Kamis, 28 Oktober 2010

Untuk Wawa … (sahabat yang hilang : Uswatun Hasanah)

Terakhir kali ketika kita bertemu, 3 tahun yang lalu, kau bercerita, bahwa kau ingin mengikuti suamimu yang bertugas di Kalimantan. anakmu yang baru saja kau lahirkan, belum sempat ku gendong dan kau kini menghilang tanpa kabar. Nomer hp mu tak ada. Hingga aku pun tak tau harus bertanya dan menghubungi siapa tentang kabarmu saat ini.
Kau tau Wa, meski kita menjadi sahabat sejak lama, namun keakraban kita mulai terjalin ketika kau bekerja di Jakarta. Kita tak sungkan bercerita tentang diri kita masing-masing meski itu adalah rahasia. Aku bahagia bisa bersahabat denganmu.
Kuingat ketika kau datang dengan tiba-tiba ke kosku dan mengeluh manja sambil berkeluh kesah tentang protes bosmu terhadap penampilanmu yang terkesan cuek dan tak menarik. Kau minta aku untuk ajarkan bagaimana berpenampilan menarik dan cara bermake-up. Tanpa basa-basi, kita langsung melesat ke pasar tanah abang untuk membeli baju dan ke Blok M untuk membeli seperangkat kosmetik. Dan setelah ku dandani kau, mataku tak berhenti-hentinya berkata “oh my God, kamu ternyata cantik ya “. Meski kau Nampak malu, tapi aku yakin kau bakal tak kan dimarahi oleh bosmu itu.
Lalu ketika kau ultah, ku kejutkan dengan kedatanganku bersama kue tart kecil dan lilin mungil untukmu. Matamu Nampak berkaca dan senyummu Nampak indah ketika kau ucapakan “Makasih Nov”. dan itu kau lakukan sebaliknya padaku, maka biarkan aku juga mengucapkan “ Makasih Wa”.
Saat kau putuskan untuk kembali ke Madura dan akhirnya menikah dengan pria yang dikenalkan oleh keluargamu, aku turut bahagia. Karena yang kukenal sejak dulu, kau adalah sahabat yang begitu sederhana. Aku pun tak berfikir panjang untuk menghadiri acara pernikahanmu meski jarak antara Jakarta dan Madura cukup melelahkan…
Rindu yang menyesakkan membuatku ingin sekali bertemu denganmu, maka setelah kau melahirkan anak laki-laki, ku ucapkan selamat dan memelukmu… itulah terakhir kita bertemu.
Wawa…
Kau adalah alarm bagiku, yang ketika aku berjalan pada jalan yang salah, kau tak segan untuk membunyikan pluit dan memberhentikan langkahku dan menyuruhku untuk kembali. Tapi kini, kau tak ada. Tak ada lagi yang menjadi polisiku. Tak ada lagi yang menjadi alarm ku. Aku berjalan semauku. Sebebasnya aku dan seterserah aku. Hingga aku tahu… aku harus berhenti sendiri.
Wawa..
Betapa sulitnya aku melawan ini semua sendirian. Setiap aku berada di jalan yang salah, bahkan ketika aku telah berada di jalan yang benar namun ingin kembali ke jalan yang salah itu, aku selalu teringat pada perkataanmu, “Nov… aku percaya padamu, dan apapun yang menjadi keputusan, aku selalu mendukungmu, karena aku selalu ada untukmu”. Kau tak pernah menghakimiku bahkan menyalahkanku atas apa yang kulakukan. Padahal aku tahu, kalau itu salah. Justru kau membelaku dan menenangkanku, bahwa Tuhan tidak pernah marah, Ia hanya ingin menguji”.
Wawa….
Saat ini, namaku tetap Novie dan tetap seperti dulu….
-------------------------
NB : kawan-kawan jika kalian tahu kabar tentang wawa, tolong kabari aku…! Jika kalian bertemu dengan wawa, katakan kalo aku sangat merindukannya…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar