tertentu, yang tidak suka dengan komitmen. Hem.. rasanya ingin tertawa jika mengingatnya. Seandainya mereka menjawab iya, aku juga bingung.
Pada akhirnya, aku hanya ingin meminta maaf pada para lelaki yang pernah aku sakiti. Yang pada awalnya, dengan jujur dan bahkan menggebu-gebu aku katakan bahwa aku sangat sangat sangat mencintainya. namun kemudian aku menghilang dan tak ingin bertemu lagi . semoga kalian bisa mengerti. Jadi untuk menebus kesalahanku, maka izinkan aku merangkai kata untuk kalian.
______________________
Wahai lelakiku....
I love you……
Sungguh ketika awal bertemu, aku begitu menyukaimu.
Sungguh ketika kurasakan kenyamanan saat kita berteman, aku begitu menyukaimu
Sungguh ketika asyik ngobrol denganmu, aku begitu menyukaimu.
Maka jangan pernah ragu padaku, karena aku jujur dan tulus…
Namun lelakiku…..
Maafkan aku yang telah menghilang
Maafkan aku yang telah berbohong
Maafkan aku yang tidak pernah membalas sms mu
Maafkan aku yang tak pernah menjawab telpon darimu.
Tapi dari hatiku yang paling dalam
Izinkan aku berkata…..
Semoga kau bahagia, wahai lelakiku…..

Gunuk, 27 Oktober 2010 sambil menikmati berita kematian mbah Maridjan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar