Kamis, 28 Oktober 2010

Menikah ? apa tidak ada alternatif lain……?

Tiba-tiba saya mendapatkan sms dari salah satu sahabat wanitaku yang tinggal di Jogja, dia berkeluh kesah tentang perasaannya ketika harus menghadiri banyak undangan pernikahan teman-temannya. Tersirat ia mengungkapkan bahwa ia ingin sekali menikah namun hingga saat ini, pacarnya belum berani melamarnya. Sempat terdengar nada pesimisnya, bahwa ia ingin meminta orangtuanya untuk dijodohkan saja. Aku hanya bisa tersenyum dan menghela nafas panjang, karena tak bisa memberi solusi atau minimal hanya sebatas komentar padanya, karena paradigmanya dengan paradigmaku tentang sebuah pernikahan jelas bertentangan. Aku memang tidak suka dengan pernikahan,karena bagiku pernikahan itu bikin ribet apalagi kalau punya anak.. huhf….
Sebagian temanku berpendapat dan sebagian lain aku dapatkan dari beberapa artikel, tentang alasan-alasan mengapa orang tidak ingin menikah atau juga tidak ingin punya anak. Yaitu,
1. Ia takut kehilangan kesendiriannya.
Banyak orang yang lebih menyukai hidup dengan kesendiriannya dan merasa bahagia, sehingga ia tak perlu untuk hidup dengan orang lain selain dengan keluarga dan teman-temannya. Lagipula ia menganggap pernikahan bisa mengekang kebebasannya sebagai manusia. Ia tak bisa lagi memiliki waktu untuk dirinya sendiri dan merencakan masa depannya.
2. Ia sudah terbiasa untuk hidup mandiri.
Masalah hidup yang datang menghampirinya, dapat ia selesaikan tanpa harus mengikutsertakan orang lain. Itulah mengapa ia tak butuh orang lain untuk membantunya. Hal ini seringkali terjadi pada orang yang memiliki sifat, tidak ingin merepotkan orang lain, justru ia ingin direpotkan oleh orang lain dengan tulus. Dan baginya pernikahan tidak menjamin akan menyelesaikan masalah yang datang.
3. Ia tidak ingin ribet.
Sebagian orang tidak ingin menjalani hidup itu begitu sulit dan ribet. Jika bisa diselesaikan dengan mudah mengapa harus dipersulit, itulah kalimat yang menjadi handalnya untuk tidak menikah, sebab menikah itu bikin ribet, bikin tengkar, bikin masalah, apalagi punya anak.
4. Adanya pengaruh dari luar.
Orang yang memutuskan untuk tidak menikah dan tidak ingin punya anak, bukan hanya satu atau dua orang saja, justru di beberapa Negara, hal ini menjadi trend. Sehingga alasan pribadi dikuatkan dengan alasan sosiologis. Atau dengan kata lain, ada dukungan atas pilihan tersebut.
5. Pengaruh dari pengalaman pribadi dan orang lain.
Ada sebagian orang ketika ditanya alasannya, mengapa ia memilih untuk tidak menikah adalah ia tidak ingin menjalani sebuah pernikahan yang nantinya akan berakibat buruk sebagaimana ia lihat di dalam keluarganya atau di balik hancurnya pernikahan kerabat dekatnya. Mungkin ini adalah sikap pemisimistik yang cenderung menghindari pernikahan daripada mencobanya terlebih dahulu dan belajar dari kesalahan sebuah hancurnya pernikahan sehingga tidak terulang pada pernikahannya.
6. Tidak adanya Cinta dan kesiapan.
Pernikahana itu bukan hanya berlandaskan cinta dan sayang, tapi juga kesiapan. Seberapa besar atau kuatnya cinta, namun jika belum siap, baik dari segi mental dan segi ekonomi, maka banyak orang yang memilih untuk tidak menikah. Begitu juga sebaliknya, meski sudah merasa siap dengan segala hal, namun belum menemukan cinta sejatinya, maka pernikahan juga bukan pilihannya.
Mungkin keenam alasan itulah yang menjadikan aku memilih untuk tidak menikah dan tidak ingin punya anak. Bagiku menikah hanya bikin masalah saja, dan jika kita hanya bisa berlomba-lomba untuk punya anak yang buanyak, ohh betapa sesaknya dunia ini. Mengapa tak terpikirkan untuk mengadopsi anak saja dan kita bikin mereka pintar.
okey, aku tak ingin menghakimi siapapun, karena semua orang pasti punya alasan. Yang ingin menikah, ya silahkan menikah dan jangan memandang sebelah mata bagi orang yang memilih untuk tidak menikah, apalagi memaksanya untuk menikah. Begitu juga dengan memiliki anak. Keputusanku pun bisa berubah, jika itu terbentur dengan alasan sosiologis dan yang lainnya..

Terima kasih….
Gunuk, 3 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar